Bima, Bimakini.- Rendahnya curah hujan pada musim tanam 2019 dikeluhkan banyak petani. Sebagian petani masih ada yang menanam jagung. Namun, ada juga yang sudah sebulan menanam jagung. Tanaman saat sangat membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan.
Pantauan Bimakini.com di Desa Maria dan Riamau sepekan terakhir, warga Desa Maria belum ada yang berani menggarap tanah, terutama sekitar perkampungan dan masih menunggu hujan deras agar air tertampung di sawah untuk dibajak. Namun, untuk persemaian benih sudah dilakukan sepekan
Kepala Desa Riamau, Saala Ilyas, mengaku, sebulan terakhir warga terus menuntaskan penanaman jagung dan padi. Kendala yang dihadapi semua warga memiliki lahan satu hingga empat hektar yang diagram menyebabkan banyak yang tidak dapat membantu yang lain, sehingga harus mengupah warga Desa Sari, Boke, Parangina, dan
Tentu saja, katanya, biaya operasionalnya juga mahal karena harus sewa truk atau mobil pick up untuk mengangkut pekerja wanita yang menanam jagung dan padi. Kendala lain yang dihadapi warga adalah rendahnya curah hujan tahun ini mengakibatkan banyak yang terlambat
“Biasanya kita sudah menuntaskan tanaman pada bulan November-Desember, tetapi tahun ini masih banyak yang menanam pada bulan Januari,” ujarnya, Ahad (6/1).
Lain halnya dengan warga Desa Maria, H Lukman. Terus menunggu hujan lebat agar dapat menampung air di sawah. Apalagi, beberapa tahun terakhir sudah mulai jarang ada warga yang menanam dengan cara gogo ranca, tetapi dengan menanam bibit yang sudah disemai terlebih.
Alasannya, kata dia, tidak sulit memberihkan tanaman dan tidak mengeluarkan biaya yang banyak. “Kita harus bersabar menunggu hujan lebat baru dapat menggarap lahan. Usia bibit sudah satu minggu. Biasanya kita tanam pada usia 15 hari hingga 25 hari,”
Dia berharap beberapa hari ke depan hujan dapat mengguyur Kecamatan Wawo. Apalagi, warga di daerah dataran tinggi Wawo hanya mengharapkan lahan tadah hujan. (NAS)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.