Connect with us

Ketik yang Anda cari

CATATAN KHAS KMA

“Saya Ingin Punya Sedan Putih“

Nuryanti, SE., ME, Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB

AKHIR 2019 lalu, saya punya kesempatan berjumpa dengan seorang wanita lincah. Namanya Nuryanti. Lengkapnya, Nuryanti, SE, ME. Nama ini kerap muncul di media massa belakangan ini. Kiprahnya yang sangat sentral untuk mewujudkan industialisasi NTB Gemilang, selalu saja menjadi bahan berita. Dialah tamu Catatan Khas KMA kali ini.

Saya sebenarnya sudah lebih sepuluh hari ini hanya di tempat tidur. Otot betis saya cedera. Kalau istilah medisnya disebut Tennis Leg. Cedera otot betis ini biasa dialami oleh pemain tenis lapangan. Pemicunya, gerakan spontan dengan tekanan yang melebihi batas peregangan otot kaki. Ada robek di otot Gastrocnemius. Bisa jadi karena kurangnya pemanasan. Saya alami itu saat menjadi kiper sepak bola RT. Rayakan 17 Agustus. Main hanya tiga menit, tidak bisa jalan diprediksi sebulan. Obatnya selain fisioterapi, ya istirahat total.

Saat berbaring saja, rasanya menjadi kaku semua. Termasuk otak? Saya takut juga otak ini kaku. Cukuplah otot saja. Saya jadi teringat dengan Bu Nuryanti, Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB. Yang imut dan lincah itu! Yang ternyata punya cita-cita mulia. Ingin menjadi dokter dan punya sedan putih.

Bagi saya, kantornya di jalan Majapahit Mataram itu tidaklah asing. Di kantor ini, saya juga pernah beberapa kali menemui kepala dinas pada era 90-an. Ketika itu saya masih wartawan muda. Kali ini saya menemui Kepala Dinas yang lebih muda dari saya.

Mencoba alat tenun tradisional saat berkunjung ke Wera, Bima,

Nuryanti lahir di Dompu, 4 Januari 1976. Pendidikan hingga sekolah lanjutan atas, dia selasaikan di Bumi Nggahi Rawi Pahu ini. Dia sebenarnya berdarah Ngali, Bima. Orang tuanya tinggal di Dompu karena tugas sebagai pendidik. Tamat SMA Negeri 1 Dompu pada 1994, ia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Mataram. Yang diambil Fakultas Ekonomi. Tidak jadi kuliah kedokteran karena keinginan orang tua. “Sebenarnya faktor utama soal biaya. Orang tua tidak sanggup membiayai untuk kuliah di Fakultas Kedokteran,“ katanya.

Jalan hidupnya berubah. Dibiarkannya mengalir seperti air, walau tidak sesuai dengan cita-cita. “Kita jalani saja, bisa jadi itu yang terbaik,“ katanya kepada saya.

Nuryanti memang punya motivasi belajar yang kuat. Dia pun lulus dengan predikat Cumlaude. Kuliahnya pun terbilang sangtat singkat. Hanya 3,5 tahun. Setamat kuliah, dia segera melamar kerja dan lulus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Di saat kawan-kawan saya masih kuliah dan urus skripsi, saya sudah diterima sebagai PNS,“ kata putri pasangan H. Tadjuddin BSc dengan Hj Siti Hadidjah, SPd ini. Nuryanti lahir dari keluarga guru. Ayahnya almarhum adalah guru SMA Negeri Dompu, dan ibunya guru SD di daerah itu.

“Awalnya hanya ingin menjadi dosen saja dan lanjutkan kuliah dahulu. Tidak ingin menjadi PNS,“ katanya.

Tapi lagi-lagi desakan orang tua akhirnya ia mendaftar ikut selesksi PNS. “Berkat doa orang tua juga langsung lulus,“ ujar ibu yang suka jalan-jalan dengan anak-anaknya dan berkebun ini.

Menjadi PNS, ternyata karirnya moncer juga. Walau dimulai sebagai staf di Biro Organisasi Pemda Lombok Barat, Nuryanti telah mendudukan banyak jabatan di sejumlah dinas. Di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, ia memulai menjadi staf Kantor Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Labuapi, kemudian jabatan terakhirnya adalah menjadi Kabid PNFI Dikbud Provinsi NTB.

