Connect with us

Ketik yang Anda cari

CATATAN KHAS KMA

Vaksin Belanja

Peserta vaksinasi di Perumda Bima Aneka, Kamis 13 Agustus 2021.

PLONG! Begitu rasanya ketika saya bisa melewati vaksin tahap dua dengan aman. Saya ikut vaksin akhir, tidak seperti jadwal semula. Saya harusnya dilayani di aula Kantor Kelurahan Penatoi, pada 28 Juli 2021 lalu. Tetapi karena tidak ada kegiatan vaksin, saya akhirnya ikut di Perumda Aneka Kota Bima.

Saya datang pagi-pagi. Kendati jadwal vaksin pukul 10.00 Wita, lagi-lagi saya hadir jauh lebih awal. Saya menunggu satu jam untuk mendapat giliran pertama pada pukul 10.29 Wita. Juga seperti vaksin tahap pertama. Pesannya, saya sungguh antusias menjalani program ini, sebagai salah satu ikhtiar untuk memerangi pandemi Covid-19.

Tak ada sedikit pun keraguan. Apalagi saat vaksin pertama, tidak ada efek apa-apa yang saya rasakan. Kali ini juga. Pada saat saya menulis catatan ini, juga tidak ada gejala apa-apa. Aman. Itu sudah 21 jam berlalu. Saya merasa, sudah siap menghadapi dunia.

Program vaksin di Perumda Bima Aneka, sudah dua kali dilakukan. Saya ingin saja ke situ, sekalian mengunjungi perusahaan daerah yang baru dibentuk itu. Saya cukup lama menunggu Julhaidin, direkturnya. Dia baru tiba 11.15 Wita. Ada minuman dan snack gratis bagi peserta vaksin.

Sebelum divaksin, saya mengisi waktu dengan mengelilingi etalase UMKM. Ditata bagus, bersih, rapi. Sama satu lagi, harum. Ada wangi aroma terapi yang keluar dari taffware di meja kasir cantik, Isty. Nama lengkapnya Iis Fitriani, alumni STIE Bima. Asli Jatibaru Barat, Kota Bima.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Menurut saya, ini Perumda yang cukup modern. Saya tidak mau membandingkan dengan perusahaan daerah  yang paling dekat dengan Kota Bima. Anda saja yang bandingkan sendiri.

Saya mengobrol lama dan banyak hal dengan beberapa staf Perumda. Isty dan Mia yang menemani saya ngobrol dan keliling etalase. Mereka melayani dengan sangat ramah dan sabar. Sejumlah produk dikenalkan. Saya pun membeli beberapa jenis produk UMKM Kota Bima itu. ‘’Saya sudah instruksikan pada semua staf, siapa pun yang datang bagaimanan pun bentuknya, harus dilayani dengan baik, dengan ramah,’’ kata Julhaidin kepada saya.

Bukan hanya etalase, diam-diam saya amati mesin-mesin yang ada di Perumda. Belum banyak yang beroperasi. Ada digital printing, juga aneka mesin lain. Katanya ada mesin kemasan juga mesin sablon. Ada di antaranya yang belum dirakit. Saya terpaksa melihat barang itu tanpa izin, karena kamar mandi ada di dalam gedung itu.

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Aneka produk di etalase Perumda Bima Aneka.

Julhaidin menawarkan untuk meninjau mesin-mesin itu, saat saya pamit pulang. ‘’Bang, kita lihat-lihat dahulu mesin-mesin produksi di ruang sebelah,’’ kata Julhadidin.

Pria dengan segudang ide ini, memang butuh kebebasan berekspresi untuk menuangkan gagasannya Tidak bisa bekerja yang terlampau kaku dengan banyak aturan. Kabar kurang sedapnya, dia memimpin perusahaan daerah. Perusahaan yang pembiayaannya dari APBD Kota Bima. Ada Dewan Pengawas lagi. Yang belum tentu kekinian cara berpikirnya. Kami berdiskusi lama.

Banyak hal yang ingin dilakukan di halaman kantor yang luas itu. Yang jelas, Perumda itu, saat ini berada pada kondisi dilematis. ‘’Harusnya kami ciptakan pasar. Kita giring banyak orang untuk datang ke Perumda. Melihat etalase, juga membeli produk. Tetapi kan tidak boleh berkerumun karena pandemi,’’ kata Julhaidin.

