Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Dua Kali Lebaran Daring, Menangis Terharu, THR untuk Keluarga Ditransfer

Daring jadi pilihan saat jauh dari keluarga, apalagi di hari lebaran.

Momen Hari Raya seperti halnya Idul Fitri berikut juga Idul Adha biasanya menjadi ajang pulang kampung ataupun mudik, bagi para perantau. Hanya saja karena status pandemi Covid_19 yang mendunia serta diikuti larangan pemerintah, para perantau terpaksa mengurungkan tradisi ini.

*

PILIHAN ini juga harus diambil sebagian besar para perantau yang sudah hidup selama bertahun-tahun, bahkan hingga puluhan tahun di daerah orang tersebut.

Niatnya pulang kampung ingin bersua langsung bersama orang tua, saudara dan sanak famili lainnya, harus ditunda kembali setelah tahun sebelumnya jua dengan kondisi serupa. Masih Pandemi dan peningkatan angka Covid_19 melonjak tajam.

Seperti halnya yang dialami Miskul Hitam dan Siti Zaitun. Dua ibu rumah tangga yang kini hidup bersama keluarganya di daerah nun jauh, yakni di Ciledug – Tangerang – Banten dan di Kota Mataram.

Mereka mengaku terpaksa mengurungkan niatnya selama dua tahun belakangan ini, melewatkan momen Idul Fitri dan Idul Adha. Tanpa didampingi orang tua dan saudara serta sanak famili mereka, di kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan, yakni di Desa Ngali – Kecamatan Belo – Kabupaten Bima – NTB.

Pilihan itu ditegaskan mereka, sebagai bentuk cinta mereka kepada orang tua dan saudara mereka di kampung. Lantaran tidak ingin virus mematikan tersebut menyerang mereka, hingga ancaman meregang nyawa seperti yang dialami sejumlah orang belakangan ini.

“Lebih baik saya ga pulang kampung saja, karena khawatir virusnya yang kita bawa dari luar daerah menyebar ke orang tua dan saudara di kampung. Kan kasian,” ujar Miskul, melalui via seluler saat tersambung video call pascalebaran Idul Fitri.

Padahal sebenarnya kata wanita tangguh yang berkarir di Kota Mataram sejak puluhan tahun silam tersebut, keinginannya pulang kampung untuk lebaran bersama orang tua dan saudaranya cukup kuat. Melepas kangen dan mengulang masa-masa kecilnya dahulu.

Terlebih anak-anaknya cukup merindukan suasana kampung dan pelukan hangat neneknya berikut paman dan bibi dan saudara-saudara lainnya.

Namun apa hendak dikata, apalagi diikuti larangan dari pemerintah agar tidak mudik ataupun pulang kampung. Mereka terpaksa dan harus mengurungkan niatnya sebagai bentuk kasih sayang terhadap keluarganya.

“Yang lebih kuat keinginan untuk pulang kampung itu juga dari anak-anak kita. Apalagi sekarang mereka jarang masuk sekolah,” urainya kembali.

Opsi berat namun cukup inspiratif tersebut, juga setali tiga uang dialami Siti Zaitun. Ibu tiga anak yang sudah puluhan tahun berada di Ciledug – Tangerang Banten. Ia mengaku cukup sedih dengan keputusan ini, terlebih terhitung sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya di kampung halaman.

Apalagi ketiga anaknya, sejak lama menginginkan pulang kampung untuk melihat suasana tempat kelahiran ibu nya puluhan tahun silam dan bersenda gurau bersama sanak famili lainnya.

“Selain itu mereka itu pingin sekali lihat kuda-kuda yang banyak di Bima. Naik Benhur (Kendaraan tradisional khas Bima, Red), main ke sawah, gunung dan lautan,” ujarnya.

Sementara ia sendiri ingin memeluk dan bercanda gurau bersama saudara dan sanak famili lainnya, meskipun orang tuanya telah tiada beberapa tahun silam.

