Bima, Biamkini.- Saat sebagian besar merayakan upacara HUT ke-74 RI, petani garam teluk Bima di Kecamatan Bolo, mengekpresikannya dengan aksi. Mereka meminta perhatian Pemda untuk memerhatikan harga garam yang anjlok. Akibatnya merek merugi.
Petani garam Desa Sanolo, Kecamatan Bolo menggelar aksi bagi-bagi garam gratis, di jalan lintas Bima – Sumbawa, Sabtu (17/8).
Salah seorang petani garam, Azriansah mengatakan, aksi tersebut sebagai bentuk protes kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bima dan Pemerintah Provinsi NTB atas anjloknya harga garam. “Harga garam tahun ini benar-benar anjlok, kami petani garam tercekik. Hal ini menandakan bahwasanya kemerdekaan nonfisik belum sepenuhnya didapat oleh kita semua,” ujarnya.
Kata dia, saat ini harga garam hanya Rp. 5.000 per karung 50 kg. Harga itu terlampau anjlok dibanding tahun lalu yang menginjak Rp. 20 ribu per karung. “Harga garam sangat murah dan sama sekali tidak mempunyai arti bagi kita,” katanya.
Dalam hal ini, kata dia, pemerintah harus turun tangan untuk melihat kondisi para petani garam yang disebabkan oleh anjoknya harga tahun ini. “Bukan saja Pemkab Bima, kepada Pemprov NTB juga kita minta perhatiannya,” jelasnya.
Lanjut dia, jika aksi solidaritas ini tidak diindahkan, kami akan terus melakukan aksi bahkan tidak menutup kemungkinan akan turun dengan massa yang lebih banyak. “Kalau masalah ini tidak diindahkan. Kita akan hadang jalan dengan massa yang banyak,” ancamnya.
Sekretaris Desa Sanolo, Arabiah, membenarkan bahwa masyarakat setempat melakukan aksi unjukrasa terkait anjlok harga garam. “Mereka merugi karena harga garam anjlok,” tukas Arabiah.
Dirinya berharap, pemerintah atas mau menyelesaikan permasalahan turunnya harga garam sehingga petani garam tidak merugi sekaligus merasakan kesejahteraan,” tutup Arabiah. (KAR)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.