Namun begitu, dia mengakui usahanya jalan juga. Termasuk mendekatkan produk dengan konsumen. Membuka etalase di luar kantor, di luar daerah juga. Tidak sedikit konsumen yang mampir membeli barang di etalase Perumda itu. Terutama tamu-tamu hotel yang akan meninggalkan Kota Bima.  Promosinya dilakukan dengan memasang banner di lobi-lobi hotel.

Saya sarankan, agar Perumda meminta slot satu kanal saluran televisi di hotel-hotel untuk promosi produk. Pasti lebih menarik. Tamu hotel bisa menontonnya dari kamar mereka masing-masing. Caranya gampang sekali! Ini berdasarkan amatan saya menginap di sejumlah hotel di beberapa negara.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Penulis bersama Direktur Perumda Bima Aneka, Julhaidin.

Soal vaksin di Perumda, inilah salah satu yang dihendaki Julhaidin. Ide ini mahal. Memanfaatkan momentum pandemi. Ada orang yang ikut vaksin seperti saya, misalnya, bisa juga sekalian menulis. Soal Perumda, menjadi endorse. Atau ada yang bisa posting di akun media sosial masing-masing. Promosi juga kan?

Saat vaksin pertama, saya dilayani seorang perawat wanita. Kali ini pria. Namanya: Hafe Sugiarrahman. Waktu sebut nama Hafe, lima kali saya tanya ulang. Sulit saya tangkap, apalagi pakai masker. Tidak bisa melihat gestur bibir saat mengucapkan kata itu. Apalagi nama itu tidak ada yang lain di kampung kita. Saya lupa tanya apa arti namanya. ‘’Memang sulit pak kalau pakai masker,’’ kata Hafe.

Saya hanya bertanya, apakah bukan pendengaran saya yang terganggu karena baru divaksin? Semua tim Hafe dari Puskesmas Kolo itu tertawa.

Saya antusias mengikuti vaksin. Semoga pembaca Catatan Khas KMA juga antusias. Tetapi tentu dengan catatan, Anda harus sehat. Tanpa memiliki penyakit berat. Harus jujur disampaikan kepada petugas medis saat hendak vaksin. Ada yang bertugas khusus untuk mengisi formulir riwayat penyakit ini. Ada pula yang mengukur tekanan darah, serta mencatat administrasi peserta vaksin. Jangan karena harus punya kartu vaksin, Anda tidak jujur. Yang diwajibkan oleh Perpres 14 tahun 2021 itu hanya kelompok sasaran. Ada syaratnya. Harus sehat!

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Selain staf Perumda, banyak masyarakat umum yang hadir ikut vaksin. Zainil Bahri Anggota TDA Bima juga ada. Bos Bee Optical itu tiba buru-buru saat saya hendak pulang pukul 13.00 Wita. Ternyata lama juga saya menghabiskan waktu di Perumda. Lebih tiga jam.

Apakah Anda sudah selesaikan vaksin sampai tahap kedua? (khairudin m.ali)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

JUDUL webinar nasional ini, kesannya serem. Serem banget! Bisa jadi karena ini, ada yang enggan menjadi peserta. Terutama dari kalangan pemerintah. Kendati begitu, pesertanya...

Ekonomi

Kota Bima, Bimakini.- Pemerintah Kota Bima rupanya membekukan aktivitas Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Bima Aneka. Pembekuan akan dilakukan oleh Tim pembekuan perusahaan umum Daerah...

CATATAN KHAS KMA

  ‘’SAYA mau tes daya ingat pak KMA,’’ katanya kepada saya suatu waktu. KMA itu, singkatan nama saya. Belakangan, semakin banyak kawan yang memanggil...

CATATAN KHAS KMA

SEBELUM benar-benar lupa, saya mau menulis ini: Gempa Lombok. Sepekan lagi, itu empat tahun lalu. Tetapi trauma saya (ternyata) belum juga hilang. Sudah pukul...

CATATAN KHAS KMA

INI bukan tentang wong cilik, jualan partai saat dekat Pemilu. Ini benar-benar tentang joki, penunggang kuda yang umurnya masih sangat-sangat belia. Masih duduk di...