Bima, Bimakini.- Yayasan Islam (Yasim) Bima dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bima, Senin (9/9), membina aparat masjid se-Kecamatan Wawo. Aparat yang dibina adalah Lebe Nae, khatib, bilal, dan marbo untuk masjid besar Nurul Hidayah Kecamatan Wawo, sedangkan untuk masjid Jami pada sembilan desa diikuti Cepe Lebe, bilal, dan marbot.
Kegiatan yang dihadiri Camat Wawo dan Kepala Desa se-Kecamatan Wawo, bendahara Yasim, Nurdin Hidu, S.Sos, Muhidin Mahmud, Ketua DKM masjid besar Nurul Hidayah Maria-Wawo, M Ali H Ismail, dibuka oleh Ketua Yayasan Islam Bima, H Muhammad AR, BA, sekaligus menyampaikan sejarah terbentuknya Yayasan Islam Bima. Uraian yang sangat menarik itu membuka wawasan bagi pengurus masjid dan aparat masjid untuk membenahi dan memeneg berbagai kegiatan ibadah dan pembinaan sosial keumatan di masjid.
“Saat ini Yasim Bima tengah menangani 800 lebih guru mulai dari Raodatul Atfal hingga Madrasah Aliyah. Selain itu membina 21 Lebenae dan ratusan aparat masjid di Kabupaten Bima dan Kota Bima,” ujarnya di masjid besar Nurul Hidayah Maria, Senin.
Hal senada dikemukakan Ketua Bidang Sosial Keagamaan dan Dakwah Yasim Bima, Drs HM Saleh Karim. Berbagai persoalan yang muncul di masjid besar dan masjid jami banyak berkaitan dengan masalah aparat masjid, seperti imam yang kurang peduli terhadap usulan makmum. Dia mencontohkan makmum meminta agar shalat Subuh dilakukan kunudan, tetapi tidak dihiraukan, sehingga protes itu disampaikan kepada pengurus Yasim Bima. Ada juga yang berani menarik imam oleh imam masjid yang sudah mulai melaksanakan shalat, dan lainnya.
Tentu hal semacam ini, kata dia, tak akan muncul jika imam yang ditetapkan lebih awal berada di masjid karena waktu shalat jangan sampai tertunda karena terlambat imam tetap.
Ini semua, katanya, perlu ada koordinasi antara aparat masjid agar jangan sampai jamaah mencari-cari imam. Apabila ada koordinasi maka jika terlambat imam, bilal dan marbot siap maju menjadi imam atau yang lain yang dianggap mampu menjadi imam. “Jangan sampai hal kecil menjadi masalah bagi jamaah. Apalagi hingga pelaksanaan shalat tertunda. Kita minta imam dan aparat masjid lain lebih awal berada di masjid dibandingkan dengan jamaah,” katanya.
Lain halnya dengan pemateri dari MUI Kabupaten Bima, Dr A Sathur, meminta kepada aparat masjid agar menjadi pejuang meningkatkan takmir masjid melalui ikhtiar meningkatkan keimanan dan ketaqwaan bagi jamaah. Apalagi, masalah iman dan taqwa itu posisinya ada dalam hati dan hanya Allah dan yang bersangkatan yang mengetahuinya. Karena itu, perlu terus dijaga melalui shalat berjamaah. Jika ingin menyaksikan kuantitas umat Islam itu maka lihatlah pada saat shalat Jumat, shalat Idul Fitri dan Idul Adha, tetapi jika ingin mengetahui kualitas umat maka lihatlah pada saat shalat Subuh.
Dia juga mengingatkan agar aparat masjid senantiasa bersabar menghadapi tugas dan kewajibannya. Sesungguhnya bagi orang yang beriman itu menghadapi kebaikan maupun musibah senantiasa menghadapinya dengan rasa syukur Alhamdulillah. Karena semua yang terjadi hatta jatuhnya selembar dedaunan di bumi semua dalam pengetahuan Allah. “Kita harus memaknainya apa yang dikehendaki Allah terhadap kebaikan dan musibah yang kita hadapi. Jangan sekali-kali berprasangka buruk terhadap Allah karena kita tidak tahu apa yang dikehendaki Allah terhadap kita,” katanya. (NAS)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.