Oleh : Puja Anggriani
Diketahui, virus Covid-19 pertama kali terjadi di kota Wuhan pada tahun 2019. Tidak hanya menyerang kota Wuhan saja, Virus ini juga secara cepat menyebar ke Negara-Negara yang ada di seluruh dunia. Menurut para ilmuan, virus ini menyebar sebagai akibat dari “zoonotic spillover” atau “virus yang melompat” dari hewan yang terinfeksi ke manusia, sebelum menjadi sangat menular dari manusia ke manusia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan dan menghambat laju pertumbuhan dan penyebaran virus Covid-19 ini. Namun, sampai saat ini virus Covid-19 belum juga berakhir.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan dan menghambat laju pertumbuhan virus Covid-19 yaitu dengan cara melakukan pola hidup sehat dan menjalankan aturan-aturan Protokol Kesehatan (Prokes) yang sudah ditetapkan oleh WHO. Adapun protokol kesehatan yang harus diterapkan yaitu, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas. Namun masih banyak warga masyarakat yang lalai dan tidak patuh untuk menjalankan Prokes. Rendahnya angka kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan ini akan semakin memperburuk situasi pandemi dengan kenaikan jumlah kasus harian dan pasien positif COVID-19.
Selain melakukan dan menjalankan Protokol Kesehatan (Prokes), vaksinasi juga penting dilakukan untuk menghambat dan menekan laju pertumbuhan virus Covid-19. Saat ini, lebih dari 7,6 milliar dosis vaksin Covid-19 telah disuntikkan di seluruh dunia. Angkanya terlihat begitu besar, namun sebenarnya kesenjangan akses terhadap vaksin masih lebar.
Sebanyak 64,99% populasi Negara kaya telah menerima setidaknya 1 dosis vaksin, sementara di Negara miskin baru 6,48%. Target vaksinasi WHO sulit tercapai karena diperkirakan hampir 80 Negara tidak mencapai target vaksinasi 40% populasi di akhir tahun 2021. Pada saat yang sama, lebih dari 100 juta dosis vaksin di Negara G7 tidak terpakai dan kadaluarsa.
Target vaksinasi WHO yang sulit tercapai juga disebabkan karena masih banyak Negara yang masyarakatnya belum atau tidak mau untuk melakukan vaksinasi. Contohnya saja di Indonesia, masih banyak warga masyarakat yang tidak berani atau bahkan tidak mau untuk divaksin. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya vaksinasi untuk mencegah penularan virus Covid-19. Untuk itu, pemerintah seharusnya lebih gencar lagi untuk memberikan sosialisasi dan penjelasan kepada masyarakat awam tentang pentingnya melakukan vaksinasi dan juga agar masyarakat terhindar dari berita-berita hoaks mengenai bahaya vaksinasi.
Dilansir dari Facebook Presiden Joko Widodo, pada tanggal 27 November 2021 beliau menuliskan bahwa, pada KTT Asia-Europe Meeting (ASEAN) ke-13 secara virtual yang saya (Presiden Joko Widodo) hadiri di istana Bogor. Kemarin saya mengajak para pemimpin Negara Asia dan Europe untuk bekerja sama untuk menghadapi pandemic yang tak kunjung usai. Target vaksinasi WHO harus dicapai semua Negara. Untuk itu dose-sharing harus digalakkan, produksi vaksin dinaikkan, dan kapasitas penyerapan Negara penerima vaksin ditingkatkan.
Sampai saat ini, tidak ada satu pihak pun yang dapat menjamin dan memastikan kapan pandemi virus Covid-19 akan berakhir. Saat ini yang hanya bisa kita lakukan adalah mematuhi dan menjalankan upaya-upaya yang telah ditetapkan dan dianjurkan oleh WHO dan pemerintah untuk menekan dn menghambat laju pertumbuhan virus Covid-19. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