Kini, mereka hanya memanfaatkan kesempatan itu dengan menggunakan teknologi gawai ataupun Handphone. Mereka memilih aplikasi via Video Call dari berbagai macam fitur di media sosial untuk ajang minta maaf serta melihat suasana sekitar.

Mulai dari suasana rumah hingga suasana pemakaman orang tua dan saudara mereka masing-masing. Suasana demikianlah yang membuat mereka haru.

Mereka bahkan sampai menangis haru lantaran melihat indahnya suasana kampung kelahiran mereka. Terlebih saat berada di kuburan orang tua dan diikuti suara sanak familinya.

“Minal Aidin Walfaidzin semua yaa. Mohon maaf lahir dan bathin. Maaf hanya melalui Handphone saja. Nanti Insyaallah kita berada di sana,” ujarnya seraya menyeka air matanya.

Kedua wanita ini juga adalah saudara sepupu dan kompak memilih untuk tidak mudik ataupun pulang kampung karena lebih mencintai orang-orang di kampungnya. Keduanya juga adalah, sama-sama besar di kampung yang sama.

“Kita ga mau saja, virus yang kita bawa dari kejauhan sini nyangkut di sana. Kasian mereka,” tegasnya.

Meski hanya lebaran menggunakan via daring, mereka mengaku setidaknya sudah melihat suasana kampung meskipun dengan pandangan terbatas.

Terlebih ajang saling maaf-memaafkan meskipun tidak melalui jabatan tangan langsung sudah terucap dan diselimuti dengan suasana haru.

Sementara angpao atau pun uang lebaran atau yang disebut dengan THR serta dengan istilah lokal Bima Hagela, sudah mereka kirimkan via transfer bank untuk dibagikan kepada para ponakan dan handai taulan lainnya.

“Kita memanfaatkan teknologi yang ada saja. Ini sudah sangat membantu sekali,” ujarnya.

Mulai aplikasi Daring ini, mereka merasa, raga dan jiwa sebenarnya sudah berada di kampung halaman. Meskipun fisik sebenarnya tidak.

Bagaimana tanggapan keluarga mereka di kampung dengan keputusan mereka ini? “Terharu dan bangga sekali, apalagi awalnya kita tidak terlalu peduli dengan Korona ini. Sekarang jadi sadar,” ujar Tati dan Ety, saudara dan keponakannya di kampung.

Mereka berharap lebaran atau Idul Fitri mendatang, mereka bisa pulang kampung dan status Pandemi Covid_19 enyah, agar mereka kembali bersua langsung bersama orang tua serta saudara lainnya.

Mereka juga intens saling mengingatkan agar terhindar dari virus mematikan tersebut, untuk tetap memakai masker, menjaga jarak di tengah kerumunan dan kerap mencuci tangan. (*)

Ikra Hardiansyah

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Hukum & Kriminal

Kota Bima, Bimakini.-  Kapolres Bima Kota AKBP Yudha Pranata, S.I.K, S.H bersama dengan PJ. Walikota, Dandim 1608/Bima, dan segenap unsur Forkopimda Kota Bima memantau...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Konvoi takbiran keliling menyambut Idulfitri oleh kelompok bermotor disepanjang jalan di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, meresah warga. Pantuan Bimakini.com, sepanjang jalan mulai...

NTB

Mataram, Bimakini.- Hari Raya Idul Fitri tahun ini akan jatuh pada Minggu (24/5/2020). Itu artinya pada hari ini, Sabtu (23/5/2020), seluruh umat Islam akan...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Pemerintah Kecamatan Madapangga telah memutuskan sebanyak 13 titik lokasi Shalat Idul Fitri 1 Syawal tahun 1441 H/2020 M. Keputusan tersebut disepakati oleh...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Bupati Bima, Hj Indah Dhamayanti Putri dijadwalkan shalat Idul Fitri 1438 Hijriah di lapangan Bola Desa Talabiu, Kecamatan Woha, Minggu (25/6/2017). Hal...