Connect with us

Ketik yang Anda cari

CATATAN KHAS KMA

Bukit Jatiwangi itu!

Suasana malam di Bukit Jatiwangi.

SUATU hari pada April 2018, semua saudara saya berkumpul di Bukit Jatiwangi. Saat itu, ibu kami juga ikut. Saat kami bergembira, berkumpul, dan bercanda, ibu kami menangis. Saya kaget. Mengapa beliau bersedih? Teranyata beliau membayangkan saya dan istri, di masa tua, tinggal di salaja (gubuk) ukuran 3 x 6 meter di bukit itu.

Itu kali pertama sekaligus kali terakhir beliau ke Bukit Jatiwangi. Ketika pagi, takbir, tahmid, tahlil berkumandang pada Idul Fitri, 1 Syawal 1439, saat keluarga berkumpul kecuali saya. Saat mereka bercerita dan bercanda di rumah adik saya, ibu tiba-tiba minta pamit untuk berbaring. Allah, sang pemilik segala yang ada, di langit dan di bumi, serta di antara keduanya, telah memanggil beliau dengan tenang. Saya dikabari dan segera meluncur. Kali ini kami tidak dapat. Kami sedih tentu saja. Itulah akhir dari perjalanan ibu Maemunah binti Mansyur, almarhum ibu. Semoga husnul khatimah dan tenang di alam kubur.

Ayah kami telah meninggalkan kami lebih dahulu. Beliau menghadap Sang Pencipta, pada 30 Maret 2013. Saat saya menjadi anggota Panwaslu Kota Bima. Saat Pilkada Kota Bima sedang digelar. Saat itu, saya sedang sangat sibuk. Saya terpaksa tidak ikut pengundian nomor urut Calon Walikota, karena ada panggilan darurat. Ayah sakit keras. Hanya beberapa menit saya tiba, beliau menutup mata untuk selamanya dengan tenang. Alfatihah buat ayahanda H Muhammad Ali bin Ibrahim.

Kini, dua tahun sudah saya mengurus lahan di Bukit Jatiwangi. Terasa ada yang kurang jika sehari saja tidak ke sana. Rasanya hidup itu ada di sana. Hanya lima kilometer dari rumah karena jalannya memutar. Kalau ada jalan pintas, harusnya hanya satu kilometer saja. Target saya, bagaimana lahan sedikit di bukit itu bisa hijau. Saya menanam dengan banyak tanaman tahunan. Asam, alpukat, jambu mete, mahoni, flamboyan, kersen. Ada pula pohon naga, kelor, kadang jagung dan singkong saat hujan tiba. Untuk konsumsi sendiri.

Jika rimbun, tentu akan sejuk. Beruntung, bukit ini tumbuh pesat. Selain sarana jalan yang sudah di-hotmix, jaringan listrik pun sudah terpasang di sini. Tiap malam selalu saja dikunjungi anak muda yang sekadar nongkrong. Menikmati lampu kota dari sisi utara. Pemandangan kota dari atas bukit, tentu mulai menarik saat mentari beranjak ke peraduan. Ada sunset di atas pelabuhan. Kadang kalau beruntung, bisa nikmati senja memerah, memantul di atas Teluk Bima. Pemandangan Pelabuhan Laut Bima, jelas terlihat di sini. Aktivitas bongkar muat kapal pelayaran rakyat pun samar bisa dilihat.

Warga yang selfie di Bukit Jatiwangi.

Magrib, ada mushala milik H Muhtar yang bisa dipakai untuk shalat. Bunyi hewan malam menambah asyiknya suasana malam. Warga yang duduk di puncak bukit, menikmati malam yang indah. Itulah salah satu daya tariknya yang paling kuat.

Kini, bukit Jatiwangi terus bersolek. Tempat nongkrong dan ngopi malam terus tumbuh. Tidak hanya di puncak bukit utama yang bisa menyajikan view 360 derajat. Tetapi mulai muncul juga di tempat lain di atasnya. Tiap malam ratusan warga menghabiskan waktunya di bukit ini.

Sebuah sarana tempat nongkrong baru tengah disiapkan. Nantinya, di tempat itu, akan ada fasilitas untuk karaoke. Puluhan meja dan bangku terus disiapkan, sambil menunggu berakhirnya pandemi Covid-19.  Tanah yang djual kavling oleh warga, kini mulai ditata oleh pemilik baru. Yang paling aktif salah satunya adalah Muzakir NS, bos media Garda Asakota.

Hampir tiap hari, tempatnya selalu dikunjungi kolega. Ada yang sekadar silaturahmi, ada juga yang serius berdiskusi. Tempat itu terus dipercantik agar membuat betah kawan yang berkunjung. Dari sini, bebas memandang ke arah barat, laut, pelabuhan, dan matahari terbenam. Cantik dan bikin betah!

Semakin ke atas, lahan warga lainnya juga terus dipoles. Sebuah alat berat kini sedang beraksi membuat terasering. Lahan miring itu ditata agar menjadi rata. Lapisan atas tanah tidak lagi mudah tergerus dan terhanyut air hujan. Sebab itu akan mengurangi kesuburannya.

Syuting film La One Cinta untuk Ina di Bukti Jatiwangi.

