Connect with us

Ketik yang Anda cari

Berita

HM Qurais Kini Rutin Jalan Kaki Keliling Bukit

HM Qurais H. Abidin saat berjalan mengitari Bukit Jatiwangi.

MATAHARI belum terbit. Jam di tangan baru menunjuk angka 05.30 Wita. Jamaah masjid Al-Hidayah pagi itu, masih mendengarkan ceramah Ahad pagi. Saya buru-buru pulang karena ada janji. Saya akan mengikuti olahraga jalan, sambil menjumpai seorang tamu Catatan Khas.

Mengenakan jersey sepeda berlogo Bike to Work, saya bergegas mengenakan sepatu kets setelah sebelumnya saya siapkan sebotol air putih. Saya mengambil rute ke arah utara. Dengan penuh semangat saya mengayuh sepeda gunung menuju bukit Jatiwangi. Butuh tiga puluh lima menit sebelum saya tiba di puncak. Saya harus lebih hati-hati karena Ahad pagi, banyak warga yang ingin menikmati sunrise di bukit bintang ini. Saya tidak bisa manufer untuk sekadar meringankan beban saat menanjak di jalan yang cukup menantang ini.

Saya tidak ingin ketinggalan, karena tamu saya ini sangat disiplin dan tepat waktu. Pukul 06.00 Wita saya sempat menikmati indahnya matahari terbit di atas jejeran bukit di timur Kota Bima. Dari balik Pundu Nence, sang surya mulai muncul. Sejumlah remaja asyik mengabadikan momen itu dengan berbagai pose menggunakan ponsel pintar milik mereka.

Saya punya cukup banyak waktu untuk rehat di bukit, karena tamu saya akan tiba sekitar pukul 06.40 Wita. Sebuah mobil Toyota Harier AirS tiba-tiba muncul di belakang saya sambil membunyikan klakson. Saat itu saya sedang berjalan kaki karena sepeda sudah saya tinggalkan di pemancar Radio Citra. Saya berjalan menuju tempat pertemuan, di pertigaan ujung jalan aspal di Bukit Jatiwangi. Empat pria turun dari mobil warna gelap itu mengenakan t-shirt dan celana pendek, sepatu kets.‘’Ayo kita langsung jalan. Yang lain menyusul saja,’’ kata pria tamu Catatan Khas Khairudin M. Ali kali ini.

Pria itu adalah mantan Walikota Bima, HM. Qurais H. Abidin. Dia ternyata bersama sejumlah jamaah masjid Terapung Kota Bima, sudah tiga bulan belakangan ini, rutin olahraga jalan kaki.  Mereka berkomitmen dengan tiga kali sepekan yaitu Ahad, Rabu, dan Jumat. ‘’Kami sudah rutin olahraga jalan kaki tiga kali sepekan di sini. Kadang juga kami ke tempat lain. Tetapi yang paling sering kami ke sini,’’ kata HM Qurais, sambil menelusuri jalan aspal keliling bukit.

‘’Kami naik ke sini pakai kendaraan.  Setelah di atas sini baru olahraga jalan kaki. Ini lumayan, kitari bukit jaraknya sekitar satu koma tiga kilometer. Kalau kami kitari empat kali, itu artinya kami sudah berjalan sejauh lebih dari lima kilometer,’’ katanya.

Peluh membasahi wajah dan kaos. Kadang di jalan menanjak, tersengal-sengal bahkan saling olok di antara sesama mereka. Saya pun mengikuti olahraga jalan kaki itu bersama mereka. Yang hadir lebih awal dan tepat waktu adalah Pak Kaharuddin, beliau disebut sebagai manajer. Yang mengatur segala urusan, termasuk soal konsumsi untuk sarapan setiap kegiatan. Ada juga pak Damrah, H Din, dan H. A Kadir.

HM Qurais bersama jamaah Masjid Terapung Kota Bima saat rehat.

Ada tiga slogan yang dipegang oleh group ini yaitu mengenai hal yang tidak bisa diwakilkan. ‘’Shalat tidak bisa diwakilkan, makan tidak bisa diwakilkan, olahraga juga tidak bisa diwakilkan. Karena tiga urusan ini tidak bisa diwakilkan, maka mau tidak mau harus dilakukan sendiri,’’ ujar HM Qurais kepada saya.

Mereka menyingkat prinsip itu dengan SMO. Dengan menjalankan tiga prinsip itu, maka tujuan dunia dan akhirat sama-sama bisa dijalankan.  ‘’Sehat di dunia dan istiqamah untuk akhirat. Kita ini sudah berumur. Kita pikirkan akhirat dengan tetap menjalankan ibadah untuk akhirat kita,’’ katanya.

Banyak hal yang ingin saya ketahui tentang aktivitas mantan Walikota Bima dua periode ini setelah tidak lagi menjabat. Pada Pemilihan Umum 2019 lalu, HM Qurais menjadi calen legislatif untuk DPRRI, Dapil NTB 1 Pulau Sumbawa. Suara cukup signifikan, bahkan diprediksi akan lolos ke Senayan. Tetapi pada penentuan akhir setelah rapat pleno KPU Provinsi NTB, suara Partai Demokrat yang mengusung HM Qurais, tidak masuk dalam tiga besar yang akan mengirim wakilnya.

Menggalang dukungan dan kampanye pada kontestasi Pemilu 2019, membuat energi dan waktu HM Qurais banyak tersedot.  Setelah tidak berhasil dalam pencalonan itu, tentu ia kini tentu memiliki lebih banyak lagi waktu untuk berinteraksi dengan masyarakat.  Salah satunya adalah dengan para jamaah di Masjid Terapung Kota Bima. ‘’Kecuali keluar daerah, kami selalu bertemu di Masjid Terapung untuk diskusi banyak hal untuk akhirat, terutama waktu antara magrib dan isya,’’ ujarnya.

