Bima, Bimakini.- Pertandingan Catur Pra Pekan Olah Raga Nasional (PON) di Grand Madani Hotel Kota Mataram 5-10 November berakhir. Duta Catur tuan rumah berhasil mengunci dua tiket sekaligus untuk berlaga di PON Papua 2020. Kepastian itu diperoleh setelah partai catur perseorangan yang dipercayakan kepada, Master Nasional (MN) Fitahurrahman, M.Pd berhasil meraih poin sempurna selama empat babak dan tidak pernah kalah dengan mengalah duta catur dari NTT, Maluku Utara, Papua Barat, dan Maluku. Demikian juga yang diperoleh tim beregu yang dinakodai MN Wahyullah, MN Edison dari Kabupaten Bima, MN M. Nuh (Sumbawa), dan Master Percasi (MP) Ardiansyah (Kabupaten Dompu), mengalahkan tim catur NTT 3,5-0,5, kemudian lawan Maluku Utara juga 3,5-0-5, Papua Barat, 3,5-0,5 dan terakhir melawan Maluku dengan hasil 2,5-1,5.
Ketua Percasi NTB, Abdullah Zais, SH, terharu setelah timnya berhasil meraih dua tiket PON Papua 2020 sekaligus. Impian pecatur NTB untuk berlaga dipentas PON selalu gagal dan setelah menunggu puluhan tahun baru berhasil. Kunci kemenangan tim NTB adalah mereka disiplin dan tidak diperbolehkan main kecuali hanya untuk bertanding di meja pertandingan. Artinya setelah makan malam, dan selesai shalat Isya hanya boleh menganalisa untuk pembukaan dan permainan sampai pukul 10 malam, setelah itu segera tidur. Uniknya ustaz MN Nuh dari Sumbawa selalu melakukan shalat malam dan dahsyatnya tiap babak dirinya selalu hawatir melihat gempuran lawan untuk M Nuh, tetapi anehnya selalu menang dan paling rendah hasil remis. Tidak pernah kalah, meski dikeroyok dengan berbagai perwirah, tetapi selalu tenang dan bisa mengatasi masalah yang sulit itu hingga menang. “Makanya saya nggak berani nonton partai beliau dan hanya menonton partai lain,” ujarnya usai pertandingan via WA, Senin (11/11).
Ini semua berkat doa dari masyarakat NTB yang memberikan semangat juang kepada pecatur. Percasi tidak memikirkan berapa biaya yang diberikan KONI NTB, tetapi semangat bagaimana agar bisa lolos PON karena kesempatan sebagai tuan rumah memungkinkan atlet bisa fokus dan semangat untuk meraih kesempatan itu dengan baik. “Alhamdulillah kini terwujud meski dalam kondisi miskin biaya penyelenggara. Bayangkan kita hanya diberi 10 juta dari KONI untuk kegiatan dan persiapan atlet. Tetapi kita tidak berkecil hati dan itu dibuktikan oleh pecatur kita,” katanya.
Keberhasilan ini, katanya, perlu disyukuri dan atlet catur harus bersiap diri untuk menjadi yang terbaik di PON 2020 Papua. Semoga catatan emas ini menjadi penyemangat bagi pecatur yang akan datang untuk meraih yang terbaik untuk NTB. (NAS)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.