Bukan hanya yang nongkrong ke bukit ini. Karena udaranya bersih, tiap hari ada saja yang berolahraga. Ada yang jalan, lari kecil, atau bahkan gowes. Tanjakan memang cukup ekstrem, tetapi tidak mengurangi animo untuk menikmatin indahnya Bukit Jatiwangi.

Radio Pelangi pun sudah membeli lahan di bukit ini. Rencananya akan bangun studio. Kelebihannya, lokasi lebih tinggi, pancaran bisa lebih luas. Jika semua terwujud sesuai rencana, maka di masa depan akan ada empat studio radio di Bukit Jatiwangi. Selain dua radio yang sudah mengudara sekarang yaitu Citra FM dan Persada FM, menyusul Radio Pelangi dan Bima FM.

Bisa jadi, Bukit Jatiwangi akan menjadi pusat penyiaran. Karena Bima TV juga berencana untuk pindah di ke bukit ini. Sebuah villa yang bisa disewakan pun sudah lama ada di bukit ini. Agung Villa dengan kamar standar hotel bintang tiga. Fasilitas lpun engkap.

Pemerintah Kota Bima perlu juga memberikan perhatian lebih. Ada geliat ekonomi rakyat di sini. Menata sarana pendukung yang memadai, adalah salah satunya. Jalan yang dinilai masih belum aman, tentu menjadi harapan untuk dievaluasi lagi di masa mendatang. Lebih keren, jika ada lokasi yang dikuasai Pemkot untuk menjadi ruang publik. Atau yang dikelola perusahaan daerah yang kabarnya segera dibentuk.

Beberapa insiden kecelakan maut pernah terjadi di sini. Menurut warga, desain jalannya kurang memperhatikan faktor keamanan. Terlampau curam dengan tikungan teramat tajam. Warga berharap ada evaluasi demi masa depan lokasi yang sudah menjadi primadona warga kota ini.

Masih banyak yang bisa dikembangkan. Faktor jalan bisa menjadi salah satu penghambatnya, jika intensitas kunjungan kelak sudah tinggi. Jika berkaca pada sejumlah objek wisata di daerah lain, Bukit Jatiwangi menawarkan banyak hal. Sangat cocok jika dibangun wahana pendukung. Flying fox, sepeda terbang, spot selfie, atau sarana lain, tentu bisa menarik kunjungan.

Penulis bersama pemeran utama Film La One.

Yang dibidik, tentu bukan hanya warga Kota Bima semata. Warga lain di Indonesia pasti berminat mengunjunginya, jika tempat ini sudah memiliki sarana pendukung. Lambat laun usaha masayarakat juga akan tumbuh. Tempat kuliner atau sarana hiburan lainnya. Saatnya nanti, akan menjadi sumber PAD baru bagi Kota Bima.

Banyak tokoh dan narasumber Catatan Khas saya yang diwawancara di sini. Ada mantan Wali Kota Bima dua periode, HM Qurais H Abidin, Dr M Firmansyah, bos Duta Celullar, Muhammad Ridha Ulhaq, mantan Wakil Wali Kota Bima, H Umar H Abubakar, Bakal Calon Bupati Bima yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dr Irfan Zubaidy, Dr Syafyudin Yusuf, dan lain-lain.

Apakah Anda pernah ke Bukit Jatiwangi? Syuting Film La One Cinta untuk Ina itu, dilakukan di sini lho. Sang sutradara, Awaluddin Tahir dan Produser H Dudi Fakhruddin sengaja memilih lokasi ini agar bisa lebih populer lagi.  Idenya mirip film Laskar Pelangi yang telah mengangkat nama Belitung dan pantainya yang indah, Tanjung Tinggi itu.

“Kita angkat potensi ini melalui film layar lebar. Seperti Belitung yang populer setelah menjadi lokasi syuting film Laskar Pelangi,“ kata H Dudi. Jadi, kapan Anda ke Bukit Jatiwangi? (Khairudin M. Ali)

 

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

Ke Jeddah saat Menunggu Kembali ke Tanah Air ‘’USAI makan siang, kami menunggu bus yang akan mengantarkan ke Jeddah. Kami menunggu di pelataran hotel...

CATATAN KHAS KMA

Rutinitas Ibadah di Masjidil Haram RANGKAIAN ibadah umroh wajib telah berakhir. Itu cukup menguras tenaga, karena proses Tawaf dan Sa’i yang diakhiri Tahalul yang...

CATATAN KHAS KMA

Mampir di Hotel INI perjalanan hari empat bagian ke dua. Catatan perjalanan ini, memamg diturunkan berdasarkan hari perjalanan. Tetapi hari ke empat ini, ternyata...

CATATAN KHAS KMA

Masuk Raudhah Semalam kami mulai tidur sekitar pukul 22.00 waktu Madinah. Sepertinya, malam kedua sudah mulai terbiasa dari pengaruh jet-lag seperti hari pertama. Tidur...

CATATAN KHAS KMA

Sholat Pertama di Masjid Nabawi Alhamdulillah, perjalanan yang melelahkan dengan duduk selama sembilan jam, tiba juga di hotel Royal Andalus. Jam tangan yang saya...