Connect with us

Ketik yang Anda cari

CATATAN KHAS KMA

Simatik, Tidak Jadi Mati

       

Tim LP2DER saat diterima Wali Kota Bima.

SORE itu, saya sebenarnya sudah janji bertemu Julhaidin. Direktur Perumda Bima Aneka itu. Yang rambutnya tetap gondrong walau sudah menjadi direktur BUMD di Kota Bima itu. ‘’Itu syarat yang saya ajukan bang. Boleh menjadi direktur asal rambut tetap gondrong,’’ katanya kepada saya.

Tetapi kita tunda dahulu soal rambut gondrong. Kali ini disalip oleh kawan-kawan LP2DER. Semacam menyalip di tikungan. Itu kebiasaannya Valentino Rossi di MottoGP. Anda tahu kan? Rider gaek Yamaha yang masih memiliki seabreak penggemar di seluruh dunia itu. Dia urung pensiun karena itu. Sepertinya MottoGP tidak ramai tanpa Rossi.

Eits, tetapi jangan salah juga. Bukan LP2DER (Lembaga Pengembangan Partisipasi Demokrasi Ekonomi Rakyat) yang ingin menyalip. Saya yang mengubah rencana. Saya batalkan janji jumpa dengan Julhaidin. Itu karena terlalu lama dan terlalu menariknya diskusi dengan para punggawa LSM teraktif ini.

Ceritanya, saat keluar rumah ingin jumpa Julhaidin, tiba-tiba masuk telepon dari Darwis di LP2DER. Judulnya, ada kawan lama yang kangen. Saya bermaksud mampir saja sebenarnya. Di situ, ternyata sudah ada lima alumni Fakultas Pertanian Unram dari berbagai angkatan.  Serulah diskusinya, lupa waktu. Isinya pun baru. Semacam ada cahaya di ujung lorong bagi mereka. Mereka terlihat bahagia semua.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Apa pasal? Wah, ternyata mimpi mereka terwujud. Ada aplikasi yang sudah mulai mereka lupakan lebih dari sepuluh tahu lalu itu, akan berguna (lagi). Mereka antusias bercerita kepada saya. Sangat berapi-api. ‘’Ini mimpi kita sebagai kontribusi warga Kota Bima. Ini akan menjadi sejarah dan digunakan selamanya. Menjadi semacam legacy,’’ ujar Darwis, SP.

Aplikasi apa itu? Nama barunya Simatik. Sistem  Administrasi Informasi Kelurahan. Dahulu namanya SAID, Sistem Administrasi Informasi Desa. Aplikasi itu, dahulu dibawa oleh ACCESS(Australian Civil Society Strengthening Scheme), proyek pembangunan kerjasama Indonesia-Australia. Pernah lama beroperasi di Bima. Pimpinan lembaga ini, saya kenal baik. Arif Mahmudi.

Yang memperoleh pelatihan penggunaan SID ini antara lain LSM Solud (Solidaritas untuk Demokrasi) dan LP2DER. Saya sendiri sebenarnya mengenal aplikasi ini dari Dedy Mawardi, bos Solud. Ketua Partai Gelora Kota Bima ini, menunjukkan kepada saya cara kerjanya. Bagi saya ini keren. Sangat bermanfaat jika diaplikasikan oleh pemerintah di daerah ini.

Aplikasi ini berbasis data kependudukan dengan segala tetek bengeknya. Dengan hanya klik rumah warga dalam peta, semua informasi tentang isi dan seluruh aktivitas kependudukan warga pemilik rumah itu, langsung terbaca. Bayangkan, ada 140 pertanyaan. Atau akan ada 140 jenis data yang diinput. Dengan hanya meletakkan kursor di atap rumah warga, semua bisa terbaca dan bisa dicetak.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Aplikasi ini menggabungkan gambar citra satelit yang tersaji pada Google Maps dengan data aktual. Data-data itu diisi secara manual untuk berbagai keperluan. Akan ada petugas yang akan membawa daftar pertanyaan. Bukan hanya data utama seperti nama, umur, dan alamat. Tetapi juga soal keadaan rumah, pendapatan, lantai rumah, dinding rumah, pakai WC apa tidak, WC berdinding bedek atau permanen, kepemilikan ternak, kepemilikan pesawat televisi, radio, dan masih banyak lagi. Bahkan riwayat penyakit warga, misalnya kebiasaan berobat ke mana jika sakit, semua tersaji.

 

Darwis, SP ketika berada di Aceh.

‘’Kami sudah simulasi. Hanya sepuluh rumah maksimum yang bisa didata per hari oleh satu petugas. Ini memang terlihat rumit dan berat, tetapi pekerjaan ini hanya dilakukan sekali saja,’’ kata Darwis.

