Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Buku “Gurun Tak Bertuan” Karya Raani Rasyad, Lahir Saat Kesibukan Sebagai ASN

Penyerahan buku secara simbolis dari penulis, Raani Rasyad kepada Kepala Dinas Perpustakaan Kabupaten Bima, H Muh Mawardi, MT, Kamis.

Bima, Bimakini.- Siapkan pengembaraan terbaikmu musfafir! Aku gurun tak bernama. Hanya rindu dan sunyi! Adalah  sajak “Gurun tak Bertuan” yang menjadi judul buku kumpulan sajak Raani Rasyad, ASN di Bappeda dan Litbang Kabupaten Bima.

Dikalangan ASN lingkup Pemkab Bima, sosok Raani Rasyad, sudah tidak asing lagi.  Perempuan yang pembawaannya periang ini, rupanya menyimpan bakal dalam menulis sajak.

Ibu dua anak ini lahir di Dompu, tanggal 29 Juni 1975 memang sebelumnya pernah mencicipi sebagai jurnalis di harian BimaEkspres. Juga  menempuh pendidikan strata dua (Magister) di Belanda.

Pengalamannya menulis dan dikekejar oleh deadline, membuatnya mampu menuntaskan Buku “Gurun tak Bernama” hanya dalam waktu tiga bulan. Itu pun dilakukannya di sela kesibukan sebagai seorang ASN.

Di tengah kesibukannya sebagai ASN dan juga ibu rumah tangga, Raani Rasyad selalu menyempatkan diri untuk menulis. Tulisan tersebut, merupakan luapan isi hati yang dia rasakan saat itu. Mulai dari rasa bahagia, sedih, kecewa dan yang lain.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

“Awalnya hanya menulis di media sosial. Ketika ada perasaan kuat dalam diri dan itu dituangkan,” ujarnya saat bedah Buku di Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Bima, Kamis (17/1).

Perasaan kuat dalam dirinya itu coba untuk dimanej dengan baik. “Saya tidak mengumbar kemarahan itu secara berlebihan, tapi menyalurkannya lewat puisi. Saya menyaringnya dalam  pilihan kata-kata,” ungkapnya.

Dipesankannya, jika memiliki perasaan marah yang kuat, tidak mesti harus diumbar secara berlebihan. Demikian juga ketika mendapat rezeki, diungkapkan secara elegan.

“Ungkapkan cara marah dan jengkel atau semangat yang bagus dengan cara elegan,” ujarnya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Bagi perempuan yang menyelesaikan gelar Master Double Deegre tahun 2007 ini, menulisa bisa dimana saja dan kapan saja.  “Pas ada ide, langsung dituangkan dalam tulisan. Begitu simpel dan tidak ada waktu spesial,” tuturnya.

Dia bersyukur suami mendukung dalam menyelesaikan penulisan buku tersebut. Begitu juga halnya dengan buah hati.  “Tanggungjawab sebagai IRT dan ASN, jalan berdampingan dan saling mengisi,” tuturnya dengan senyum khas.

Dalam buku tersebut, Raani rasyad menulis lebih dari 150 sajak. Pada kesempatan itu, dia juga menyempatkan membaca puisi. Penghayatannya mendapat pujian.

Bedah buku di ruang Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bima, menghadirkan Akhir Dirman sebagai pembanding. Juga dihadiri siswa yang juara pada lomba baca puisi beberapa waktu lalu. Masing-masing mereka juga membacakan puisi, sebelum bedah buku dimulai.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Hadir  juga penerbit buku, Alamtara Publishing Mataram, Imam. Pihaknya senang bisa menerbitkan buku karya penulis daerah. “Saya tidak menyangka Raani Rasyad bisa menulis, dengan kesibukan sebagai ASN, beliau bisa menyempatkan diri untuk menulis dan berhasil menyusun karyanya,” ujarnya.

Menurutnya, menulis itu gampang-gampang susah. Namun jika diseriusi dan ada kemauan, semuanya akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Dia juga memberi ruang bagi yang lainnya untuk menulis dan dapat difasilitasi penerbitannya. Khususnya pelajar yang dianggapnya memiliki kemampuan membaca puisi yang baik.

Sementara Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bima, Drs H Muh Mawardi, MT mengapresiasi Raani Rasyad yang mampu menerbitkan buku. Menurutnya tidak banyak ASN yang dapat melakukannya di tengah kesibukan kerja.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Apalagi, sebelumnya, pernah menjabat sebagai  Kepala Bappeda, sehingga sangat mengenal penulis.

Dijelaskannya, kini perpustakaan tidak hanya tempat kumpul orang-orang intelektual. Namun dua tahun terakhir, Perpustakaan diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat.

“Fungsi perpustakaan tidak hanya mendekatkan kelompok terpelajar, tapi juga masyarakat. Sebenarnya kondisi perpustakaan tidak layak dan berkeinginan perpustakaan pindah ke Gedung PKK agar lebih luas,” ujarnya.

“Perpustakaan itu tidak hanya menyediakan buku, tapi kegiatan lain juga. Termasuk tempat bermain anak dan itu tidak memungkinkan saat ini, tapi berusaha memiliki perpustakaan di wilayah kita sendiri,” ujarnya. (*)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.- Konflik berdarah di Poso, Sulawesi Tengah menjadi catatan kelam Bangsa Indonesia. Konflik yang hanya mendatangkan luka dan kepedihan bagi perjalanan bangsa...

Hukum & Kriminal

Kota Bima, Bimakini.- Buku Peradilan Dou Donggo, Kontestasi Hukum Adat, Hukum Islam, dan Hukum Nasional, karya Dr Muhammad Mutawali, MA dibedah di Kampus STIS...