Dompu, Bimakini.- Sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring (online) memberikan kesulitan bagi banyak siswa termasuk orang tua. Ketersediaan alat komunikasi berupa handphone (HP) dan akses internet jadi hambatan yang membuat siswa di pedesaan sulit mengikuti KBM dengan sistem ini.
Kondisi ini menggugah belasan relawan Pengajar Muda Dompu Timur Mengajar di Kampung Tolo Ta’a, Desa O’o, Kacematam Dompu, NTB. Relawan dari DTM berinisiatif mengajar secara tatap muka bagi siswa dari berbagai tingkatan sekolah.
Mulai dari pra taman kanak-anak (PAUD), taman kanan-kanan (TK), sekolah dasar (SD), hingga sekolah menengah pertama (SMP) ikut belajar bersama setiap harinya.
Andri, pendiri Dompu Timur Mengajar/sekolah gratis ini menjelaskan, berdirinya lembaga ini berawal dari kegelisahannya melihat anak-anak yang seharusnya belajar justru bermain tak karuan. Mereka menghabiskan waktu sehari-hari dengan bermain bersama teman karena orangtuanya sibuk bekerja di ladang sebagai petani atau peternak.
“Pas selesai salat kadang saya melihat mereka hanya main saja sampai sore. Dari situ saya tekadkan diri mengajak mereka untuk datang ke masjid dan belajar,” ujar Andri Rabu (29/7).
Kata dia, hari pertama diminta belajar di masjid, ternyata minat anak-anak belajar secara tatap muka tinggi. Mulai dari TK sampai SMP jumlahnya banyak. ujar Andri
Semua proses KBM yang ada di lembaga ini pun tidak dipungut biaya. Artinya, semua kebutuhan untuk mengajar merupakan swadaya dari relawan dan warga yang memang menyumbang secara sukarela.
“Jadi kalau butuh papan tulis, spidol, atau apapun ya diambil dari relawan yang punya saja. Misal, saya punya apa, dia punya apa ya sudah dikumpulkan untuk ngajar,” ungkap Andri
Dia dan relawan tahu bahwa tak semua orang tua siswa memiliki penghasilan besar dan berkecukupan. Maka sekolah gratis menjadi jalan paling pas agar anak-anak tetap bersekolah di tengah pandemik COVID-19 ini. (BE04)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.