Bima, Bimakini.- Warga Kelurahan Dodu, Kecamatan Rasanae Timur, Abdul Halik (48 Tahun), terjatuh saat memasang kayu kap pada pembangunan WC Komunal di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Furqan Kelurahan Dodu, Rabu (9/1) sekitar pukul 07.30 Wita. Akibat peristiwa itu korban meninggal
Korban terjatuh dari ketinggian sekitar 10 meter, sehingga beberapa luka robek terdapat pada bagian kepala, wajah, lecet pada bagian kaki, serta lainnya. Korban sempat dilarikan ke RSUD Bima, namun nyawa korban tidak bisa diselamatkan.
Aparat kepolisian Bima Kota langsung turun ke Tempat Kejadian Perkara dan melakukan olah TKP.
Pimpinan Pondok Pesantren Darul Furqan Kelurahan Dodu, Drs H Musaddad, SH, mengatakan, sehari sebelumnya ada kejadian yang sama dialami oleh warga Kelurahan Nungga, Jaidun teman kerja Abdul Khalik. Sehingga pihak pondok melarang korban untuk bekerja terlebih, apalagi belum ada teman kerja. Tetapi korban tetap memaksa untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Dikatakannya, ini takdir Allah, karena jika ajal telah tiba, tidak bisa dimajukan dan tidak bisa dimundurkan. Almarhum tetap nekat ingin menyelesaikan pekerjaan meski dilakukan sendiri tanpa dibantu oleh temannya. “Bakhan, istri saya juga sempat menemui almarhum sebelum naik ke lantai dua pembangunan WC komunal, tetapi almarhum mengatakan tidak apa-apa,” ujarnya usai kejadian di Ponpes setempat, Rabu.
Almarhum, kata Musaddad, selalu membantu berbagai pembangunan di Pondok dan selalu tersenyum, ulet dan tanpa mengeluh, selalu baik kepada semua orang, sehingga guru-guru dan santri pondok sangat akrab . Tidak hanya itu, almahum selalu mencari teman kerja, jika ada pembangunan di Pondok.
“Keluarga besar pondok merasa kehilangan dan almarhum mati syahid karena meninggal saat bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Semoga almarhum diampuni segala dosa dan kesalahan, diterima segala amal ibadahnya dan di tempatkan pada tempat terbaik di sisi Allah,” katanya.
Pihak keluarga korban tidak mampu menahan duka. Masni dan empat anaknya masing-masing Mulya Akbar (22 tahun) baru tahun 2018 lulus TNI, Nurlailah (17 tahun) SMAN 3 Kota Bima, Ahmad Jahdi Jiat (10 tahun), Nuzhatul Faizah (5 tahun), tak kuasa menahan sedih. Apalagi, almarhum merupakan tulang punggung keluarga.
Saat ini mendengar kejadian itu Masni istri almarhum, sesekali berteriak tak kuasa menahan duka. Sementara Nurlailah anaknya yang kedua tak kuasa membendung air mata. Apalagi, malam sebelum kejadian sempat bermimpi bahwa rumahnya rubuh karena ditabrak mobil, tetapi di sana ayahnya menatap nanar rumah dan istri dan anak-anaknya.
Paginya sempat menasihati dirinya agar hati-hati di jalan, jangan lari kencang dengan motor. Bahkan, diingatkan agar sekolah dengan baik.
“Saya tidak tahu nasihat itu merupakan nasihat terakhir buat saya. Innalillahi wainna Ilaihi Rajiun, semoga bapak diberi surge oleh Allah,” ucapnya seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Pagi itu, katanya, saat berangkat ke sekolah bapak sempat membelai rambutnya dan hatinya heran hal seperti itu jarang dilakukan. Mungkin ini alamat yang diberikan Allah dalam mimpinya bahwa hari itu merupakan hari terakhir bersama keluarga.
“Saya tahu bapak adalah orang baik, bekerja keras, dan senantiasa menyayangi anak-anaknya,” katanya.
Hanya beberapa saat setelah tiba di sekolah, katanya, ada yang menjemputnya agar pulang ke rumah. Dia kaget ternya bapaknya telah meninggalkan keluarga untuk selama-lamanya. (NAS)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.