Bima, Bimakini.- Kian parahnya kerusakan hutan dan gunung di wilayah Bima serta Dompu belakangan ini, membuat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia, Letnan Jenderal TNI Doni Monardo marah besar.
Kekesalan itu luangkan saat Lulusan Akademi Militer (Akmil) 1985 silam itu mengunjungi pegunungan sekitar Kecamatan Parado serta saat berdialog langsung bersama Bupati Bima, Bupati Dompu, Wali Kota Bima serta warga dan stakeholder lainnya Sabtu (21/12).
“Saya sedih sekali melihat dan gunung – gunung disini pada rusak semua. Dan saya baru melihat kerusakan hutan yang sebegini parahnya. Kalian disini banyak yang beragama Islam kan? Astagfirullah haladzim,” ucap pria kelahiran Cimahi, Jawa Barat, 10 Mei 1963 silam tersebut dengan nada tinggi.
Dengan kondisi kerusakan yang cukup parah ini katanya, tinggal menunggu waktu saja bencana akan melanda Wilayah Bima dan Dompu dan sekitarnya. Hanya saja harapnya, bencana tidak terjadi secepatnya dan menyerahkan kembali ke sang maha pencipta.
“Tugas kita semua sekarang menjaga sisa hutan yg kita yang tersisa sedikit ini. Mari sama-sama mencegah kehancuran ini. Semua pohon habis dan hancur,” tambahnya dengan nada yang masih meninggi diruangan rapat Bupati Bima Sabtu malam.
Dia mengaku sangat heran dengan alasan ekonomi lah rata-rata masyarakat sekitar hingga nekat menggunduli hutan dan gunung-gunung tersebut. Padahal katanya masih banyak pekerjaan dan profesi lain yang bisa dilakukan untuk menyambung hidup.
“Jika hanya karena alasan ekonomi, toh sudah diberikan kecerdasan oleh Allah. Masa’ ia hanya urusan perut saja mengorbankan flora fauna dan makhluk hidup lain di sekitarnya,” tegasnya masih dengan nada meninggi.
Toh juga sambungnya, masih ada tanaman atau penghasilan lain yang bisa dilakukan warga untuk menyambung hidup. Terlebih ia mempercayai warga Bima dan Dompu lebih kreatif serta memilah mana yang dan mana yang buruk.
“Padahal kan tanaman jagung itu tanaman hanya musiman saja. Harus punya kesadaran moral dong, masa ia juga mau hidup dari hasil memalak begini,” kritiknya.
Hasil kunjungannya bersama rombongannya Sabtu kemarin ke Kecamatan Parado, dia menemukan fakta di hutan dan pegunungan disana saja, kerusakannya mencapai delapan ribu lebih. Belum kecamatan lain yang konon dipredikainya lebih parah.
Lalu bagaimana tanggapan para pemimpin daerah terhadap kemarahan Kepala BNPB ini? Bupati Bima, Hj Indah Dhamayanti Putri mengaku cukup malu dengan fakta di daerah yang dipimpinnya selama sekitar lima tahun belakangan ini. Terlebih kerusakan yang dimaksud tidak hanya terjadi di Kecamatan Parado saja, melainkan ada yang lebih parah pada 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Bima.
Hal ini juga katanya, karena pihaknya sudah lepas kewenangan untuk mengontrol hutan lantaran sudah diambil alih oleh pihak provinsi. Meski demikian ia mengaku memiliki komitmen kuat untuk menjaga hutan dan gunung ini.
“Komitmen kita tidak boleh lagi ada penambahan kerusakan hutan. Karena tidak hanya di Parado tapi ada banyak wilayah lain yakni di 191 Desa dan 18 Kecamatan,” ungkapnya.
Dengan kerusakan ini pihaknya mengaku khawatir akan terjadinya banjir bandang seperti yang melanda di kota dan Kabupaten Bima tahun 2016 silam.
Sementara Bupati Bima, H Bambang M Yasin sepanjang pantauan media ini hanya tertunduk sambil menutup sebagian wajahnya dihadapan forum. Ia mengakui juga, kerusakan hutan dan gunung juga lantaran berubahnya kewenangan pihaknya menuju provinsi sejak tahun 2014.
“Pemerintah tidak boleh membiayai apapun hingga masyarakat seenaknya merusak hutan. Illegal logging juga katanya terus meluas seperti halnya di gunung Tambora,” ucapnya.
Dia malah menyentil sikap aparat kepolisian yang longgar dalam pengawasan khususnya dalam penanganan masalah illegal logging selama ini.
“Jadi pilihan ada di kita semua. Dan sayangnya daerah kita yang banyak dipenuhi gunung dan harus dimanfaatkan dengan baik. Hari ini di Kilo juga sudah banjir,” ucapnya. (IKR)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.