Melihat dari dekat industri sepeda listrik di Lombok.

Di Dinas Sosial Provinsi NTB pun, pernah menjadi Kepala Panti Sosial Asuhan Anak. Di Bappeda NTB, ia sempat menjadi Kepala Bidang Evapol serta Kepala Bidang Ekonomi.

Selama menjadi PNS, sekarang disebut Aparat Sipil Negara (ASN), Nuryanti juga punya prestasi gemilang. Meraih Peringkat I dalam DIKLAT Kepemimpinan TK III. Angkatan I Provinsi NTB pada 2015, Top 10 Inovasi Provinsi Pemprov NTB 2015, Ahli PengadaanBarang Nasional Jasa Pemerintah pada 2016. Selain itu, juga meraih  Asia Competitive Institute Annual Comperence International National University of Singapore pada  2017 dan 2018.

Nuryanti menikah dengan Suryadi Jaya Purnama, pada 12 Maret 2000. Tidak ada pacaran di antara keduanya. “Dikenalkan, diistikahrahkan, dikhitbah, dan akad yang sederhana. Kami tidak pacaran, makanya pacaran masih sampai sekarang,“ katanya kepada saya.

Hasil perkawinannya, telah dianugerahi lima orang anak yaitu M Wali Hajid, Nurani Syahidah, M Wali Abid, M Fatih Gemilang, M Pakar Hanif.

Nama Suryadi Jaya Purnama atau SJP, tidak asing. Dia adalah politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang telah beberapa kali menjadi wakil rakyat di DPRD Provinsi NTB. Pada Pemilu 2019 lalu, SJP berhasil lolos ke Senayan menjadi anggota DPR RI.

“Kedua orang tua dan suami tercinta, adalah motivator terhebat yang membuat saya semangat untuk terus berbuat yang terbaik.“ katanya.

Di saat kuliah, Nuryanti bukanlah mahasiswa kutu buku yang hanya belajar untuk mendapatkan Indeks Prestasi yang tinggi. Dia kerap juga menempa diri di bidang lain. “Hal yang indah saat kuliah, orang tua sudah memberikan kepercayaan untuk aktivitas apapun asal IP tetap 3,“ ujarnya.

Jadilah dia aktivis segala urusan bahkan hampir pada semua unit kegiatan kampus. “Kecuali Menwa dan Mapala saya tidak ikut,“ kata pendiri Yayasan Bening Nurani Bunda (Beranda).

Nuryanti juga ternyata punya bakat seni. Dia mendirikan teater Cemara Dua, Fakultas Ekonomi Unram. Bahkan sampai mengikuti Festival Teater Modern di Bandung. Beberapa kejuaran silat juga dia ikuti. “Cuma yang ini (ikut kejuaraan silat) tidak lanjut atas permintaan orang tua,“ kata Ketua Preswil KAMMI NTB ini. Rupanya Nuryanti sangat patuh pada kedua orang tuanya.

Melalui Yayasan Beranda Nuryanti menanamkan hal-hal baik tentang kemanusian, pendidikan, pola asuh, serta tuntunan kerja di bidang ekonomi. “Menjadikan wawasan lebih luas, sehingga dalam mengambil kebijakan akan lebih mudah memandang dampaknya bagi semua lini,“ ujar wanita mengedepankan bekerja dan melayani dengan hati ini.

Sebagai Kepala Dinas Perindustrian, dia bangga karema JPS Gemilang membeli produk IKM dan membagikan ke masyarakat. “Alhamdulillah menjadi tren kebijakan di provinsi, bahkan nasional pun turut dengan gerakan bangga buatan Indonesia,“ kata Ketua Harian Dekranasda NTB ini.

Menurut Nuryanti, mulai ada perubahan signifikan dari pola pikir dan gaya hidup. Bincang-bincang masyarakat NTB tidak jauh-jauh dari industrialisasi.

Mencoba sepeda listrik di Bima.

