Connect with us

Ketik yang Anda cari

CATATAN KHAS KMA

Ujian Seorang Doktor

Dr Abdul Wahid

SAYA tidak tahu, mau mulai menulis ini dari mana. Entah! Saya bilang pada Muzakir, bos Garda Asakota itu, bahwa saya bingung. Dan ini bukan tentang disertasi.

Saya belum pernah alami perasaan yang seperti ini. Ada emosi yang terlibat di dalamnya. Jadilah saya seperti tidak bisa profesional. Karena, satu lagi, sebenarnya, saya memang tidak sedang wawancara seseorang. Tetapi ini kisah luar biasa. Kisah yang saya pernah dengar, tetapi tidak pernah saya tahu sebenarnya. Hanya luarnya, saja, hanya katanya saja. Bukan faktanya.

Apa itu? Ini tentang seseorang, yang dalam perjalanan hidupnya, begitu berat dicoba. Sosok ini, Anda juga tahu. Pernah ingin maju menjadi calon pendamping Feri Sofiyan pada Pilkada Kota Bima, 2013 lalu. Saat itu, saya sedang menjadi Pengawas Pemilu Kota Bima. Iya. Anda benar. Dia adalah Dr Abdul Wahid.

Dia seorang dosen di Universitas Islam Negeri Mataram. Juga dikenal sebagai pengkaji keagamaan dan budaya. Bersama Alamtara Institute yang dibangunnya, banyak terlibat dalam gerakan literasi dengan mendirikan Kalikuma Library dan Educamp di NTB.

Suami Profesor Atun Wardatun itu, juga menulis sejumlah buku seperti Catatan Perlawanan, Ahmad Wahib; Pergulatan Doktrin dan Realita Sosial, juga Jara Mbojo: Kuda-Kuda Kultural.  Teranyar, Dua Suara Tuhan.

Bisa jadi, pertemuan kami Ahad pagi, 28 Agustus 2021  adalah juga soal kuda itu. Dia yang pencinta kuda, sangat ingin melihat anak kuda yang pernah saya posting beberapa waktu lalu. Kuda itu, adanya di Bukit Jatiwangi. Yang baru sehari lahir, tingginya tidak biasa itu.

Kami akhirnya mampir melihat kuda itu. Uniknya, anak kuda mendatangi dan menjilat-jilat tangan pak Doktor. ‘’Ini kali kedua saya alami seperti ini. Tangan saya dijilati anak kuda yang baru saya lihat,’’ katanya seraya berharap jodoh dengan kuda itu. Mungkin ada semacam chemistry.

Pada Pilkada Kota Bima 2013, nama Abdul Wahid menggaung. Intelektual yang menjadi calon Wakil Wali Kota. Sosialisasi jalan. Menyiapkan partai juga jalan. Nah, dalam proses itulah, Abdul Wahid mendapat musibah. Tepatnya cobaan. Cerita yang membuatnya gagal maju ini, santer di Bima. Tetapi bagaimana kondisinya, kami nyaris tidak tahu.

Yang kami pahami, Abdul Wahid tertimpa runtuhan benda asing dari atap sebuah pusat perbelanjaan (mall) di Jakarta. Saat itu, ya dalam keperluan mengurus partai pengusung. Cerita lengkapnya, kami tidak tahu. Termasuk bagaimana kondisi sebenarnya.

Nah, pada pertemuan di Bukit Jatiwangi Ahad pagi itulah, saya mendengarnya langsung. Walau janjian ketemu, bukan tentang itu.

Bulu kuduk saya terus berdiri sepanjang cerita itu dikisahkan kembali. Saya sungguh sulit menggambarkannya. Itulah mengapa saya katakan kepada Muzakir, sulit bagi saya untuk menulisnya.

Banyak keajaiban yang menyertai. Mulai dari peristiwa, hingga proses operasi yang berlangsung berkali-kali itu. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Singapura. Secara finansial, semua proses itu lancar, karena dukungan dan tanggungjawab dari pemilik mall itu. Group Lippo. Kalau sebut nama perusahaan itu, pasti kita mahfum. Tidak ada masalah dengan uang!

Saat kejadian itu, Abdul Wahid tiba-tiba saja mengingat putra keduanya yang besok berulang tahun. Dia pun menuju mall, seberang jalan tempatnya menginap.  Sambil menelepon istri, Abdul Wahid menanyakan apa yang sebaiknya dibeli sebagai hadiah. Sambil menelepon, dia juga dilayani oleh penjaga toko di mall itu. Saat sedang menelepon itulah, musibah itu terjadi. Praaak!

Benda asing itu jatuh dan menimpa dirinya. Kondisinya parah. Parah sekali, bahkan divonis sudah meninggal. Upaya menyelamatkan Abdul Wahid memang luar biasa. Hanya keajaiban Allah SWT yang bisa membuatnya bertahan hingga saat ini. Seperti mendapat kesempatan hidup yang kedua.

