Bima, Bimakini.- Yayat Chandra Utama, seorang pegawai honorer daerah yang memutuskan mandiri dan membuka usaha kuliner. Meninggalkan pekerjannya di BPBD Kabupaten Bima yang dijalaninya sekitar empat tahun.
SUASANA di Foodbox Bima, Jalan Datuk Dibanta, Kampung Suntu, Kelurahan Paruga, mulai diserbu pengunjung sejak pertama kali buka 18 Mei 2019. Konsep usaha pusat jajan serba ada (Pujasera) ini berada tepat disamping selatan SDN 02 Kota Bima.
Seorang pria tambun, terlihat sibuk meracik minuman di tenant Tripical Summer. Hari pertama Foodbox Bima buka, perasaanya tidak karuan. Karena harus berhadapan dengan konsumen dan ini moment penting baginya, melayani pelanggan.
“Mudah-mudahan tidak gugup melayani pelanggan, apalagi berhadapan langsung,” kata Yayat beberapa waktu lalu saat persiapan louncing Foodbox Bima.
Setelah beberapa hari berjalan, Yayat akhirnya dapat menikmati pekerjaan barunya, meski sementara dibantu sang kakak, karena belum memiliki karyawan. “Nanti saya ingin rekrut karyawan,” ujarnya.
Yayat sendiri sebelumnya bekerja sebagai honorer di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima. Sekitar empat tahun dilakoninya dengan gaji Rp300 per bulan. “Terkadang ada tambahan honor dari kegiatan, tapi tidak selalu rutin,” ungkapnya.
Apalagi kantornya sudah pindah di wilayah Kabupaten Bima, sebelumnya eks Pandopo Bupati Bima, di Rabangodu. Mondar-mandir dari kediamannya di Kelurahan Sarae, Kota Bima, ke Kabupaten Bima, jelas menguras biaya. “Tidak cukuplah untuk kebutuhan,” katanya.
Hingga akhirnya ada teman yang mengajaknya membuka usaha di Foodbox Bima yang sedang dibangun. Awalnya penuh keraguan, namun karena dibujuk terus akhirnya memberanikan diri dan bulat meninggalkan statusnya sebagai honorer.
“Untung ada dana sedikit dari hasil penjualan tanah oleh orang tua saya. Itu saya jadikan modal untuk membuka usaha ini,” tuturnya.
Di tempat usaha yang dibangun Yohanes Untung itu, dia bisa sharing dengan yang lainnya. Awal buka, Owner Foodbox Bima ini membuka 10 tenant/lost. Dimana masing-masing memiliki menu berbeda, sehingga pengunjung bebas memilih makanan apa saja.
Sedangkan Yayat sendiri, selain racikan minuman soda, juga es cream, capcay, sop buntut. Di Foodbox Bima ini, pihak manajemen sudah menyiapkan meja dan segala penataannya. Sebagai pemula tentu konsep ini sangat membantu, karena tidak lagi terbebani dengan pengadaan meja.
Penjual hanya fokus untuk menyajikan makanan dan minuman yang dipesan pengunjung. Apalagi di bulan puasa, banyak yang booking tempat untuk buka bersama.
“Urusan booking tempat buka, semua dikelola manajemen foodbox, kami tinggal menyiapkan menu yang dipesan. Ini sangat membantu sekali, karena yang punya usaha, sebagiannya baru memulai,” ujarnya.
Awalnya, kata dia, sempat berfikir untuk membuka usaha batik atau Distro. Namun, dipikirnya perputaran uang tidak cepat dan milih kuliner.
Sebenarnya, orang tua Yayat memiliki ruko untuk dikelolanya sebagai tempat usaha di depan SMPN 2 Kota Bima. Namun, keuntungan di Foodbox Bima, pengunjung sudah datang sendiri dan tinggal memilih menu yang diinginkan.
Kini setelah beberapa hari menjalani usahanya, Yayat merasa nyaman dan memiliki kebebasan waktu. Termasuk bisa belajar bagaimana mengelola bisnis dan tidak lama lagi akan merekrut karyawan. (IAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.