Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Mewujudkan Bima Selatan sebagai Kawasan Wisata Kelas Dunia dengan Model CBT

Oleh : Sirajuddin,  SST.Par, MT.Par, M.Sc.Par. Penulis saat berada di salah satu pantai di wilayah selatan Bima.

Mungkinkah kawasan Bima Selatan yang meliputi Pantai Teluk Waworada, Pantai Parado, Pantai Wane, Wane, Soro Wane, Pantai Rontu, Pantai Laju (Nadi-Cefi-Sera Nae), Tamandaka-Sambane, Dumu, Pusu, Kangga dan Pulau Nisa Sura, Bea, Lampa Dana dan kawasan sekitarnya berkembang menjadi Kawasan Wisata Kelas Dunia ???

Jawabannya tentu saja MUNGKIN bahkan sangat MUNGKIN, apalagi potensi alam, laut dan pantai di sepanjang kawasan tersebut sangat indah luar biasa tak kalah menarik dari kawasan wisata lainnya yang sudah berkembang di Indonesia. Pendekatan Community Based Tourism (CBT) adalah salah satu kunci mewujudkan hal tersebut.

Faktor aman dan nyaman adalah kunci utama dan menjadi tourism capital investment. Mari kita wujudkan Bima Selatan Kawasan Wisata Kelas dunia dengan Model Pendekatan CBT, yaitu membangun Pariwisata dimulai dari peran sentral dan aktif masyarakat. Saat ini Pariwisata di Desa Laju Kecamatan Langgudu sudah menggeliat, dan menjadi contoh terbaik bagaimana mengembangkan wisata dengan kekuatan masyarakat lokalnya dalam pendekatan CBT ini.

Masyarakat menjadi tuan rumah terhormat dalam segala aktivitas wisata dari pagi sampai sore, pemerintah desa, ibu-ibu pkk, Karang Taruna dan lainnya di Desa Laju dengan Destinasi wisata pulau dan Pantainya menjadi contoh terbaik bagaimana konsep CBT betul-betul diterapkan secara optimal dan maksimal.

Dalam prosesnya masyarakat Laju paham dan mengerti bahwa mengelola Pariwisata berkorban dulu dan bahu membahu mendukung, Berkolabirasi dalam semagat kebersamaan. Ada yg menjadi pengurus Pokdarwis, ada yang menyiapkan boat wisata, ada yg menyiapkan hasil bumi jagung, kacang, singkong, ikan, kelapa muda, dan lainnya, tanpa di minta sudah membantu.

Kehadiran tamupun mereka layani dengan baik, ramah dan penuh sopan santun, barang-barang tamu aman bahkan jika ada topi, hp atau barang tamu yang tertinggal mereka semua menyerahkan ke pusat pelayanan untuk dikembalikan pada pemiliknya. Bahkan mereka mendampingi tamu selama di pantai, menyiapkan makanan dan minuman di pantai, panggung hiburan dan lainnya, semuanya dari masyarakat, betul-betul Pendekatan CBT terealisasi dengan baik di Pulau Nisa Sura dan Pantai Laju. Bahkan saat wisatawan belum tidur dan masih duduk di pantai sampai jam 3 pagipun masyarakat rela menjaga dan mendampingi para tamu.

Ketika Artis Nasional Ady Bima DA2 dan Tria DA2 berkunjung ke kawasan tersebut, masyarakat dengan ikhlas menyiapkan rumah tempat menginap Artis kebanggaan masyarakat Bima tersebut bersama isterinya yang hadir ke lokasi beserta Rombongan Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, Pemerintah Desa, Pokdarwis PBL, Karang Taruna Laju, Ibu-ibu PKK tanggal 12 dan 13 September 2020. Ady Bima dan Tria pada saat berwisata, mengambil video Klip dan menyapa masyarakat Laju dan Bima Selatan. Sambutan masyarakatpun begitu ramah seindah keramahtamahan Alamnya yang mempesona.

Konsep Pariwisata dan model CBT betul-betul di pahami oleh masyarakat Laju dan Bima Selatan. Anak-anakpun saling menyapa antara anak-anak pengunjung dengan anak-anak penduduk Lokal, tidak ada jarak antara mereka, bermain bersama, lari-lari di pantai bersama, ketawa-ketawa bersama di pantai, mandi dan renang bersama. Keakraban anak pengunjung (Children Visitor) dengan anak penduduk lokal (Children Local Host) mampu menciptakan destinasi wisata Pulau Nisa Sura dan Pantai Laju (Nadi – Cefi – Sera Nae) yang mampu memberikan citra terbaik bahkan yang pertama di dunia adanya keakraban VISITOR Children dengan Children Local Host. Ini patut menjadi contoh terbaik di Indonesia bagaimana seharusnya peran Local Host dan VISITOR di tempat wisata.