Mengapa memilih olahraga di Bukit Jatiwangi?

Sebernarnya bukan hanya di Bukit Jatiwangi. Mereka kadang ke tempat lain juga, mencari suasana berbeda. Namun di Bukit Jatiwangi yang paling kerap. Selain lokasinya bagus, udara bersih, dekat dengan kota, juga ada pesan lain yang ingin disampaikan Ketua DPC Partai Demokrat Kota Bima ini. Pesan inilah sabenarnya menjadi konfirmasi yang paling saya cari untuk bertemu dan berbicara dengan HM Qurais.

Pada putaran ketiga setelah jalan keliling bukit, HM Qurais akhirnya memutuskan untuk istirahat. Di pertigaan jalan itu, warga pemilik kebun sudah menggelar dua lembar tikar plastik bermotif biru muda. Pak Kaharuddin segera menurunkan bekal dari mobil. Ada pisang, jeruk, salak, juga nasi bungkus daun pisang, serta air mineral. Warga pagi itu juga menyediakan satu buah nangka matang ukuran jumbo. Jumlah jemaah yang hadir pun sudah makin banyak. Ada H Hamdan, Pak Sariman, Edy Sapril, H Gunawan, Pak Ahmad, Pak Sukrin, juga Pak Maman. ‘’Ada yang belum hadir. Masih ada beberapa lagi yang sedang berhalangan,’’ katanya.

Saya tidak langsung ikut istirahat, karena masih terasa tanggung. Saya masih mengikuti langkah Pak Sariman yang berlari kecil melanjutkan olahraga. Mereka baru dua putaran karena datang agak telat. Setelah tiba di tempat peristirahatan, saya disodori nasi bungkus daun pisang. Sarapan di alam bebas, badan berkeringat usai olahraga, perut lumayan lapar, rasanya pasti beda. Nikmat sekali.

‘’Ada tanah saya di atas sana. Tidak luas, mungkin hanya sekitar dua are saja. Tahu gak mengapa saya beli tanah itu? Tidak pernah saya manfaatkan, hanya dipakai tanam jagung oleh warga,’’ kata HM Qurais tiba-tiba sambil menunjuk lokasi tanahnya.

Cerita tentang HM Qurais memiliki tanah di Bukit Jatiwangi sudah lama sekali saya dengar dari warga. Saya sendiri pernah mengecek langsung ke lokasinya. Seorang warga menunjuk petakan tanah yang tidak luas. Kira-kira dua atau tiga are. Berada di puncak bukit dengan pemandangan yang bebas 360 derajat. Akses ke tanah itu cukup mudah. Di sisi utara bukit ada jalan aspal dan jalan masuknya sudah ditata dengan alat berat. Tanah itu terlihat seperti tidak diurus. Awalnya saya tidak percaya dengan luas yang hanya dua are itu. Saya pikir puluhan hektare. Saya cek di sekitarnya, ternyata semua tanah itu masih milik warga setempat.

Sebagian jamaah Masjid Terapung yang ikut olahraga.

Kabarnya bukan hanya di Bukit Jatiwangi, tetapi juga di sejumlah tempat lain. Makanya ada semacam kecurigaan, bahwa Pemkot Bima yang ketika itu dipimpin oleh HM Qurais, memanfaatkan jabatannya membuat jalan ke bukit-bukit itu untuk membuka akses jalan ke kebunnya sendiri supaya harga tanah menjadi mahal.

Membuka pernyataan itu, adalah momentum bagi saya untuk mengonfirmasi hal itu.  Belum sempat saya bertanya, dia sudah buat pertanyaan lagi. ‘’Tahu gak mengapa saya membuat jalan di atas gunung?’’ katanya lagi. Saya menimpali dan memotong, ‘’Itulah dua pertanyaan penting yang ingin saya tanyakan,’’ kata saya.

Pertanyaan itu sebenarnya sudah sangat lama sekali saya simpan. Banyak kritik warga terhadap HM Qurais yang saat itu sedang menjadi Walikota Bima, mengapa membuka banyak jalan ke bukit-bukit. Bahkan ada yang menuding itulah salah satu yang menjadi penyebab mengapa Kota Bima diterjang banjir bandang pada 2016 lalu.

Selama HM Qurais menjadi Walikota dua periode, tidak pernah sekalipun saya mewawancarainya. Kami punya kesibukan sendiri-sendiri. Jika pun ada kesempatan jumpa, hanya saling sapa seadanya saja. Tidak pernah terlibat dalam sebuah pembicaraan yang serius. (*/Bersambung)

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

Ke Jeddah saat Menunggu Kembali ke Tanah Air ‘’USAI makan siang, kami menunggu bus yang akan mengantarkan ke Jeddah. Kami menunggu di pelataran hotel...

CATATAN KHAS KMA

Tur ziarah ke Kota Thaif HARI ke delapan, di tanah suci, rombongan jamaah umroh kami mengikuti program tur ziarah ke kota Thaif. Berikut lanjutan...

CATATAN KHAS KMA

Umroh ke Dua SELEPAS holat subuh berjamaah di masjidil haram, sekitar pukul 10.00 pagi, kami menaiki bus yang mengatar kami ke lokasi Miqat di...

CATATAN KHAS KMA

Rutinitas Ibadah di Masjidil Haram RANGKAIAN ibadah umroh wajib telah berakhir. Itu cukup menguras tenaga, karena proses Tawaf dan Sa’i yang diakhiri Tahalul yang...

CATATAN KHAS KMA

Mampir di Hotel INI perjalanan hari empat bagian ke dua. Catatan perjalanan ini, memamg diturunkan berdasarkan hari perjalanan. Tetapi hari ke empat ini, ternyata...