Pro dan kontra tetap ada. Tetapi itu menjadikannya semakin banyak untuk bahan diskusi.  “Diskusi-diskusi yang semakin mengerucut menemukan makna bahwa semua bisa kita buat di NTB. Mengolahnya pasti kita bisa. Membuat mesin-mesin dengan pola ATM (amati, tiru, modifikasi) juga menjadi tren,“ ujarnya.

Perkembangan ini menurutnya, melahirkan inovasi-inovasi. Buktinya sekarang ada 160 mesin dan alat yang bisa dibuat oleh IKM NTB. Gairah SMK untuk sinergi di dunia industri juga semakin baik. Tidaknya hanya alat-alat sederhana yang mampu dibuat. Tetapi sepeda listrik dan mobil pun bisa dirakit oleh masyarakat NTB. Ini semua dilakukan oleh anak-anak SMK dan IKM permesinan, juga otomotif.

“Hal ini menjadi energi untuk NTB maju menjadi sentra industri berbasis rumah tangga secara nasional,“ ujarnya optimis.

Nuryanti menyebutkan ada lima program sektor industri prioritas di NTB. Prioritas pertama adalah industri hulu agro untuk menjamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produk-produk pertanian, peternakan, perikanan, kelautan, serta perkebunan sebagai bahan baku sektor industri olahan. Selanjutnya industri olahan yaitu 11 komoditi unggulan, olahan limbah, industri kimia, farmasi herbal dan alat-alat kesehatan

Kemudian ada industri ekraf dengan ikon muslim fashion industry, yang akan melahirkan banyak industri turunan baik di sandang, kerajinan dan asesoris. Ada juga industri pertambangan/smelter.

“Terakhir industri permesinan, otomotif listrik dan energi terbarukan. Dengan tujuan akhir pada machine tools industry (industri mesin perkakas). Kata kunci pada industri yang kelima sebagai triger percepatan pencapaian untuk empat sektor industri lainnya,“ jelas Nuryanti saat berkunjung ke Bima.

Bagaimana cara memajukan industri di NTB? “Cintai, beli, dan gunakan produk lokal. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi,“ ujarnya.

Ada yang menarik dari sikapnya saat berkunjung keluar negeri. Bagi banyak orang, itu adalah kesempatan untuk belanja barang-barang bermerek internasional. Tetapi bagi Nuryanti, malah sebaliknya. “Awalnya saya kagum. Tapi akhirnya memunculakn rasa nasionalisme yang tinggi bahkan enggan mengeluarkan rupiah utk mereka. Saya memutuskan belanja di Indonesia saja,“ ujarnya.

Bagi Nuryanti, hidup harus disyukuri dan dijadikan sebagai ladang amal. Terutama berjuang di jalan Allah. “Barang siapa (orang-orang mukmin) menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya,“ katanya mengutip QS. Muhammad ayat 7.

Majulah industri NTB. Majulah NTB, majulah Indonesia! (Khairudin M. Ali)

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

Ke Jeddah saat Menunggu Kembali ke Tanah Air ‘’USAI makan siang, kami menunggu bus yang akan mengantarkan ke Jeddah. Kami menunggu di pelataran hotel...

CATATAN KHAS KMA

Persiapan Pulang SEMALAM tidur agak larut, karena harus menyiapkan semua barang bawaan. Termasuk bagaimana mensiasati agar air Zamzam dalam botol-botol mineral supaya dapat “diselundupkan”...

CATATAN KHAS KMA

Tur ziarah ke Kota Thaif HARI ke delapan, di tanah suci, rombongan jamaah umroh kami mengikuti program tur ziarah ke kota Thaif. Berikut lanjutan...

CATATAN KHAS KMA

Umroh ke Dua SELEPAS holat subuh berjamaah di masjidil haram, sekitar pukul 10.00 pagi, kami menaiki bus yang mengatar kami ke lokasi Miqat di...

CATATAN KHAS KMA

Rutinitas Ibadah di Masjidil Haram RANGKAIAN ibadah umroh wajib telah berakhir. Itu cukup menguras tenaga, karena proses Tawaf dan Sa’i yang diakhiri Tahalul yang...