Kota Bima, Bimakini.- Keberadaan sumber mata air Dadi, yang ada di Kelurahan Jatibaru Timur, Kecamatan Asakota hingga kini tidak banyak dikenal masyarakat luas. Malah kondisinya kini kondisinya terancam lantaran rusaknya hutan disekitarnya.
Beberapa tahun lalu, debit mata air Dadi sangat lancar dan deras. Besarnya debit air dari mata air Dadi ini hingga pemerintah membuat embung kecil untuk menampung air.
Namun kini kondisinya berbeda jauh. Embung yang dibuat, sudah tidak berisi air tapi hanya lumpur dan pasir saja. Padahal, saat ini sedang musim hujan yang seharusnya debit air bertambah.
“Kalau dulu, disini airnya besar. Masyarakat petani di Jatibaru hingga Jatiwangi, sumber airnya dari sini, ” kata Ikhsan, warga setempat kepada Bimakini.com.
Pantauan Bimakini.com ini, kondisi pohon di sekitarnya masih rimbun. Namun menurut warga, hutan dan pepohonan yang menjadi titik utama mata air dekat Hutan Ncai Kapenta yang telah rusak sehingga debit mata air berkurang.
“Kalau disekitar aliran airnya ini, masih bagus. Warga disini menjaga sekali hutan di sini karena dikeramatkan juga,” kata warga sekitar lain Syafarudin.
Di sekitar embung yang dibangun pemerintah, memang terdapat sebuah pohon besar kerap didatangi warga tertentu untuk bersemedi yang menyimpan sesajen.
Menurut warga sekitar, pohon tersebut mirip dengan kepala kerbau dan dianggap memiliki kekuatan gaib sehingga kerap dijadikan tempat bersemedi.
Hanya saja, Bimakini.com tidak beruntung karena tidak menemukan sisa sesajen atau warga yang datang bersemedi.
“Ada waktu tertentu mereka datang dan kami juga kurang tahu dari warga mana, ” tambah Syafarudin.
Setidaknya warga diuntungkan dengan cerita-cerita mistis yang berkembang, karena dengan itu kondisi hutan sekitar terjaga. (IQO)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.