Kota Bima, Bimakini.- Jalan Melayu Kolo menympan banyak potensi wisata yang setiap akhir pekan dikunjungi ribuan wisatawan domestik. Mulai dari Pantai Ule, Kampung Nelayan Bonto, Pantai Kolo hingga So Numbe. Namun ada yang mengusik mata dan hidung para wisatawan ketika melancong ke spot spot wisata tersebut, yaitu sampah menggunung dan bau.
Sampah sampah ini mulai bertebaran dari sekitar Polsek Asakota, Jalan sebelum Pantai Ule, punggungan sebelum Songgela dan dibeberapa titik setelahnya.
Namun yang paling menggangu adalah tumpukan sampah yang ada sebelum pemakaman umum Ule, yang disekitarnya terdapat obyek wisata etnografy, makam para syeh dan muballigh yang menyiarkan agama Islam di Kesultanan Bima dulu.
Selain banyak, tumpukan sampah ini berserakan hampir diseparoh badan jalan, belum lagi aroma tak sedap yang dikeluarkan dari tumpukan sampah yang berubah menjadi tempat pembuangan akhir sampah warga.
Selain menggangu pandangan dan feel para pengguna jalan, sampah sapah ini juga dikeluhkan oleh warga yang biasa berolahraga disepanjang tanjakan ule hingga Bima Tirta. Ada puluha waga yang setiap pagi, siang dan sore melqkukan aktivitas olahraga disepanjang jalan ini. Namun dengan adanya tumpukan sampah tersebut, membuat warga yang seharus ingin merasakan udara segar saat verolah raga, justru terpapar aroma sampah yang busuk.
Keberadaan sampah ini juga dikeluhkan oleh warga sekitar.
Maratun, warga yang tinggal sekitar 200 meter dari tempat pembuanga sampah, mengaku tidak nyman dengan aroma dan ribuan lalat yang menyebar hingga kerumah rumah warga dengan adanya sampah tersebut.
Maratun berharap, pemerintah Kota Bima melalui DLH bisa membantu menyingkirkan gunungan sampah yang ada di sepanjang jalan wisata menuju Kolo tersebut. Warga sekitar sudah berusaha membakar sampah yang ada namun tak mampu menghilangkan sampah sapah tersebut karena terlalu banyak. Maratun juga menghimbau agar warga yang ada tidak membuang sampah dilokasi tersebut. (IN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.