Kota Bima, Bimakini.- Lambannya pengungkapan kasus pembunuhan yang menewaskan Muhamar Ramadhan, kembali membuat geram pihak keluarga. Beberapa waktu lalu sempat aksi blokade jalan, Senin (28/1) mendatangi Mapolres Kota Bima.
Aksi tersebut berlangsung ricuh. Massa yang datang dari berbagai wilayah tersebut merusak sejumlah fasilitas di sekitar Mapolres Bima Kota. Seperti pos polisi, lampu serta baligo yang berada di depan Mapolres.
Pendemo juga memblokade jalan raya seraya membakar ban bekas di perempatan Cabang Sadia. Sebelum menuju Mapolres, massa juga sempat ke Kelurahan Sarae dan bergabung dengan warga lainnya.
Pendemo mendesak agar polisi bekerja cepat mencari pelaku pembunuhan sadis tersebut. Serta mendesak Kapolres Bima Kota mundur, karena dinilai lamban dalam mengungkap aktor pembunuhan tersebut.
“Jangan sampai sampai kita sendiri yang beraksi. Polisi jangan begini lah. Masa iya sudah seminggu masih belum ada juga titik terang,” ujar salah satu pendemo.
Massa diketahui datang dari Desa Ngali, Kecamatan Belo, kampung asal ibu korban. Serta warga sekitar Kelurahan Sarae yang mengaku keluarga korban.
Usai menyampaikan semua tuntutannya, Senin siang massa kemudian membubarkan diri dengan terib. Namun massa mengancam jika beberapa hari kedepan tidak ada perkembangan dengan membekuk pelaku, mereka akan melakukan hal serupa.
Menurut Koodinator Aksi, Munawir, SH, rombongan massa ini merupakan aliansi solidaritas atas nama kemanusiaan yang menuntut keadilan dalam pengungkapan kasus kematian Amar.
Dijelaskannya, warga berangkat dari Desa Ngali sekitar pukul 08.00 Wita dengan menggunakan dua truk dan 20 mobil pick up serta motor. Rombongan awalnya berunjuk rasa di sekitar TKP pembunuhan korban, kemudian melanjutkan aksinya di depan Mapolres Kota Bima.
“Yang menjadi poin kami yaitu menuntut agar aparat kepolisian bertindak cepat dalam mengungkap kasus pembunuhan saudara kami. Mem-pressure kinerja satuan intel dan buser agar segera menangkap pelaku,” terangnya.
Dia juga berharap agar polisi tidak terpancing dengan tindakan spontanitas dari massa aksi yang cenderung emosional dan destrukstif. Mengingat yang datang berunjuk rasa kebanyakan masih kerabat korban.
Munawir juga meminta maaf, aksi spontanitas tersebut di luar koordinasi dan kendalinya. “Kami secara manusiawi tidak menerima kebiadaban pelaku. Tapi secara iman dan takdir kami ikhlas bahwa itu memang sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa,” katanya.
Namun Munawir menegaskan akan kembali lagi dan membawa massa yang lebih besar, jika dalam tempo 2×24 jam pihak kepolisian belum juga berhasil mengungkap kasus tersebut. “Kami akan kembali lagi dengan massa yang tiga kali lipat jumlahnya,” pungkasnya. (YUM/IQO)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.