Connect with us

Ketik yang Anda cari

CATATAN KHAS KMA

Bukit Jatiwangi (Lagi)

Wali Kota Bima, H Muhammad Lutfi, SE saat berkunjung ke Bukit Jatiwangi.

KALI ini saya  mau menulis ini: Bukit Jatiwangi (lagi). Iya ini catatan khas saya yang kedua. Tentang bukit di sisi utara Kota Bima ini. Bukit ini terasa istimewa bukan karena tidak ada bukit lain di Kota Bima. Ada, bahkan banyak. Kota Bima itu dikelilingi bukit. Seperti mangkuk. Makanya, kalau airnya banyak ya kebanjiran, seperti akhir 2016 itu. Rumah-rumah tenggelam. Air dari semua arah bermuaranya di Kota Bima sebelum ke laut di sisi barat kota.

Kapan Anda terakhir kali ke Bukit Jatiwangi? Pertanyaan ini tentu untuk warga Kota Bima. Atau boleh juga untuk warga lain. Untuk warga di luar itu, saya tidak tahu. Tetapi jika sekadar dengar nama, rasanya ada yang sudah pernah. Atau pasti banyak yang tidak sama sekali.

Selain Bukit Jatiwangi,  di sisi utara ini ada juga Bukit Rite. Ada akses jalan juga, hotmix. Menarik juga. View keren juga. Tetapi yang pesat pertumbuhannya, yang banyak pengunjungnya, yang lengkap fasilitasnya, juga paling indah lampunya di malam hari, juga paling banyak disebut, ya Bukit Jatiwangi itu. Tiap hari nyaris tak pernah mati. Bahkan ada yang hingga subuh, walau ini masih pandemi.

Di situ sudah ada lumayan pilihan untuk tempat nongkrong dengan lampu gantung warna warni yang indah. Saat tiba di puncak pertama, tempat nongkrong yang paling dahulu ada, sudah menunggu. Ada view 360 derajat yang bisa dinikmati di situ. Lampu kota di malam hari pastilah keren. Tak perlu keluar uang banyak untuk seakadar pesan kopi atau mie instan. Anda sudah bisa duduk seberapa lama yang Anda suka.  Ada terpal, juga tersedia kursi-kursi plastik.

Agak ke atas, tempat nongkrong lain menunggu. View juga lebih keren.  360 derajat plus. Nah, di sisi kiri jalan sekitar 50 meter ke utara, ada satu lagi. Fasilitas lebih lengkap. Ada live musik juga karaoke. Lampu hiasnya juga lebih ramai. Pengunjuk juga ramai. Saat matahari terbenam, adalah momen yang paling ditunggu pengunjung. Sunset terlihat jelas tanpa penghalang. Matahari yang terbenam di pegunungan Donggo yang membias di laut Teluk Bima, keren sekali. Cafe ini namanya Bukit Kita Jatiwangi. Selalu paling ramai. Magrib tak perlu takut tidak bisa shalat berjamaah. Ada mushallah milik H Muhtar di sekitar situ. Bisa dipakai oleh siapa saja.

Terbaru, ada lagi yang masuk ke arah barat di pertigaan setelah sekitar 30 meter arah utara. Ada cabang tiga di situ. Belok kiri saja. Ada Villa Ratu Balqis yang cantik. Walau bukan area publik, tetapi kediaman pribadi ini paling sering dikunjungi kerabat. Hampir tidak pernah sepi. Bukan hanya untuk sekadar foto dan menikmati pemandangan indah, tetapi juga tersedia fasilitas karaoke pribadi.

Fasilitasnya sudah seperti cafe, tetapi belum dibisniskan. ‘’Kita siapkan memang untuk kawan dan keluarga,’’ ujar Muzakir, pemilik Villa Ratu Balqis.

Di sisi selatan kurang dari 100 meter, ada cafe baru. Namanya Ortins Cafe. Ada tempat foto, nongkrong, olah vokal, juga bisa pesan aneka minuman dan makanan ringan. Saya ke situ sebelum dibuka. Semalam saya hanya lihat dari jalan raya. Lampunya bagus, mulai ramai dikunjungi. View juga sangat keren, tanpa ada penghalang ke arah matahari terbenam. Pelabuhan Bima dan Pulau Kambing terlihat jelas. Seperti Cafe Bukit Kita Jatiwangi, Ortuns juga sama bagusnya.

Ini pilihan nama yang unik. Artinya ada. Ortuns itu, Orang Tua Nomor Satu. Menurut saya ini luar biasa. Pilihan nama yang mrmuliakan orang tua.

Semakin ke atas, tempat nongkrong lain juga ada. Bahkan view tambah keren. Suasana malamnya mengasyikkan. Panjaja rokok dan minuman ringan di pinggiran jalan juga ada. Sekalian disediakan tikar atau kursi untuk nongkrong bareng kawan. Yang pasti semuanya menjanjikan pemandangan malam yang indah. Pondok-pondok warga juga dihiasi lampu warna warni.

Hampir tiap malam Ahad, ada sejumlah anak muda yang berkemah di sekitar situ. Rutin terlihat. Paling sedikit dua kemah mungil. Menikmati malam luar rumah, di alam bebas, sambil menikmati suara jangkrik malam.

