Bima, Bimakini.- Petani bawang merah di Desa Sampungu Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, semua alami kerugian pada musim panen saat ini. Pasalnya, hasil panen dipasarkan dengan harga sangat murah.
Kondisi tersebut, diungkap oleh salah seorang petani bawang merah, Arifuraidin, SSos. Dirinya mengaku, karena harga pasaran bawang merah saat ini mulai dari Rp.400 ribu hingga paling tinggi Rp.700 ribu per 100 kg, sehingga banyak petani memilih bawangnya digantung.
“Karena harga bawang merah yang turun drastis, kebanyakan kami petani Desa Sampungu memilih gantung di atap rumah panggung dan di gudang,” katanya, Selasa (16/11/2021).
Sementara harga bibit sambungnya, jauh lebih mahal dari harga hasil panen Sekarang. Begitupun harga obat-obatan yang semakin hari terus melambung tinggi. Hal itu, seolah menghilangkan semangat dan mencekik para petani secara perlahan. Padahal, keberlangsungan perekonomian masyarakat pedesaan rata-rata bergantung dari hasil tani.
“Untuk harga bibit per 100 kg kami beli hingga harga tertinggi Rp.3 juta. Harga obat juga melambung tinggi seperti preza Rp.300 ribu per botol dan dapat digunakan sekitar enam tangki penyemprotan. Begitupun dengan mahalnya harga obat-obatan lain. Sementara untuk kebutuhan semprot hama bawang, hingga dua kali sehari,” terangnya.
Oleh karena keberlangsung ekonomi keluarga masyarakat pedesaan mayoraritas bergantung dari bertani tambah Irenk Orgen sapaannya, Pemerintah Kabupaten Bima harus libatkan diri dalam menentukan kebijakan supaya ada standarisasi harga bawang merah seperti halnya harga jagung merah.
“Pemerintah Daerah harus buatkan Peraturan Daerah untuk ketentuan harga bawang merah seperti harga jagung supaya ekonomi masyarakat bisa stabil,” tutupnya. ILY
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.