Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Pandemi Covid-19, Merdeka Atau Mati!

Oleh: Eka Ilham, M.Si

Merdeka atau mati?”, sangat sesuai dengan kondisi Republik hari ini, Pandemi Covid-19 belum berakhir.  Suara pekikan menjelang hari kemerdekaan Indonesia  yang diteriakkan oleh para pejuang kemerdekaan di masa perang melawan penjajah. Sangatlah sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia hari ini.

“Merdeka atau mati” bukan bermakna lagi sebagai perjuangan melawan penjajah akan tetapi rakyat Indonesia hari ini berjuang antara hidup dan mati baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Kita di harapkan untuk jangan  menyerah di tengah keadaan Pandemi yang semakin memakan korban. Anak kehilangan ayah dan ibunya, mati di tengah ganasnya Pandemi Covid-19. Pada masa lampau para pendahulu kita berjuang untuk kemerdekaan republik Indonesia. Tapi hari ini rakyat Indonesia berjuang untuk hidup dan melewati setiap cobaan dari musuh yang tidak terlihat. Makna kemerdekaan bukan lagi dalam konteks ‘Merdeka Atau Mati’ melawan penjajahan akan tetapi melawan wabah penyakit yang begitu mematikan yang memakan korban jiwa yang sangat banyak. Sektor-sektor ekonomi lumpuh di tengah Pandemi Covid-19. Pekik kemerdekaan tahun 1945 meninggalkan jejak-jejak sejarah pada bangsa ini. Slogan-slogan heroik senantiasa menyertai seiring dengan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.

Kini jelang peringatan HUT RI ke-76 negeri kita tercinta, rakyat Indonesia tengah berjuang untuk bangkit dalam perang menghadapi wabah pandemi Covid-19 yang menggerogoti bumi pertiwi. Upaya-upaya telah di lakukan oleh negara baik dari sisi alokasi anggaran  yang sangat besar untuk menangani wabah penyakit ini. Rakyat Indonesia tengah di uji dalam suatu perang melawan musuh yang tidak terlihat tetapi memakan korban yang cukup banyak. Pelan tapi pasti penjajah sesungguhnya telah berperang melawan kita semua. Siapa yang bisa melewatinya akan hidup sebaliknya mati di kubur tanah berbatu nisan. Negara di buat kebingungan atas apa yang menimpa negeri ini. Segala daya upaya telah dilakukan, namun Pandemi Covid-19 tidak pernah bergeser angka statistik. Kematian semakin tinggi dibandingkan tingkat kesembuhan.

Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada ekonomi dan prilaku masyarakat, namun juga berdampak pada para penderita yang memiliki penyakit bawaan sebelumnya sehingga ketika di vaksin meninggalkan efek samping sampai berakibat pada kematian. Pemerintah yang begitu gencar menuntaskan program vaksinasi menimbulkan pro dan kontra di tengah rakyat. Ada yang mau di vaksin ada pula yang tidak mau di vaksin sehingga mengalami kendala di lapangan. Pemberlakuan Lock down pada suatu wilayah yang dilakukan sebelumnya dan pemberlakuan ppkm hari ini secara tidak langsung memberikan suatu pesan  kita belum merdeka. Aktivitas-aktivitas rakyat dibatasi, tidak diberikan keluasan dalam beraktivitas.

Saat ini, negara dan seluruh rakyat Indonesia tengah berjuang untuk merdeka bebas dari wabah ini. Merdeka dari serangan Wabah Covid-19 adalah sebuah keniscayaan yang wajib ditegakkan. Karena jika tidak akan memberikan suatu efek luas, negara tidak berjalan sesuai di cita-citakan para pejuang pendahulu bangsa ini. Situasi bangsa hari ini tengah berperang melawan Pandemi Covid-19.

Maka, pekikkan “merdeka atau mati” adalah sebuah optimisme yang harus tetap digelorakan dan terpatri kuat dalam setiap jiwa kita hari ini. Dengan tetap selalu menjaga kesehatan dan meminta perlindungan kepada Allah SWT. Karena kalau melihat realitas saat ini, seiring perjalanan waktu, “Merdeka atau Hidup” lebih tepat kita gelorakan menjelang peringatan hari kemerdekaan republik Indonesia.