Akibat kejadian itu, ia kehilangan indera penghlihatannya. Bukan hanya satu harusnya. Tetapi bisa dua-duanya. Begitu pula dengan wajah dan kepalanya. Sudah tidak seperti bentuk aslinya. Jika hari ini kita masih bisa bertemu dengan kondisi yang baik-baik saja, ada kisah panjang yang menyertai. ‘’Sudah berkali-kali dilakukan operasi yang penuh keajaiban,’’ ujar Abdul Wahid kepada saya.

Dia bercerita tentu tidak semuanya. Butuh waktu panjang untuk itu. Ada perisitiwa-peristiwa tak masuk akal terjadi dalam setiap proses itu. ‘’Itulah kuasanya Allah SWT,’’ katanya.

Pernah pada sebuah operasi vital di Singapura, dia melihat sosok yang duduk saja sambil menyaksikan dia dioperasi. Sesekali, sosok itu menunjuk dan berkata-kata. Kata-kata yang keluar dari sosok itu, seperti menjadi obat yang menyembuhkan. Seperti ikut melakukan operasi, tetapi dengan hanya memerintah. Para dokter yang melakukan operasi, tidak mengetahui kehadiran sosok itu.

Abdul Wahid mendengar dan melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh sosok misterius itu. Setelah operasi yang berlangsung selama sebelas jam itu, sosok tadi pelan-pelan tidak lagi terlihat. Dan operasi itu sukses!

Saya sulit menggambarkan seluruh peristiwa yang dialami oleh Abdul Wahid. Tetapi ada satu hal yang saya, juga Abdul Wahid yakini dengan kejadian itu. Dia tidak dikehendaki oleh takdir untuk menjadi pemimpin di Kota Bima saat itu. Entahlah kalau kapan-kapan. Atau di lain waktu.

‘’Itulah cara Allah. Kita diuji dengan cara yang luar biasa. Itulah caranya menghalangi saya,’’ katanya.

Bagi Abdul Wahid, peristiwa itu tetap disykuri. Karena bisa jadi, ia terhindar dari masalah yang lebih besar dan berat. ‘’Kita tidak tahu ujian apa yang akan saya terima kalau saya benar-benar menjadi Wakil Wali Kota Bima saat itu,’’ ujarnya.

Bisa saja berakhir di penjara, atau entah apa. Yang bisa jadi itu lebih terhina dari peristiwa di mall itu. ‘’Para dokter menangis melihat ketabahan saya menerima keadaan fisik akibat peristiwa itu. Kepala dan wajah saya yang nyaris tidak berbentuk lagi,’’ tambahnya.

Ada cerita lain. Tentang pelayan toko yang melayani Abdul Wahid di mall itu. Dia merasa diselamatkan dari peristiwa itu. ‘’Dia datang kepada saya di rumah sakit. Dia menangis mengucapakn syukur dan berterima kasih. Katanya saya telah menyelamatkan hidupnya,’’ ujar Abdul Wahid.

Menurut pelayan toko itu, Abdul Wahid telah mendorong dia sehingga terhindar dari musibah itu. ‘’Saya tidak tahu peristiwa itu. Saya tidak ingat, tetapi dia sebut saya yang telah menendangnya menjauh,’’ kisah Abdul Wahid.

Itu cara tuhan. Cara menunjukkan kuasa atas mahluk yang diciptakan. Pun tak akan ujian itu ditimpakan pada mahluknya, di luar batas kemampuan. Itulah  ujian seorang Doktor Abdul Wahid. (khairudin m.ali)

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

Mampir di Hotel INI perjalanan hari empat bagian ke dua. Catatan perjalanan ini, memamg diturunkan berdasarkan hari perjalanan. Tetapi hari ke empat ini, ternyata...

CATATAN KHAS KMA

JUDUL webinar nasional ini, kesannya serem. Serem banget! Bisa jadi karena ini, ada yang enggan menjadi peserta. Terutama dari kalangan pemerintah. Kendati begitu, pesertanya...

CATATAN KHAS KMA

BEBERAPA hari ini, media ramai memberitakan penggunaan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pengganti kupon undian pada pawai Rimpu. Itu sederhana sekali. Alasan penyelenggara, untuk...

CATATAN KHAS KMA

  SAYA ini kadang iseng. Bertanya kepada orang lain tentang cita-cita masa kecil seseorang. Itu agak privasi. Bisa jadi juga, itu rahasia. Tidak pernah...

CATATAN KHAS KMA

  ‘’SAYA mau tes daya ingat pak KMA,’’ katanya kepada saya suatu waktu. KMA itu, singkatan nama saya. Belakangan, semakin banyak kawan yang memanggil...