Kota Bima, Bimakini.- Pawai rimpu yang digagas Pemkot Bima akhirnya mampu memecahkan Museum Rekor Indonesia (MURI), Sabtu (12/10). Kegiatan ini juga dalam rangka HUT ke-74 TNI.
Awalnya Pemkot melalui Dinas Pariwisata (Dispar) menargetkan 15.000 peserta, namun akhirnya melampaui 20.000. Hitungan itu berdasarkan perkiraan yang dibuat pihak MURI sendiri.
Tidak hanya pawai rimpu, namun juga Parade Kuda Pacuan. Pemkot Bima harus mengerahkan seluruh pegawai lingkup kota Bima, sekolah, dan masyarakat umum.
Pantauan Bimakini.com, pawai di mulai dari lapangan Serasuba dan finish di pantai Lawata.
Kaum wanita tidak hanya mengenakan rimpu, tapi juga sanggentu atau penutup kain dibagian bawah. Kaum Pria mengenakan sambolo dan katente tembe.
Peserta pawai pun bahkan tak terputus dari lokasi start sampai ke lokasi finish. Hingga pihak MURI memutuskan, bahwa pawai rimpu Kota Bima berhasil memecahkan rekor.
Wali Kota Bima, H Muhammad Lutfi, SE menerima piagam rekor MURI. Dia menyampaikan ucapan terimakasih yang setinggi-tingginya atas partisipasi seluruh masyarakat Kota Bima yang telah memeriahkan kegiatan ini.
“Ini jadi kebanggaan buat kita semua,” tuturnya singkat.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Bima, Sunarti menjelaskan, jumlah peserta pawai yang terdata sekitar 20 ribu orang. Masyarakat sangat antusias mengikuti kegiatan yang menghadirkan MURI tersebut.
“Kegiatan ini di luar ekspektasi. Kami menargetkan 15 ribu peserta, tapi yang hadir melebihi itu,” katanya.
Sunarti pun menyampaikan ucapan terimakasih kepada masyarakat dan semua pihak yang telah menghadiri pawai rimpu. Tentu saja kegiatan ini telah mencetak sejarah baru dengan jumlah pawai rimpu terbanyak yang pernah ada.
Perwakilan MURI Triyono mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kota Bima, karena turut diundang untuk menghadiri pawai rimpu.
“Pengajuan awal sebanyak 15 ribu. Sementara hasil verifikasi kami peserta sebanyak 20.165, melebihi target,” sebutnya.
Menurut dia, sepanjang sejarah belum pernah ada di belahan dunia manapun pawai rimpu sebanyak ini. Namun hari ini telah terlaksana di Kota Bima.
“Maka piagam ini bukan sebagai tingkat nasional, tapi rekor tingkat dunia,” ungkapnya.
Triyono pun berharap semoga budaya luhur ini tetap dijaga dan tidak tergerus dengan perkembangan zaman. (DED)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
