Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Puasa dan Ketahanan Ruhani

Oleh: H. Zainuddin Sulaiman

“Semua amal anak Adam dilipatgandakan kebaikannya (pahala) dari 10 sampai 700 kali ganda. Allah berfirman: Kecuali ibadah puasa. Adapun Ibadah puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku langsung memberikan pahala padanya.” (Hadits Riwayat Muslim)

Dalam tafsir “Al-Manar” dijelaskan bahwa hakikat berpuasa itu ialah menahan diri dari makan, minum, bersenggama, mengucapkan perkataan kotor, melakukan perbuatan yang keji/ sia-sia, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, karena mengharapkan keridhaan Allah semata serta menyiapkan diri untuk bertaqwa kepada-Nya dan berlatih menurut kehendak-Nya.

Bila seseorang yang berpuasa tidak meninggalkan perkataan yang kotor seperti mengumpat, bergunjing, mencela, mencaci maki, menista, dan sebagainya serta tidak pula menjauhi perbuatan yang keji seperti, menipu, merampas, menganiaya, bermusuhan, berjudi, mabuk-mabukan, dan lainnya, maka puasanya tidak diberi nilai atau pahala oleh Allah SWT.

     Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan kotor dan perbuatan yang keji dalam berpuasa, maka tak ada hajat bagi Allah untuk memberi nilai atau pahala, walaupun dia telah berpayah-payah meninggalkan makan dan minum.” (Riwayat Bukhari).       Pada hadis lain dikatakan “Berapa banyaknya orang yang berpuasa, tetapi tidak ada hasil yang diperolehnya selain dari lapar dan dahaga saja.” (Riwayat Ibnu Khuzaimah dan Thabrani).

       Oleh karena itu, satu di antara dampak yang positif dari ibadah puasa itu adalah membentuk kekuatan dan ketahanan ruhani. Bayangkan, orang yang berpuasa mampu menahan diri dari hajat dan tabiat hidup manusia, yaitu makan, minum dan bersenggama, walaupun hanya di waktu siang hari selama satu bulan adalah satu latihan yang tertib membentuk kekuatan dan ketahanan jiwa. Kemampuan menahan itu dikendalikan oleh jiwa.

       Maka tidak heran kekuatan jiwa atau ketahanan ruhani adalah faktor yang paling menentukan dalam kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan umat dan bangsa. Apabila jiwa seseorang atau suatu bangsa sudah kuat dan mantap, maka mereka akan mampu menghadapi tantangan demi tantangan, sanggup mengatasi kesulitan demi kesulitan, dan akhirnya berhasil mencapai prestasi atau kemenangan.

       Jika ini dapat dipertahankan hingga akhir puasa maka wajar jika dirayakan dengan Idul Fitri kemenangan atas kembalinya jiwa yang bersih.

      Setiap tahun kita kehadiran bulan Ramadan dan Idul Fitri, walau diakui bahwa tidak semua orang akan dapat merasakan nikmat dan hakikat hari raya itu. Hanya mereka yang berpuasa siang hari dan mengisi malam-malam Ramadhan dengan qiyamul lain, hanya itulah yang benar-benar menikmati Idul Fitri sebagai suatu kemenangan.

      Untuk menjaga semua itu perlu ada komitmen dan tekad kuat melalui niat karena semata-mata mengharapkan ridha Allah. (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

NEGARA ini tidak begitu populer. Apalagi mau disandingkan dengan Amerika. Atau Jerman tetangganya. Saya hanya mengerti dua hal dari negara ini. Satunya Pakta Warsawa,...

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.com.- Maraknya penjual petasan saat  bulan Ramadan   menjadi atensi aparat Kepolisian. Selain meresahkan masyarakat yang sedang beribadah, juga membahayakan.

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.com.-  Kontroversi pembagian los pasar Tente semakin meruncing saja. Pembahasan yang berkali-kali dilakukan, belum menemukan titik temu penyelesaian. Aksi demo saling menyuarakan aspirasi...

Peristiwa

Perairan laut selatan, khususnya di Kecamatan Langudu menyimpan daya tarik luar biasa.  Pantai Pusu Desa Pusu, memang sebelumnya cukup terisolir. Menjamah tempat ini, jalurnya...

Opini

 Oleh: Musthofa Umar, S. Ag, M.Pd.I (Tulisan ini disampaikan pada Tausiyah PC PMII Bima di Masjid Al Anshor Penatoi – Kota Bima)  Berdasarkan tinjauan...