Connect with us

Ketik yang Anda cari

CATATAN KHAS KMA

Taklukkan Jakarta Berbekal Ijazah SMEA

H Muchtar Achmad

PADA 2005 lalu, di Kabupaten Bima ada drama Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pada Pilkada langsung pertama itu, ada tiga pasangan calon yang bertarung. Petahana Drs H Zainul Arifin berpasangan dengan dr H Ibrahim, ditantang pasangan H Ferry Zulkarnain, ST-Drs H Usman AK dan pasangan Drs H Muchtar Achmad, SE., MM-dr Irfan Zubaidy Sulaiman.

Pertarungan dramatis itu dimenangkan pasangan Ferry Zulkarnain-Usman AK. Ferry saat itu sedang menjabat Ketua DPRD Kota Bima yang juga ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bima. Sementara Usman AK sedang menjabat sebagai Sektretaris Daerah Kota Bima.

Pada Catatan Khas kali ini, saya tidak ingin mengungkap cerita kelam itu. Cerita yang sudah menjadi rahasia umum itu. Skenario menghentikan langkah H Zainul menjabat dua periode itu. Itu sudah lewat. Sudah 15 tahun lamanya. Biarlah menjadi sejarah bagi Bima. Pernah ada demokrasi sekonyong-konyong. Berbiaya mahal, tetapi seakan menjadi mainan para elit.

Setelah waktu berlalu, akhirnya saya dapat juga kisahnya. Kisah dari sumber primer para pelakon drama satu babak itu. Dia adalah H Muchtar Achmad, pasangan penantang yang berduet dengan dr Irfan yang saat itu sedang menjadi Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Bima. Bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali. Bahkan kami cukup intens berkomunikasi. Baik personal maupun di group-group diskusi daring.

Tetapi sekali lagi, bukan kisah skenario kelam itu yang ingin saya tulis. Bukan kisah digelarnya karpet merah bagi keluarga Kerajaan Bima untuk merebut kekuasaan yang masih langgeng hingga kini. Yang akhirnya dianggap telah membangun politik dinasti. Dan hari ini, istri almarhum Ferry, Hj Indah Dhamayanti Putri (IDP) maju lagi bertarung untuk periode kedua. Dan putranya, Muhammad Putera Feriyandi, yang baru tamat kuliah itu, menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bima.

H Muchtar ternyata sosok yang santai. Senang menikmati hidup dengan keluarga. Menikmati hari-hari setelah pensiun dengan berkebun. “Saya senang menikmati hari tua dengan berkebun dan bercengkerama dengan keluarga, dengan cucu-cucu,“ katanya kepada saya suatu kali berjumpa.

Pria kelahiran Bima, 12 Maret 1952 ini kadang merasa bersalah dengan peristiwa itu. Tetapi semuanya sudah terjadi dan telah berlalu. “Biarlah menjadi sejarah bagi demokrasi di Bima,“ katanya.

Suami  Hj Rismini Abubakar ini memiliki alasan atas sikap itu. “Tetapi saya meminta maaf kepada dr Irfan. Beliau menjadi korban. Beliau tidak tahu sama sekali terlibat dalam skenario itu,“ ujarnya lagi.

Nama dokter yang memilih tidak bekerja dengan pemerintah itu, kini muncul lagi ke permukaan. Dia sedang berjuang untuk merebut jabatan Bupati bersama pasangannya, H Herman Alfa Edison. Pilkada Kabupaten Bima 2020 yang tahapannya sempat terganggu oleh pandemi Covid-19, kini dilanjutkan lagi. Mereka hampir pasti menjadi salah satu pasangan penantang  petahana.

Calon pasangan lainnya yang sering disebut adalah H Syafrudin HM Nur dengan Ady Mahyudi. Sementara bakal pasangan calon perseorangan, sulit melanjutkan langkahnya. Syarat dukungan berat dipenuhi setelah mendapatkan pinalti dari KPUD Kabupaten Bima. Syarat minimal sekitar 32 ribu, yang memenuhi syarat hanya sekitar 18 ribu dukungan. Masih kurang sekitar 14 ribu dukungan. Kekurangan itu harus dipenuhi dua kali dari jumlah kekurangannya. Artinya harus kumpulkan lagi sekitar 28 ribu dukungan. Ini tidak mudah dan telah diumumkan tidak lolos.

Saat saya menulis catatan ini, belum ada penetapan pasangan calon oleh KPUD. Demikian pula dengan partai pengusungnya. Soal rekomendasi partai pun masih heboh dibahas.

Paling baru, Sabtu 1 Agustus 2020 kemarin, saya dan beberapa kawan bertandang lagi ke sebuah bukit di kawasan Ule Kecamatan Asakota. Di bukit yang disebut Bumi Mas (Bukit Milik Muchtar Achmad Sekeluarga) itu, H Muctar biasa menghabiskan waktunya kalau ke Bima.

Di bukit ini, H Muchtar rajin sekali berkebun. Apalagi pada masa pandemi ini. Inilah pertama kali H Muchtar meninggalkan rumahnya di Jakarta paling lama. Lebih enam bulan lamanya. Kesempatan langka itu banyak digunakannya untuk menemui dan berjumpa keluarga dan kawan masa kecil. Bahkam kerap berdiskusi dengan jamaah Masjid Sultan Muhammad Salahuddin, tempat biasa ia shalat subuh. Bahkan sesekali, para jamaah yang rata-rata uzur itu, diajaknya jalan-jalan ke Bumi Mas. Sekadar makan enak, kumpul-kumpul, dan diskusi soal akhirat.

