Bima, Bimakini.- Harga garam tradisional di tingkat petani semakin merosot. Kini tengkulak menghargainya Rp 5 ribu per karung. Kenyataan ini tentu tidak menguntungkan petani garam.
“Harganya merosot terus, semakin banyak yang panen, makin anjlok, harga produksi garam tradisional kami,” ujar Maskur, petani garam di Desa Donggobolo, Kecamatan Woha, kepada BimaEkspres, Senin (5/11).
Dikatakannya, harga garam semakin turun sejak sebulan terakhir. Bahkan saat itu harga masih Rp25 hingga 30 ribu per karung.
“Kami merasa sejahtera karena harga garam mencapai 25 ribu per karung, tapi seiring banyaknya petani yang memanen garam, harga terus merosot hingga 5 ribu,” ungkapnya.
Kata dia, garam yang dekat dengan akses jalan dibeli dengan harga Rp9 ribu perkarung. “Tapi kalau yang jauh pasti 5 ribu,” kata dia.
Sementara Ismail, petani garam di Desa Talabiu, Kecamatan Woha, mengungkapkan hal yang sama. Sebagai petani memerotes, karena pemerintah tida pernah mengontrol harga pasar.
“Seharusnya pemerintah mengontrol harga garam, jangan biarkan merosot hingga mencapai angka 5 ribu seperti ini,” ungkapnya.
Sebelumnya, kata dia, harga sempat Rp150 ribu per karung. “Bertahun-tahun kami disiksa oleh pedagang dengan harga rendah,” katanya. (MAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.