
Puluhan Mesin air yang dipasang di sebuah sumur tua di Kecamatan Monta.
Bima, Bimakini.- Kesulitan air bersih menjadi profil buram dialami warga RT 03, 04 dan 05 Dusun I Desa Monta Kecamatan Monta, Bima. Kondisi seperti itu dialami warga sejak puluhan tahun lalu.
Untuk mendapatkan air bersih, warga mengambil air di sebuah sumur tua di desa setempat dengan menggunakan mesin pompa air atau sanyo.
Warga setempat, H Abdullah H Husen mengaku, sumur tua yang berlokasi di RT 05 tepatnya di kaki gunung Mangge Liro dan Ntanda Mbako dikeroyok puluhan mesin milik warga.
“Di sumur tua itu satu – satunya tempat bagi warga RT 03, 04 dan 05 mengambil air untuk kebutuhan dapur. Bahkan untuk kebutuhan lainnya, warga setempat hanya mengandalkan sumur tersebut,” ujar H Abdullah H Husen, Kamis (21/10).
Kata H Abdullah, selain sumur tua itu, di Dusun I ada sumur lain. Tapi airnya terasa payau atau tidak seperti biasanya.
“Hanya tiga RT itu yang kesulitan air bersih. Kalau di RT lain debit air bersih mencukupi kebutuhan warga, karena berlokasi di sekitar persawahan,” terangnya.
Disebutkannya, kondisi saat ini debit air di sumut tua berkurang, hal itu karena puncak kemarau. Sehingga pemakaian air harus teratur, yakni tidak boleh semua mesin pompa air dinyalakan.
“Pemakaian air saat ini harus teratur. Yakni tidak boleh semua mesin pompa air dihidupkan, karena debit air di sumur kurang dari biasanya,” ungkapnya.
Ditambahkannya, sebelumnya pernah mengajukan ke pemerintah daerah saat turun di desa setempat agar mengalokasikan anggaran sumur bor canada. Namun hingga saat ini tidak pernah realisasi.
“Kita pernah meminta pada pemerintah agar mengalokasikan anggaran sumur bor. Namun tidak kunjung direalisasikan,” tandasnya.
Sementara itu, pemilik sumur tua, Abdul Majid membenarkan bahwa sumur tersebut satu – satunya tumpuan warga RT 03, 04 dan 05 untuk memenuhi kebutuhan dapur. Namun kondisi saat ini debit air berkurang, karena masuk puncak musim kemarau.
“Selain pengaruh iklim, warga yang bercocok tanam di Sumbawa dan Dompu sudah balik kampung. Sehingga debit air di sumur itu tidak memenuhi kebutuhan warga,” ucapnya.
Dijelaskannya, sumur tersebut digali sekitar tahun 1980, awalnya warga mengambil air dengan cara menimba menggunakan ember. Setelah masuk tahun 1990 mulai menggunakan mesin pompa air bertepatan dengan masuknya aliran listrik di desa setempat.
“Alhamdulillah sejak tahun 1990 warga tidak antri ambil air di sumur. Tapi mulai menggunakan mesin pompa air,” bebernya.
Sambungnya, jumlah mesin pompa air sekitar 60 unit. Warga masing – masing membeli pipa dan kabel kemudian dipasang ke rumah masing – masing.
“Mesin pompa air sudah banyak yang diganti. Karena rusak akibat cukup lama dipakai dan pipa sebagian diganti karena keropos,” tutupnya. KAR
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
