Bima, Bimakini.- Petani saat ini mulai gigit jari dengan kondisi yang terjadi. Betapa tidak, di wilayah Kecamatan Bolo belum ada intensitas hujan yang maksimal, sehingga mengakibatkan kekeringan.
Petani Desa Leu, mengungkapkan, ada tiga So di wilayah Desa Leu yang alami kekeringan. Yakni di So La Duwe, So Nari Jara dan So Temba Na’e. Sedangkan di Desa Kara ada empat wilayah lahan pertanian. Yakni di So Ndaru, So Doro Pela, So Mpungga, So Mangge Robo, So Sera Mananti,” ujar Muhlis, Senin (13/1/2020).
Saat ini, kata dia, untuk mengairi lahan pertanian, petani menggunakan mesin pompa air karena debit air yang bersumber dari Dam tidak mencukupi. “Petani di tujuh lahan pertanian itu sulit dapat air untuk mengairi sawah. Sebelumnya tidak pernah menggunakan pompa air di Musim Hujan,” terangnya.
Menurut dia, cuaca ekstrim seperti ini tiada lain akibat ulah manusia yang membabat hutan secara liar. Sehingga terjadi kemarau yang sangat panjang. “Dulu tidak pernah terjadi kemarau panjang. Pasca gunung gunung gundul bukan saja kekeringan dialami, tapi ketika hujan turun selalu disertai musibah banjir,” ungkapnya.
Diharapkannya, terkait fenomena ini, pemerintah harus membuat torobosan yang lebih konkrit. Yakni tidak sebatas menggalakkan penghijauan, tapi ada upaya untuk memutus mata rantai kerusakan hutan saat ini. “Jangan hanya penghijauan yang dilakukan. Tapi buat pelaku perusak hutan efek jera,” harapnya. (KAR)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.