Kota Bima, Bimakini.- Menjelang tahun Pemilukada yang sebentar lagi akan digelar di wilayah Kabupaten Bima, berbagai isu miring terkait para bakal calon Bupati dan Wakilnya mulai digulirkan. Terlebih isu untuk para Incumbent.
Salah satu akademisi STISIP Mbojo, Dr Syarif Ahmad, MSi bersuara melihat fenomena yang berlangsung kini, terlebih pada lalu lintas media sosial. Akademisi ini menilai, hal tersebut wajar apalagi sasaran utamanya adalah incumbent.
“Menurut saya itu wajar saja. Kuliti postur publik Dinda saat ini, tapi jangan serang pribadinya. Jangan, tidak boleh!” ucap Syarif kepada wartawan.
Sebenarnya kata Syarif Pilkada Kabupaten baru akan dilaksanakan awal tahun 2020 mendatang. Namun, sejumlah isu mulai digoreng dan menyasar pimpinan saat ini. Sehingga, suhu politik di Kabupaten Bima mulai memanas.
Bagi Syarif, pemuja dan pembenci adalah satu sisi yang sama. Yakni, sama-sama tidak menggunakan akal. “Pemuja mengharamkan akal dan pembenci tidak menggunakan akal. Jadi menurut saya, jatuhnya sama saja,” seloroh akademisi yang meneliti khusus soal radikalisme ini.
Syarif mencermati, isu yang berkembang beberapa pekan terakhir yakni bongkar pasang duet pimpinan yang akan melaju ke kontestasi Pilkada. Itupun bagi Syarif justru berani positif. Artinya, masyarakat mulai berpikir siapa saja yang dianggap pantas dan wajar untuk menjadi orang nomor satu dan nomor dua di Kabupaten Bima.
Isu lain yang berkembang adalah, kritikan dan sorotan menohok pada sosok incumbent yakni Hj Indah Damayanti Putri. Baginya, penilaian apapun itu sangat wajar jika terlontar saat ini.
Namun Syarif membatasi, kritikan, penilaian dan apapaun itu harus berkaitan dengan kepentingan publik. Jika sudah memasuki tanah pribadi, maka hal tersebut masuk pada ranah fitnah.
“Apa saja kebijakan publiknya yang tidak tepat? Silahkan saja dikritisi, tapi jangan sentuh privasinya, ” tegasnya lagi.
Lalu bagaimana dinamisasi politik yang justru lebih berkembang di media sosial? Syarif mengaku, volunteer politik saat ini lebih banyak memanfaatkan sosial media. Lagi-lagi menurut Syarif hal ini positif, karena secara tidak langsung ada pelembagaan politik yanh memberikan pembelajaran politik bagi masayarakat di semua kalangan. (IQO)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.