Bima, Bimakini.- Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam penanganan stunting di Kabupaten Bima. Yakni pendekatan spesifik dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan DPPPAKB sebagai pengampu masalah kesehatan. Kedua pendekatan sensitif, dilakukan oleh bidang-bidang di Dinas Kesehatan, DPPPAKB, Diskominfotik dan Bappeda sebagai Koordinator.
Kepala Bidang Sosbud Bappeda Kabupaten Bima, Raani Rasyad menjelaskan, sejak tahun 2019 penanganan stunting mulai menunjukkan hasil yang signifikan. Bahkan pada tahun itu, Kabupaten Bima menjadi terbaik 3 tingkat Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya tahun 2020 terbaik 1 NTB dan masuk 10 besar nasional. Di tahun 2021 Kabupaten Bima meraih terbaik ke 2 se NTB untuk penanganan stunting dan di tahun 2022 akan dilakukan penilaian kembali.
Dijelaskannya, sebelumnya angka kasus stunting di Kabupaten Bima mencapai 40 persen dan kini tersisa 18 persen. Penanganan dilakukan pada masa rentan yakni 1000 kehidupan pertama. Mulai 0 hingga usia anak 2 tahun.
Masih adanya kasus stunting ini, kata dia, berkaitan dengan pola hidup dan pola asuh anak. Juga kesehatan remaja dan ibu yang sedang hamil. Meski ada penurunan yang signifikan, namun belum mampu mengcover semua masalah. “Adanya remaja yang menjadi ibu di usia muda, anak yang ditinggal orang tuanya berladang dan keluar negeri, sehingga diasuh orang lain. Persoalan ini yang harus mendapat sentuhan tepat,” ujarnya, Kamis (18/8/2022).
Kedepan, kata Raani, perlu pendekatan dan penanganan yang lebih konfrehensif. AN
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.