Selanjutnya, usia penduduk akan ter-up-date oleh sistem. Hanya kelahiran, kematian, dan perubahan data fisik yang akan diperbaharui oleh aparat di tingkat kelurahan se cara berkala. Nanti juga akan dibangun sistem, yang memungkinan warga melaporkan keadaan mereka secara berkala.

Aplikasi ini akan menjawab data penduduk secara terintegrasi. Semua kebutuhan data, akan tersaji dalam aplikasi ini. Atau dengan kata lain, masalah data penduduk di Kota Bima akan tuntas. Tidak akan ada perbedaan data antara dinas. Semua indikator mengacu pada regulasi yang ada. Apalagi jika dikaitkan dengan program jaminan sosial. Akan terlihat misalnya, ada orang kaya yang menerima bantuan jaminan sosial. Data ini sangat akurat. ‘’Makanya di awal, kami yang input sendiri. By name by address, by condition. Kami turunkan relawan untuk mendata ini di bawah pengawasan ketat LP2DER,’’ kata Ir Bambang Yusuf, Direktur LP2DER kepada saya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Kondisi hari ini, datanya kacau. Tidak berbasis data penduduk yang sebenarnya. Makanya jangan heran jika ada bantuan jaminan sosial atau program pemerintah yang salah sasaran. Rakyat butuh pupuk untuk pertanian, tetapi yang diberikan adalah beras. Simatik akan menjawab ini.

Untuk tahap pertama, LP2DER menyanggupi 29 kelurahan se Kota Bima. Sisanya akan dikerjakan tahap berikutnya. Pemerintah Kota Bima mendukung dengan anggaran hanya Rp410 juta sebelum potong pajak. Nyata yang diterima untuk program, kurang dari Rp400 juta.

Saya tanya, apakah dana itu hanya untuk aplikasi? Ternyata tidak. Pemerintah Kota Bima tinggal terima sudah jadi. Mulai dari pelatihan petugas pendataan, pendataan, sampai input data. Rencananya, LP2DER akan menggunakan tenaga TSBK (Tim Siaga Bencana Kelurahan). Menurut saya sangat murah. Murah sekali. Untuk biaya fotokopi kuisioner saja, bisa lebih dari Rp100 juta. Jika Rp410 juta dibagi dengan 33.430 Kepala Keluarga (KK) di 29 kelurahan, maka biayanya hanya Rp12.264  per KK. Murah!

Aplikasi ini, akan terintegrasi juga dengan Command Centre yang sedang dibangun Pemerintah Kota. Data akan tersaji secara visual dengan drafik-grafik yang cantik. Jika Anda ingin mengetahui jumlah janda dalam satu kelurahan atau lingkungan misalnya, akan terlihat dengan jelas. Termasuk, tentu saja, berapa usia mereka.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Tim LP2DER saat rapat rutin.

Aplikasi ini sebenarnya sudah sangat lama ditawarkan kepada pemerintah di daerah ini. Kota Bima maupun Kabupaten Bima. LP2DER sudah merasa lelah dan berada di ujung harapan yang tidak akan terwujud. LP2DER malah mengembangkan aplikasi ini di D.I. Aceh pada 2013 lalu. Sudah jalan dan sukses. Darwis adalah aktor utamanya.

Darwis, juga kawan-kawannya di LP2DER, sangat ingin aplikasi ini bisa dimanfaatkan di daerahnya. Bahkan saat mengikuti seleksi Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Bima, Darwis sempat presentasikan aplikasi ini pada tim seleksi. Tujuannya, agar data pemilih tidak seperti sekarang. Diulang-ulang tidak jelas. Diperbaiki berkali-kali, tidak genah juga. Data potensial dari Dukcapil, tidak pernah akurat. Yang meninggal dan pindah pun, tetap saja muncul namanya sebagai pemilih kendati telah diperbaiki berkali-kali oleh KPU. Yang ditempel di TPS dan menerima undangan coblos, masih saja ada yang sudah almarhum.

Sayangnya, inovasi ini tidak dianggap. Dia gagal berkarya di lembaga penyelenggara Pemilu itu. Maka, tidak pula ada perubahan perbaikan dari sisi sistem soal data pemilih ini. Tetap saja bermasalah. Bahkan pada Pilkada Kabupaten Bima yang baru lewat, ada Tim pasangan calon yang mengadukan hal ini ke Mahkamah Konstitusi.

Adalah Wali Kota Bima H Muhammad Lutfi yang melihat ini penting. Bak kata pepatah, bak gayung bersambut.  ‘’Nah ini yang saya cari,’’ kata Wali Kota Bima seperti ditirukan Darwis.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Wali Kota Bima sangat antusias. Apalagi saat ini sedang merampungkan pembangunan Command Centre (CC). CC ini nantinya akan berfungsi macam-macam. Sangat kompleks. Bukan hanya sebagai bank data, pengendali, dan penyaji data dan kebijakan, tetapi juga untuk pelayanan publik. Semuanya berbasis teknologi internet. Terkoneksi dan terintegrasi.

