Kota Bima, Bimakini.- Lima hari pasca-digelandang tim detasemen khusus 88 anti-teror Mabes Polri, sejumlah keluarga terduga teroris yang dicokol Minggu hingga Selasa kemarin datang mengadu ke Wali Kota Bima di kantor Pemkot Bima Rabu (22/5) kemarin.
Warga Kelurahan Penatoi tersebut langsung menggandeng Lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas serta keluarga dekat para terduga yang ditangkap. Mereka menanyakan nasib para terduga tersebut ke orang nomor satu di Pemkot Bima.
“Karena sampai sekarang kita tidak tahu sama sekali kabar mereka. Pun mereka ini tangkap terkait kasus apa, kenapa dan mengapa terus dimana posisi mereka sekarang,” tegas wanita tua yang merupakan bibi dari kedua terduga adik kakak berinisial MF dengan nada sedih Rabu kemarin.
Juga dikatakan wanita bernama Damrah Saidin tersebut, hingga kini ia dan keluarga lainnya masih bingung dan mengapa anaknya tersebut ditangkap secara tidak manusiawi sesuai dengan SOP penangkapan selama ini.
“Maling, pembunuh dan lainnya selama ini tidak begini cara penangkapannya. Yang terakhir anak kami dibungkus pakai karung layaknya binatang,” ungkapnya diamini keluarga lainnya.
Padahal kata mereka, pria berinisial AA yang ditangkap Selasa kemarin kondisinya tengah sakit dan terbaring lemah ditempat tidur. “Mereka langsung membungkus kepala anak saya tanpa pemberitahuan atau apa kek,” tukasnya.
Dengan menghadap Wali Kota Bima Rabu kemarin, mereka berharap bisa dibantu terkait dengan informasi status anak mereka. Apakah mereka benar terlibat jaringan teroris atau tidak.
Karena yang mereka ketahui selama ini, aktifitas para terduga ini tidak ada yang mencurigakan. “Mereka ini penjual tahu dan satunya penjual air. Dibilang sering keluar daerah apalagi aktifitas mencurigakan, tidak ada sama sekali,” ujar wanita lain.
Para keluarganya mengaku, sejumlah terduga yang dibekuk densus tersebut tidak ada aktifitas yang mencurigakan jika dikaitkan dengan aksi terorisme. “Kalau ke masjid ya wajar sebagai umat muslim, apalagi mereka laki-laki,” katanya.
Mereka juga khawatir aktifitas penangkapan seperti yang dilakukan Densus tersebut akan terus berlanjut, tanpa mengedepankan sisi kemanusiaan lantaran saat penangkapan warga Penatoi tersebut membuat mereka trauma. (IQO)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.