Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Lockdown Pribadi? Momen Upgrade diri dan Perenungan

Rahmat Zuhair

Oleh : Rahmat Zuhair

20 Maret 2020, Menjadi tanggal spesial bagiku sebagai anak perantauan, karena ditanggal tersebut penulis bisa pulang kampung dikarenakan diberlakukan kuliah jarak jauh, tentunya pulang kampung saat ini tidak setenang pulang kampung sebelumnya karena dihantui oleh perasaan tidak tenang. Covid-19 yang katanya sudah menyebar diberbagai daerah di Indonesia dan sampai saat ini pasien positif sudah memasuki angka 1000-an (27/03). Menjadi sebuah alasan untuk kita semua untuk waspada terhadap virus yang satu ini karena efek yang ditimbulkan akan sangat serius ketika pertahanan diri kita tidak siap bertemu dengan si Covid-19 ini.

Setibanya dikampung halaman, penulis segera melapor ke puskesmas dan dinyatakan ODP. Konsekuensinya adalah karantina selama 14 hari dirumah. Lockdown pribadi, begitulah bahasa kerennya. Bagi sebagaian orang menganggap hal ini adalah kegiatan yang membosankan dan membuat kehidupan tidak produktif, tapi nyatanya lockdown pribadi adalah ajang bagi peningkatan kapasitas diri dan perenungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena ketika lockdown kita dapat melakukan hal hal berikut.

Beribadah Lebih Maksimal

Mungkin yang sebelumnya sebagai mahasiswa sering tidak melaksanakan shalat dhuha dengan alasan bertabrakan dengan jadwal kuliah (sering menemukan alasan ini) ketika lockdown pribadi dapat memaksimalkan ibadah ibadah sunah yang ada. Sebelumnya amalan yaumiyah yang di targetkan mungkin ada yang tidak dijalankan sekarang ketika posisi lockdown dirumah menjadi prioritas utama dan menjadi sebuah kebiasaan selama lockdown pribadi.

Baca Lebih Banyak Buku, Minimal lebih intens

Bagi mahasiswa dengan rutinitas yang padat yaitu kuliah dan mungkin kegiatan keorganisasian yang menuntut untuk lebih fokus sering melupakan atau tidak meluangkan waktu ataupun lebih radikalnya adalah tidak punya waktu untuk membaca buku lebih banyak ataupun intens. Momen lockdonw pribadi bagi mahasiswa perantauan merupakan momen yang tepat buat mencintai membaca dan menemukan pacar literasinya yaitu satu buku yang membuat cinta terhadap membaca seperti quotes terkenal Najwa Shihab tentang buku. Akan lebih sering dan menjadi sebuah kebiasaan ketika 14 hari dibudayakan membaca buku setiap harinya selama lockdown, hari ini dengan rebahan kita bisa menyelamatkan Indonesia besoknya kita selamatkan Indonesia dengan investasi budaya literasi yang kita tanam sedari sekarang.

Upgrade Ketahanan Fisik

Bagi mahasiswa yang mungkin diberbagai macam kesibukannya jarang melakukan olahraga hari ini dimomen lockdown pribadi dapat dimanfaatkan untuk melakukan latihan ketahanan tubuh seperti push up, shit up, jumping jack ataupun melakukan variasi gerakan seven minute workout didalam rumah. Berbagai macam latihan tersebut tentunya dapat menguatkan fisik kita setelah masa lockdown kebiasaan tersebut dapat menjadi budaya dalam diri kita untuk membudayakan olahraga. Karena menulis laporan pun butuh kesiapan fisik yang kuat dan hal tersebut sangat dibutuhkan disaat masa masa menjadi mahasiswa. Karena berbagai literatur sudah membuktikan manfaat dari berbagai olahraga ketahanan diatas.

Soliditas untuk Saudara kita yang terpaksa untuk tidak Lockdown Pribadi

Tidak semua warga negara Indonesia melakukan lockdown pribadi, mulai dari yang terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari hari (bukan pekerja kantoran) dan tenaga kesehatan yang saat ini menjadi pahlawan bagi kita semua. Untuk yang masih berkeliaran menuruti nafsu yang tidak dapat dilockdown tidak usah kita bahas cukup kita doakan semoga dibukakan hatinya sehingga tidak menjadi pencilan yang membuat Indonesia hancur karena korona. Bentuk kesolidan terhadp saudara sebangsa yang saat ini yang masih berjuang sudah banyak dilakukan mulai dari penggalangan dana online maupun bantuan secara fisik lainnya.

Bencana Covid-19 menjadi sebuah momen yang tepat bagi kita sebagai anak bangsa yang lahir dari DNA kesolidan sehingga dapat merdeka seperti saat sekarang. Momen yang seharusnya membuat kita merenung apakah ini pertanda kita sebagai bangsa kurang melihat sejarah perjuangan Indonesia sehingga makin banyak mafia mafia yang menumpuk alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan. Merenunglah bangsa ku DNA kita bukan Kapitalis tetapi DNA kita adalah Pancasila, satu badan satu rasa satu Indonesia. (*)

Penulis adalah Mahasiswa IPB

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.- Setelah bertambahnya lima pasien positif Covid19, kini warga mulai bertanya-tanya akan status Kota Bima yang sebelumnya zona hijau. Apakah masih berstatus...

Peristiwa

Bima, Bimakini. – Muspika Monta melakukan kegiatan sosialisasi tentang pencegahan dan penanganan penyebaran Corona Virus Desease 2019 (Covid 19) di Desa Pela Kecamatan Monta...

Pemerintahan

Bima, Bimakini.- Keseriusan Pemerintah Kabupaten Bima dalam penanganan dan pencegahan penyebaran Covid – 19 atau Corona dengan memperketat pintu masuk, khususnya perbatasan Dompu. “Untuk...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Menyusul terjadinya wabah Corona Virus  Desease (Covid -19), sebanyak 13 warga Kabupaten Serang, Provinsi Banten, yang tinggal di Bima Pulang Kampung ....

Pemerintahan

Bima, Bimakini.- Sebagai upaya pencegahan terhadap wabah Corona Virus Desease (Covid – 19), Pemerintah Desa (Pemdes) Tumpu, Kecamatan Bolo melarang warga untuk menggelar kegiatan...