Gambaran sederhananya begini. Misalnya ada kecelakaan di perempatan Gunung Dua. Peristiwa itu jelas terpantau oleh CCTV yang terpasang di situ. Selama 24 jam sehari. Otomatis data direkam dan dikirim ke CC. Data peristiwa itu akan diproses, termasuk untuk menyelamatkan korban kecelakaan. Informasi langsung diterima oleh Puskesmas terdekat yang siaga 24 jam sehari. Informasi ini akan ditindaklanjuti dengan mengirim Ambulans dan tenaga medis untuk menolong korban.

Bukan hanya itu. Juga akan dikembangkan aplikasi pendukung, agar warga bisa melaporkan apa saja yang terjadi di sekitar mereka. Dengan masuknya informasi ke CC, maka pemerintah dan jajarannya, siaga untuk menindaklanjuti. Inilah salah satu ciri Kota Pintar, Smart City itu. Nah, Kota Bima sedang mengarah ke sana.

Bahkan, pekerjaan administrasi kelurahan akan sangat mudah. Untuk arsip surat misalnya, langsung disimpan dalam aplikasi ini. Staf kelurahan tidak perlu lagi membuat surat dengan mengetik berulag-ulang setiap ada permintaan atau ada surat keluar. Tinggal buka form, isi perihal dan tujuan, tinggal klik. Mudah sekali kan?

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Pada Senin 22 Februari 2021, saya sempat jumpa Wali Kota Bima di kediamannya. Kepada saya, Wali Kota Bima cerita juga cerita soal Simantik ini. Dengan antusias dan berbinar-binar. ‘’Insya Allah apa yang kita rencanakan akan jalan. Kawan-kawan LP2DER sudah ketemu saya dan langsung setuju,’’ kata H M Lutfi.

Wali Kota Bima sangat mendukung Simantik itu karena menjadi solusi cerdas masalah kependudukan. ‘’Ini benar-benar sejalan dengan kebutuhan Command Centre yang kita bangun,’’ ujarnya pada saya.

CC akan terus dikembangkan. Masih akan banyak aplikasi pendukung yang akan terintegrasi dengan pengendali informasi di bawah tanggungjawab Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik Kota Bima itu. Bahkan, tambah Wali Kota, sudah berkomunikasi dengan mantan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Bupati Banyuwangi kini adalah istrinya Abdullah Azwar Anas, Ipuk Fiestiandani. Ipuk memperoleh 52.4 persen suara, mengalahkan pasangan Yusuf Widyatmoko-Muhammad Riza Azizy.

‘’Kita akan ke sana untuk mempelajari banyak aplikasi yang sudah lebih dahulu berhasil dipakai oleh Banyuwangi,’’ tambahnya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Bagi Bambang, Darwis, Hasan Abidin, Syaiful Irfan, dan M Husni Thamrin di LP2DER, harga itu bukan yang utama. ‘’Ini pengabdian kami sebagai warga Kota Bima. Kami ingin aplikasi ini bermanfaat untuk masa depan Kota Bima. Sebagai sumbangsih kami. Publik juga bisa mengakses data-data ini nanti lewat web,’’ kata Bambang. Jika ada saran, kritik, atau masukan, silakan tinggalkan di kolom komentar ya. (*/khairudin m.ali)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

Ke Jeddah saat Menunggu Kembali ke Tanah Air ‘’USAI makan siang, kami menunggu bus yang akan mengantarkan ke Jeddah. Kami menunggu di pelataran hotel...

CATATAN KHAS KMA

Rutinitas Ibadah di Masjidil Haram RANGKAIAN ibadah umroh wajib telah berakhir. Itu cukup menguras tenaga, karena proses Tawaf dan Sa’i yang diakhiri Tahalul yang...

CATATAN KHAS KMA

Mampir di Hotel INI perjalanan hari empat bagian ke dua. Catatan perjalanan ini, memamg diturunkan berdasarkan hari perjalanan. Tetapi hari ke empat ini, ternyata...

CATATAN KHAS KMA

Masuk Raudhah Semalam kami mulai tidur sekitar pukul 22.00 waktu Madinah. Sepertinya, malam kedua sudah mulai terbiasa dari pengaruh jet-lag seperti hari pertama. Tidur...

CATATAN KHAS KMA

Sholat Pertama di Masjid Nabawi Alhamdulillah, perjalanan yang melelahkan dengan duduk selama sembilan jam, tiba juga di hotel Royal Andalus. Jam tangan yang saya...