Di menjelang perayaan kemerdekaan, kata-kata itu tidak hanya menghias pada setiap perayaan kemerdekaan Indonesia atau hanya sekedar menggugurkan kewajiban sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan Republik ini di setiap perayaan hari ulang tahun kemerdekaan. Sesungguhnya semboyan “Merdeka atau Mati” adalah sebuah semangat agar kita jangan menyerah dan tetap optimis bahwa wabah ini akan bisa kita lewati bersama.

Tentu hal ini menjadi tugas kita bersama melawan Pandemi Covid-19. Mentalitas menjadi rakyat yang terjajah oleh wabah ini  tidak boleh dibiarkan larut dalam keadaan selamanya. Harus selalu kita perjuangkan dengan  membangun mentalitas seorang pejuang. Karena sejatinya perjuangan itu tidak terhenti pada saat diproklamirkannya kemerdekaan. Akan tetapi perjuangan itu bermakna ketika kita mampu melewati ujian ini.

Lebih jauh lagi dari itu, kemerdekaan merupakan babak baru dimulainya perjuangan berikutnya untuk melawan bersama wabah penyakit ini dengan upaya-upaya negara memberikan jaminan dan ketenangan baik dari sisi kesehatan dan ekonomi.  mengisi eksistensi kemerdekaan yang sejati. Merdeka dan hidup dengan tidak menjadi mental-mental penjajah.  Merdeka dari mental kolonialisme dan imperialisme di negeri sendiri.Dengan tidak memakan  keringat rakyatnya sendiri. Mental yang mengedepankan kepentingan kekuasaan pribadi atau golongan di atas kepentingan bangsa sendiri harus di hilangkan ditengah wabah Pandemi Covid-19 hari ini.

Pilihan merdeka adalah pilihan rasional yang selama ini memang hidup di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, nilai-nilai kemerdekaan itu justru pilihannya ada pada kata merdeka itu sendiri. Pekik “merdeka atau mati” atau “Merdeka atau hidup” bukan hanya sekedar balutan kata semata atau mengenang. Tapi hari ini merdeka dari serangan penjajah yang bernama Covid-19, Varian Delta bersama sekutu-sekutunya harus kita lawan bersama. Jangan sampai   memahami pekik merdeka atau mati menjadi pesimis terhadap kondisi hari ini sedangkan “rasa” pekik merdeka itu agar kita jangan menyerah.

Kita jangan terjebak “normatif” karena terkesan basa-basi saja, tidak ada tindakan konkrit di lapangan yang menunjukkan kita telah berusaha melawan penjajah Pandemi Covid-19 yang tidak terlihat, sehingga kita harus yakin bisa melewati bersama teguran ini.  Tanpa aksi nyata sebagai perwujudan mengisi kemerdekaan.

Merdeka atau mati? Jawabannya merdeka atau hidup, jangan biarkan rakyat ini mati diterkam ganasnya pandemi Covid-19. maka bangsa ini harus tetap semangat dan kompak dalam melawan pandemi Covid-19.

Dirgahayu ke-76 tahun negeriku, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jayalah selalu wahai Indonesiaku. Tetap patuhi protokoler kesehatan untuk Indonesia makin maju, merdeka dan bebas dari jajahan wabah pandemi Covid-19. (*)

 

Penulis  adalah Ketua Umum Serikat Guru Indonesia (SGI) Kabupaten Bima.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Pendidikan

Bima, Bimakini.- Gerakan literasi “Sastra Goes To School”, Senin (7/2/2022), berlangsung di SDN belo, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima. Kegiatan literasi ini juga sekaligus membagikan...

Opini

Oleh: Eka Ilham, M.Si Akhir-akhir ini kurikulum prototipe menjadi perbincangan hangat dalam dunia pendidikan. Kurikulum prototipe adalah kurikulum pilihan (opsi) yang dapat diadaptasi dalam...

Opini

Oleh: Eka Ilham, M.Si Sekolah belum memberi rasa aman bagi guru, baru saja kita memperingati Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2021 dengan gegap gempita...

Opini

Oleh: Eka Ilham, M.Si (Sebuah catatan kecil guru-guru sukarela di daerah terpencil, menceritakan kisah duka dan dinamika Seorang Guru Sukarela Pak Amiruddin.S.Pd di Desa...

Pendidikan

Bima, Bimakini.-  Siswa siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kabupaten Bima memeringati HUT ke76 Republik Indonesia, Selasa (17/8/2021). Pengibaran bendera merah putih dilakukan sederhana...