Ada juga Agung Villa yang bisa disewakan kalau ingin menginap. Ada fasilitas pendingin ruangan juga. Fasilitasnya lengkap, tinggal booking saja.

****

Tanjakan di Bukit Jatiwangi.

Ahad pagi, 23 Mei 2021, saya jumpa H Muhammad Qurais H Abidin (HMQ). Warga Bima kenal tokoh ini. Mantan Wali Kota Bima dua periode. Bersama Sahabat HMQ, selalu olahraga pagi empat kali sepekan usai shalat di Masjid Terapung Kota Bima. Saya pun –kadang—ikut gabung. Ikutan olahraga bersama Ketua Partai Demokrat Kota Bima ini. Waktu istirahat, diisi dengan diskusi ringan. ‘’Jangan tanya soal Pemerintah Kota Bima sekarang kepada saya. Tidak etis. Karena saya mantan Wali Kota,’’ katanya Ahad pagi. Kami lebih banyak mendengar banyak pengalamannya baik selama di pemerintahan maupun sebagai politisi dan pengusaha.

HMQ punya keinginan besar untuk mengembangkan Bukit Jatiwangi. Dia janji juga sama saya soal ini. ‘’Nanti kumpulkan warga bukit. Kita akan bicara soal masa depan Bukit Jatiwangi supaya menjadi kawasan kelas satu,’’ katanya.

Selain mengajukan sejumlah syarat, yang paling penting adalah harus adanya kesadaran bersama seluruh warga untuk menghijaukan bukit. ‘’Pohon yang sudah ada jangan ditebang. Harus terus tanam pohon baru supaya hijau dan sejuk,’’ tambahnya.

Kepada Pemerintah Kota Bima, HMQ hanya titip pesan soal jalan saja. ‘’Semoga bisa melanjutkan pembangunan jalan yang sudah ada,’’ harapnya.

 

Sore Ahad, Wali Kota H Muhammad Lutfi, SE (HML) ternyata mengunjungi Bukit Jatiwangi juga. Tanpa ada agenda khusus dan sifatnya dadakan saja. Sore itu, saya dan sejumlah kawan memang sedang ingin sekadar melepas penat di bukit. Sekadar olah vokal dan makan ala kadarnya. Merajut silaturahmi. Hanya beberapa kawan. Uniknya Pak Wali menghubungi kami setelah melewati tempat kami kumpul.  ‘’Yang mana kebunya om Khairudin? Yang ada tower itu ya?,’’ katanya via seluler.

Saya keluar gerbang, ternyata mobilnya dari arah utara. Sudah lewat. ‘’Saya curiga karena ada tower. Tidak semua orang bisa punya tower, karena harus ada izin penyiaran,’’ ujarnya ketika bergabung dengan kami.

Banyak yang dibicarakan. Salah satunya adalah soal jalan yang menjadi masa depan Bukit Jatiwangi. HML rupanya paham soal itu. Selain soal keamanan dan kenyamanan, juga disebutnya Bukit Jatiwangi sudah banyak dikunjungi. ‘’Sudah ada usulan dari Lurah (Jatiwangi) juga soal jalan. Kita akan atensi,’’ katanya.

Jalan ke Bukit Jatiwangi, kata HML, harusnya tidak ada tikungan seperti itu. Cuma kabarnya saat dibangun dahulu ada kendala pembebasan lahan. Ada pemilik lahan yang enggan memberikan untuk jalan. Tetapi itu tetap akan menjadi atensi Pemerintah Kota Bima ke depan.

Kita berharap animo masyarakat yang ingin berwisata ke Bukit Jatiwangi didukung penuh juga oleh kebijakan Pemerintah Kota Bima. Ke depan yang paling urgen adalah fasilitas pendukung lain seperti tersedianya air bersih yang memadai dan perubahan jalur jalan agar tidak terlalu terjal seperti sekarang.  Jadi, kapan Anda main-main ke Bukit Jatiwangi? Atau saya ubah untuk yang sudah pernah, kapan lagi? (khairudin m.ali)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

Ke Jeddah saat Menunggu Kembali ke Tanah Air ‘’USAI makan siang, kami menunggu bus yang akan mengantarkan ke Jeddah. Kami menunggu di pelataran hotel...

CATATAN KHAS KMA

Persiapan Pulang SEMALAM tidur agak larut, karena harus menyiapkan semua barang bawaan. Termasuk bagaimana mensiasati agar air Zamzam dalam botol-botol mineral supaya dapat “diselundupkan”...

CATATAN KHAS KMA

Tur ziarah ke Kota Thaif HARI ke delapan, di tanah suci, rombongan jamaah umroh kami mengikuti program tur ziarah ke kota Thaif. Berikut lanjutan...

CATATAN KHAS KMA

Umroh ke Dua SELEPAS holat subuh berjamaah di masjidil haram, sekitar pukul 10.00 pagi, kami menaiki bus yang mengatar kami ke lokasi Miqat di...

CATATAN KHAS KMA

Rutinitas Ibadah di Masjidil Haram RANGKAIAN ibadah umroh wajib telah berakhir. Itu cukup menguras tenaga, karena proses Tawaf dan Sa’i yang diakhiri Tahalul yang...