Yang menarik lagi adalah kedua orang tua pengunjung dan orang tua Local Host memberikan kesempatan, mengizinkan dan bahkan dengan kata dan senyum penuh ikhlas “Ayo nak main sana dengan temanmu“ kata orang tua pengunjung seakan-akan tidak ada status sosial antara local host dengan VISITOR children. Begitu pula dengan penduduk lokal mereka pun tidak malu-malu berbaur dengan anak-anak yang mereka lihat dan datang ke pantai mereka. Sangat menyentuh perasaan bagaimana tidak kawasan selatan Bima kata orang dipatahkan oleh Keramahtamahan local host di destinasi Pantai Laju dan Pulau Nisa Sura. Bahkan mulai anak-anak, remaja, pemuda, ibu2, bapak, lansia semua berpartisipasi aktif.

Kegiatan Wisata di Desa Laju tidak membatasi ruang gerak masyarakat di pulau dan Pantai Laju tetap beraktivitas seperti biasa bahkan semakin menarik minat wisatawan yaitu nelayan rumput laut beraktivitas sekitar pulau tetap dilakukan walau ada kegiatan wisata. Justru semakin memperkaya paket wisata bahwa wisata harus ada something to see, to do, to learn, to buy, to bring home artinya : bahwa di destinasi wisata itu harus ada : yang dilihat/ amati, dilakukan, dipelajari, dibeli dan dibawa pulang. Begitu di Pantai Laju Nadi, Cefi dan Sera Nae, Nelayan Sargose tetap beraktivitas di pantai sementara wisatawan menikmati alam pantai dan nelayan yang mengambil sargose, anak-anak bermain di pantai, pengunjung berwisata, para pedang tetap berjualan, nelayan tetap mencari ikan, petani pinggir pantai tetap bisa menanam jagung, kelapa, singkong, tomat, nangka, pisang dan sayur mayur.

SEMOGA kita bisa terus menjaga citra destinasi wisata ini menjadi kebanggaan kita semua, mari kita mulai memanfaatkan keindahan alam, pantai, pulau, gunung, bukit, hutan, budidaya udang, rumput laut, sargose, lobster, kepiting, dan ikan untuk membangun pariwisata dengan konsep CBT yaitu pariwisata berbasis masyarakat : “Dari, oleh, dan untuk masyarakat”, artinya masyarakat yang bekerja, mengelola, dan mendapatkan manfaat secara ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan dari hadirnya pariwisata di Desa Laju pada khususnya dan masyarakat teluk Bima Selatan pada umumnya. Kita berdoa 5-10 Tahun Bima Selatan menjadi Destinasi wisata kelas Dunia dengan memperhatikan semua aspek kekuatan kita. Semoga diridhoi Allah SWT. diiringi usaha dan doa masyarakat Bima Selatan Pariwisata berbasis masyarakat menjadi kebanggaan kita semua.

Kesimpulannya adalah Siapa pun berinvestasi Di Bima khususnya Bima Selatan dan Bima pada umumnya, maka penduduk Lokal-lah yang menjadi pimpinan, manajer, teknisi, pekerja, penyedia barang dan jasa berdasarkan potensi yang dimiliki masing-masing individu sementara tenaga dari luar hanya dibutuhkan untuk mendukung potensi lokal besarnya 10-30% dengan keahlian khusus bukan pekerja kasar tapi ahli, profesional. (*)

Penulis adalah Dosen Poltekpar Lombok Kemenparekraf / Baparekraf RI.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Tim Riset Pariwisata Lasakosa dari Perguruan Tinggi Sekolah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Mbojo Bima, gelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD)....

Pemerintahan

Bima, Bimakini.- Pemerintah Kabupaten Bima menandatangani Nota Kesepahaman (MoU), percepatan pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan Badan Penyelenggara Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Kamis...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Potensi wisata bawah laut di perairan Bima sangat menjanjikan. Bahkan banyak  wisatawan datang dengan tujuan menyelam. Hanya saja, ada persoalan yang harus...

Pemerintahan

Bima, Bimakini.- Pengembangan pariwisata daerah, tidak hanya diletakkan pada tanggungjawab pemerintah, namun media juga harus berperan. Media dapat mengekspose setidap potensi yang ada. Harapan...

Pemerintahan

Bima, Bimakini.-  Sekretaris Daerah Kabupaten Bima, Drs HM Taufik HAK, MSi memaparkan enam kawasan strategis pariwisata. Yakni Kawasan SALAWA (Sape, Lambu, Wawo). Kawasan Sangiang...