Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Sudah Genap 10 Tahun, Iklim NTB Siap Menghadapi “New Normal”

Ilustrasi: Peta normal curah hujan bulanan.

Oleh : Anas Baihaqi, S.P.

(Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat)

Jika diterjemahkan secara bebas, yang dimaksud dengan “new normal” atau kenormalan yang baru, adalah suatu tatanan baru yang membutuhkan usaha untuk beradaptasi sebagai konsekuensi dari adanya perubahan, peluang atau ancaman. Sebagaimana tatanan baru yang sedang kita hadapi sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Dimana untuk terhindar dari ancaman virus COVID-19 ini, kita dituntut untuk beradaptasi dengan mengubah perilaku dan cara kita berinteraksi sosial di dalam bermasyarakat.

Bukan hanya tatanan kehidupan sosial saja yang memasuki tatanan normal yang baru, kondisi iklim provinsi NTB, dan juga kondisi iklim di seluruh wilayah Indonesia, juga akan memasuki kondisi normal yang baru di tahun 2021 ini. Bukan merupakan euforia sesaat sebagai imbas dari kondisi pandemi COVID-19, akan tetapi kondisi normal iklim ini memang selalu dimutakhirkan setiap 10 tahun sekali.

Apa Yang Dimaksud Dengan Kondisi Normal Iklim?

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Kondisi normal iklim adalah nilai rata-rata unsur iklim selama kurun waktu 30 tahun terakhir. Nilai rata-rata ini dijadikan bahan pertimbangan dan pedoman analisis untuk keadaan iklim yang akan terjadi di masa-masa mendatang. Kondisi apa yang akan terjadi di beberapa bulan atau beberapa tahun kedepan, apakah Normal (berkisar pada nilai rata-rata), Atas Normal (lebih basah dari rata-ratanya), atau Bawah Normal (lebih kering dari rata-ratanya), semuanya dianalisis dan dijustifikasi dengan merujuk kepada kondisi normal iklim / rata-rata 30 tahunan yang baru ini.

Mengapa Kondisi Normal Iklim Dihitung Dari Rata-Rata Iklim 30 Tahun Terakhir?

Variabilitas iklim ekstrem fase basah (La-Nina) dan fase kering (El-Nino) yang secara simultan terjadi, memiliki periode waktu dengan kisaran 2 hingga 7 tahun sekali. Sedangkan fase Netral dengan kondisi iklim yang pertengahan, frekuensi kejadiannya lebih sering terjadi sebagai fase yang menjembatani antara fase iklim basah dengan fase iklim kering. Sehingga kondisi normal iklim dengan nilai rata-rata 30 tahun, menurut World Meteorological Organization (WMO), merupakan periode yang cukup panjang untuk menggambarkan kondisi iklim suatu wilayah dengan cukup objektif tanpa dipengaruhi secara signifikan oleh variabilitas iklim ekstrem. Karena di dalam masa 30 tahun tersebut, diasumsikan fase basah dan fase kering yang terjadi secara bergantian pada periode tersebut saling meniadakan dan menetralkan.

Periode normal yang berlaku selama periode analisis 10 tahun terakhir (2011 – 2020), adalah kondisi normal iklim periode 1981 – 2010. Kini data iklim hingga tahun 2020 pun telah lengkap dan telah diarsipkan di dalam database BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat. Oleh karena itu, kondisi normal iklim pun kini harus dimutakhirkan dari periode normal 1981 – 2010 menjadi periode normal 1991 – 2020. Bersamaan dengan itu, kondisi normal 1981 – 2010 dinyatakan sudah tidak berlaku lagi dan sudah tidak relevan dengan kondisi yang terjadi saat ini. Kondisi normal 1991 – 2020 ini kemudian akan dijadikan pedoman untuk melakukan justifikasi terhadap kondisi iklim yang akan terjadi di tahun 2021 hingga tahun 2030 mendatang.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Kondisi normal iklim harus selalu dimutakhirkan karena dari masa ke masa iklim tidak akan pernah sama. Kondisi iklim akan selalu mengalami pergeseran dan perubahan sebagai dampak dari perubahan iklim. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat yang selalu hidup berdampingan dengan kondisi iklim setempat, harus mulai membiasakan diri dan mampu beradaptasi dengan kondisi normal iklim yang baru. Kenali kondisi iklim di daerah kita dan mulailah bersahabat dengannya. Jika kita dapat mengelola dan menyiasati kondisi iklim di daerah kita dengan baik, serta selalu memperhatikan kondisi cuaca dan iklim sebagai bahan pertimbangan di dalam aktivitas pembangunan, maka Insyaallah resiko kerugian akibat pengaruh iklim dapat diminimalisir. (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Opini

Oleh : Afriyas Ulfah,SST ( Forecaster and Observer Iklim BMKG NTB) Wilayah Bima merupakan wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di ujung...

Opini

Oleh :  Anas Baihaqi, S.P. Sebagaimana dimaklumi bahwa Indonesia adalah negara yang terletak di kawasan garis lintang 0o atau yang biasa dikenal dengan garis...

Opini

Oleh : Afriyas Ulfah,SST (Forecaster and Observer Iklim BMKG NTB) Pada akhir bulan Maret 2021 Stasiun Klimatologi Lombok Barat NTB telah melakukan diseminasi informasi...

Opini

Oleh : Afriyas Ulfah,SST ( Observer dan Forcaster Iklim BMKG NTB) Masih sangat hangat perbincangan tentang Siklon Tropis “Seroja” yang menghantam wilayah Nusa Tenggara...

Opini

Oleh : Anas Baihaqi, S.P Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat  Potensi kejadian cuaca ekstrim pada periode Musim Hujan 2020/2021 ini memang masih sangat...