Bima, Bimakini.- Musim kemarau sebentar lagi akan berganti, namun tidak kunjung ada perubahan pada petani garam tradisional di Kecamatan Woha. Sampai saat ini harga garam belum ada perubahan, apalagi menjanjinkan kesejahteraan masyarakat.
“Musim kemarau akan segera berakhir dan digantikan musim hujan, harga garam tidak kunjung naik, masih harga Rp5 ribu per karung,” jelas Ismail warga Desa Pandai Kecamatan Woha Selasa (17/9).
Ismail mengatakan, pemerintah harus segera memperhatikan kebijakan impor garam yang tidak pro pada kesejahteraan rakyat. Karena daerah Kabupaten Bima memiliki daerah pesisir dan rata-rata memproduksi garam, Pemerintah harus ambil bagian.
“Kami minta pemerintah agar menghentikan kran impor garam, karena sangat merugikan petani, Bupati minimal memiliki peran penting ke provinsi dan pusat untuk memperjuangkan produksi garam lokal,” ujarnya.
Kata Ismail, dengan harga Rp5 ribu per karung ini, membuat petani meradang, awal bulan September ini merupakan musim panen garam untuk wilayah Kecamatan Woha. Namun, para petani garam justru memilih untuk tidak menikmati hasil panennya terlebih dahulu.
“Para petani garam di wilayah Kecamatan Woha mengaku lebih memilih untuk menimbun terlebih dahulu hasil panen garam mereka, ketimbang langsung menjual hasil panen garam,” katanya.
Haeruddin mengaku enggan untuk langsung menjual hasil panen garamnya. Sebab, harga garam saat ini menurutnya sangat murah, tidak sesuai dengan hasil jerih payah petani ketika menggarap lahan garam.
“Sekarang harga tidak sesuai, kami lebih memilih nimbun. Nanti ketika harga sudah mulai membaik, nanti baru kami keluarkan lagi stoknya untuk dijual,” katanya.
Sementara petani lainnya, Muhtar mengaku menyimpan garam pribadi miliknya untuk menyimpan stok garam sampai harganya membaik, dia justru lebih memilih untuk mengeluarkan modal lagi untuk membangun gudang, ketimbang menjual garam dengan rugi.
“Ini saya mau bangun gudang lagi agar bisa menampung garam-garam lainnya, dari pada jual saat dengan harga murah,” ujarnya. (MAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.