Bertemu penulis dan Akbar Musa, SP di Bumi Mas.

Beberapa kali bertemu, membuat saya mulai mengenal pria empat anak ini. Muchtar muda meninggalkan Bima sejak tamat SMEA. Dia ingat betul. Katanya itu September 1971. Di Jakarta mulai ikut kursus Tata Buku Bon A dan Bon B yang sangat sulit itu. Untuk meningkatkan kapasitas diri. Itu Akuntansi lama. Istilahnya memang begitu. Pasti sangat asing di telinga kita hari ini.

Dengan Ijazah SMEA plus sertifikat kursud Bon A dan Bon B, pada 1973 H Mucthar muda menaklukkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dia diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada usia 21 tahun. Dalam berkarier pun, tetap terus menempa diri dan meningkatkan pengetahuan formal. Ia bekerja sambil kuliah hingga sarjana strata dua dengan gelar Magister Manajemen.

Pria kelahiran Paruga Bima, 12 Maret 1952 ini resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai staf  Biro Akuntansi Itwilprov DKI Jakarta. Karier Muchtar ternyata moncer juga. Dia pernah memegang jabatan struktural mulai dari Wakil Walikota Jakarta Barat, Sekkodya Jakarta Barat, Kepala Biro Umum Pemprov DKI, Kepala Kantor Kesda DKI, Kepala Kantor Perbedaharaan DKI, hingga jabatan strategis lainnya. Sementara jabatan fungsional yang pernah diembannya juga tidak kalah banyak. Menjadi anggota tetap Tim Pembinaan BUMD DKI, anggota tetap Tim Penyusunan APBD DKI, anggota tetap Tim Penyusunan Pidato Politik Keuangan DKI, Bendahara Koperasi Karyawan DKI, Bendahara Umum Dana Direksi Daerah DKI dan masih banyak lagi.

Pengalaman lainnya di bidang keuangan daerah lebih 28 tahun itu membuatnya pernah dipercaya untuk menjadi auditor, pembina BUMD, dan lain-lain. Berbagai penghargaan pun kerap diraihnya dengan masa pengabdiannya lebih dari 36 tahun.

Kini Muchtar Achmad menikmati masa tua dengan bahagia bersama istri. Dari perkawinan bahagia itu, lahir empat anak hebat yaitu  dr Rosita Julyati, Dewi Fitriany, SE., MM, Yuni Rosmilasari, SE, dan Drs M. S Bimantara. Dari perkawinan mereka, Muchtar Achmad telah memiliki enam orang cucu yang manis-manis.

“Melanggar komitmen kepada tuhan hanya mengusung kepentingan orang lain, tetapi pengorbanan lahir batin menjadi beban keluarga besarku,“ katanya.

Tetapi ia meyakini bisa bangkit karena ketetapan Allah melalui kekuasaan dan kebesaraanNya. “Dalam kesuksesan pasti akan menyelip kegagalan. Saya sadar bahwa tuhan akan menguji hambanya dengan dua hal. Yaitu impian kesenangan dan musibah ketakukan.“ ujarnya kepada saya suatu waktu.

Di usia 68 tahun ini, kondisi fisiknya masih sangat prima. Di Bumi Mas, ia tanam dengan aneka pohon. Srikaya yang ditanamnya sendiri telah panen dua tahun belakangan ini. Beberapa bulan kemarin juga menanam durian. “Untuk coba saja. Tetapi kelihatannya agak sulit berkembang di Bumi Mas. Cuacanya yang relatif panas dengan curah hujan yang rendah,“ ujarnya.

Apa yang ingin disampaikan kepada anak muda Bima sebagai inspirasi? “Tetap menjaga semangat juang. Saya percaya anak muda Bima bisa sukses di mana pun asal ada spirit untuk berjuang. Saya yakin kita bisa,“ ujarnya.

Saat ini, bersama sejumlah diaspora Bima sedang memikirkan cara untuk menggairahkan ekonomi Bima. Mungkin akan dibangun semacam badan usaha atau modal ventura. Tujuannya, untuk membawa investasi masyarakat Bima dari daerah lain.  “Ini masih kita kaji formulasinya. Semoga segera terwujud,“ katanya. Salam Khas! (Khairudin M. ALI)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Politik

Mataram, Bimakini.- Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 menilai kemunculan paket H Mahmud Abdullah dan Abdul Rofiq atau pasangan MOFIQ di Pilkada Kabupaten Sumbawa...

CATATAN KHAS KMA

Ke Jeddah saat Menunggu Kembali ke Tanah Air ‘’USAI makan siang, kami menunggu bus yang akan mengantarkan ke Jeddah. Kami menunggu di pelataran hotel...

CATATAN KHAS KMA

Tur ziarah ke Kota Thaif HARI ke delapan, di tanah suci, rombongan jamaah umroh kami mengikuti program tur ziarah ke kota Thaif. Berikut lanjutan...

CATATAN KHAS KMA

Umroh ke Dua SELEPAS holat subuh berjamaah di masjidil haram, sekitar pukul 10.00 pagi, kami menaiki bus yang mengatar kami ke lokasi Miqat di...

CATATAN KHAS KMA

Rutinitas Ibadah di Masjidil Haram RANGKAIAN ibadah umroh wajib telah berakhir. Itu cukup menguras tenaga, karena proses Tawaf dan Sa’i yang diakhiri Tahalul yang...