Connect with us

Ketik yang Anda cari

Ekonomi

Pupuk Subsidi Masih  Dijual di Atas HET, Peran Pemda Dimana?

Pemuda Donggo, Anas

Bima, Bimakini.- Belum memasuki musim tanam, petani di Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, berlomba-lomba membeli pupuk yang masih dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Paket. Penelusuran langsung di Desa Kala dan Mpili, fakta ini terjadi.

“Lima zak pupuk subsidi dan satu zak pupuk non subsidi, kita harus mengeluarkan uang sebanyak Rp880 ribu. Dengan rincian per 1 zak pupuk subsidi dijual Rp105 ribu, sedang 1 zak pupuk non-subsidi dijual Rp355 ribu,” jelas Anas Aldilah, Jumat (35/9).

Menurut Anas, membeli pupuk subsidi dengan penjualan paket itu terpaksa dilakukannya, untuk mengantisipasi kelangkaan pada masa tanam. “Walau mahal dan mesti mengutang dana bank, harus kami pilih,” imbuhnya.

Menyikapi itu, aktivis Muda Donggo, Wahyudin Awalid mengecam hilangnya peran Pemda dalam mengawasi penyaluran dan penjualan pupuk subsidi yang menabrak aturan itu.

“Pemda baiknya lempar handuk, dan umumkan pada masyarakat Bima tidak mampu memastikan bantuan (subsidi) negara aman sampai tingkat petani. Langkah itu harus diiringi permintaan maaf secara terbuka pada seluruh petani bima. Hemat saya, cara itu lebih beradab, dibanding Pemda terus membohongi petani,” tegas kordinator lapangan  LTDS itu, Jumat, (24/10).

Menurut Wahyudin, lima tahun terakhir petani bima selalu mengalami masalah ini berulang-ulang. Disaat bersamaan Bupati Bima, DPRD Bima, Ketua KP3 dan Dinas Tekhnis terkait selalu meyajikan kebohongan-kebohongan yang berulang-ulang.

“Kasihan orang tua kami petani, mendapatkan perlakuan semena-mena oknum distributor dan pengecer. Saya baca aturan terkait, wajib pegecer jual pupuk sesuai HET dan tidak boleh dijual paket. Kemana pemda yang ngomong, tidak ada kelangkaan pupuk, tidak ada yang dijual diatas HET dan tidak ada lagi penjualan pupuk paket itu. Kalau hanya ngomong, burung Beo pun bisa,” terang mahasiswa Hukum disalah satu PTS di Kota Malang itu.

Dia menambahakan, Pemda harus memiliki nurani kemanusiaan merasakan penderitaan petani. Pemda tidak boleh membiarkan seolah-olah itu bukan masalah.

“Biasaya Pemerintah itu kalkulator. Pandai menghitung keuntugan dan kerugian untuknya saat melahirkan regulasi dan kebijakan. Mengapa giliran petani, Pemda Bima tida bisa menghitung beban petani. Biaya produksi menjepit petani, penjualan komoditas petani juga menjepit, saya menganggap Pemda Bima bagia dari mafia pupuk ini,” pungkasnya. (BE05)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Penyaluran pupuk bersubsidi oleh pengecer di Desa Laju Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima, tidak sesuai surat imbauan Bupati Bima. Imbauan itu ditindaklanjuti Camat,...

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Menindaklanjuti terkait informasi harga pupuk urea subsidi di Desa Mbawa, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima yang dijual bebas dengan harga Rp. 250 hingga...

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Pupuk urea subsidi di Desa Mbawa, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima dijual dengan harga selangit. Betapa tidak, harga pupuk urea subsidi sesuai HET...

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Bima, berharap Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3) bekerja sesuai dengan Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK)....

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Sekelompok warga Desa Sakuru, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, memblokade jalan raya lintas Tente-Parado, Kamis (7/1). Aksi itu sebagai buntut mulai langkanya pupuk...