Bima, Bimakini.- Ancaman banjir, sepertinya mulai menghantui masyarakat Bima. Hujan yang terjadi beberapa waktu lalu, sudah menyebabkan beberapa tempat, banjir. padahal intensitas hujan belum lebat, masih masa transisi musim kemarau ke hujan.
Banyak juga yang mulai prihatin dengan kondisi gunung dan hutan. Termasuk mendorong kegiatan penghijauan, agar fungsi hutan kembali sebagai penyerap air.
Salah seorang aktivis lingkungan, M Al Furkan mengatakan, mengembalikan fungsi hutan, tidak cukup hanya bicara. Namun, perlu tindakan, termasuk kepada mereka yang melakukan perambahan hutan.
Dikatakannya, di beberapa titik di Kabupaten Bima, sudah mulai merasakan banjir pada masa transisi musim kemarau ke musim hujan. Ini karena dampak dari gundulnya hutan dan pegunungan.
Menurut dia, kondisi gunung dan hutan di wilayah Kabupaten Bima saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini karena tidak ada pengawasan dilakukan Pemerintah Daerah. Juga dampak dari program tanam jagung yang dilakukan secara massif oleh warga.
“Karena Pemerintah memberikan izin membuka lahan untuk tanam jagung, sehingga masyarakat sewenang-wenang membabat hutan hingga hutan dalam kawasan,” ujar aktivias lingkungan Mapala Londa STKIP Bima ini, Senin (19/11).
Dia meminta Pemda, mengevalusi kembali program jagung. Sebab masyarakat tidak dapat membedakan dimana kawasan yang tepat untuk membuka lahan dan tidak.
“Hutan di Wawo, Wera, Ambalawi, Monta, Parado, Langgudu, Sanggar dan Tambora sudah dibabat habis untuk ditanam jagung, hal ini menambah angka datangnya bencana banjir setiap tahun,” jelasnya.
Menurut dia, Pemda tidak lagi tepat memberikan imbauan kepada masyarakat. Namun harus dilakukan penindakan tegas terhadap oknum pelaku yang merampas hutan lindung.
“Berbica saja tidak cukup untuk kembalikan fungsi hutan saat ini. Pemda dan Aparat harus lakukan penindakan, sebab dampaknya bukan hanya mereka, tapi kita semua,” ujarnya.
Dikatakannya, sejak didirikan tahun 1996 silam, Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Maapala) Londa tidak pernah berhenti melakukan kampanye menanam.
“Organisasi Mapala Londa berorientasi pada lingkungan, kami memperkenalkan telah banyak membantu Pemerintah melakukan penghijaan baik di Kota maupun Kabupaten Bima, meski tidak ada hubungan kerja sama dan bantuan,” kata dia.
Selain melakukan aksi menanam, pihaknya juga intens keluar masuk sekolah untuk melaksanakan program kerja green school (sekolah hijau). Terutama naik turun gunung untuk memberikan penyukuhan lingkungan pada masyarakat yang tinggal di pegunungan.
“Saat ini kami memisahkan bibit hasil persemaian kami sendiri, bibit ini akan dibagikan ke kelompok tani binaan kami dan sebagian untuk reboisasi di wilayah pegunungan yang kritis,” pungkasnya. (MAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.