
Pemaparan hasil Pemantauan Ujicoba Implementasi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Bima oleh Tim Monitoring IKM Kabuaten Bima, di Kantor INOVASI Kabupaten Bima.
Bima, Bimakini.- Rupanya, implementasi Teaching at the Right Level (TaRL) dan ujicoba Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di Kabupaten Bima menjadi sorotan Nasional. Pasalnya, Kabupaten Bima dinilai berhasil menerapkannya dan meningkatkan kemampuan literasi anak.
Hal itu diungkapkan Distrik Koordinator INOVASI, Toha Arifin, saat pemaparan hasil Pemantauan Ujicoba Implementasi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Bima oleh Tim Monitoring IKM Kabuaten Bima baru ini.
Disampaikannya, apresiasi atas keberhasilan penerapan TaRL dan IKM di Kabupaten Bima, tidak hanya dari Kementerian terkait, namun juga Kedutaan Australia.
Hal sama diungkapkan Tim Kerja Pemantauan IKM Semester Ganjil 2022-2023 Kabupaten Bima, yang juga Kabid Sosbud BAPPEDA Kabupaten Bima, Raany Wahyuni. Ini menjadi kebangaan bagi Kabupaten Bima yang sebelumnya memiliki raport merah. Namun diyakini Kabupaten Bima untuk hasil penilaian berikutnya akan keluar dari rapor merah tersebut.
Optimisme itu, kata Raani, karena intervensi dan pendekatan yang dilakukan terhadap siswa. Tidak hanya pada pengelompokan beradsarkan kemampuan, namun juga sekolah menerapkan basis data.
Disamping itu, kata dia, penerapan IKM di Kabupaten Bima tidak menjadi masalah. Malah sekolah atau guru cepat beradaptasi, karena sebelumnya telah mempu menerapkan metode TaRL. “Guru-guru yang sudah menerapkan TaRL tidak kesulitan untuk IKM, karena tidak memiliki perbedaan,” ungkapnya.
Untuk melihat sejauhmana hasil di lapangan, kata dia, telah dibentuk Tim Kerja Pemantauan IKM Semester Ganjil 2022-2023 Kabupaten Bima. Ada beberapa catatan penting dan rekomendasi yang dihasilkan oleh tim untuk perbaikan kedepannya.
Jelas Raani, Kabupaten Bima adalah mitra pilot implementasi Teaching at the Right Level (TaRL). Juga mitra ujicoba IKM yang dimulai Juni 2022.
Untuk melihat sejauhmana hasil penerapannya, kata dia, sejak Mei 2022, dibentuk Tim Monitoring dengan kolaborasi Dinas Pendidikan, Kemenag, Bappeda, dan LPTK (STKIP Taman Siswa). Tim Monitoring 4 kabupaten mitra, dengan dukungan INOVASI, menyusun Teori Perubahan (ToC) dan Kerangka Hasil (RF) IKM, menjadi acuan pengembangan dukungan untuk satuan Pendidikan (Kepsek/Kamad dan Guru) dan Ekosistem (Dinas, Kemenag, dan LPTK).
“Tim Monitoring IKM Kabuaten Bima telah melaksanakan agenda monitoring 1-3 November 2022, menjelang akhir semester ganjil,” terangnya.
Disampaikannya, prinsip utama KM adalah asesmen diagnostik dan pembelajaran berdiferensiasi. Maka Tim Monitoring memotret bagaimana penerapan IKM dan manfaat yang dirasakan peserta didik. Selain itu, memastikan program penguatan literasi sekolah/madrasah berbasis data.
“Metode pemantauan kami dengan melakukan observasi di 24 Kelas di 6 sekolah. Selain itu melakukan refleksi terhadap 100 guru dan 25 Kepala Sekolah. Kami juga mawancara 24 siswa, 24 guru dan 6 Kepsek dan kepala madrasah,” urainya.
Disaming itu, ada Focus Group Discution (FGD) bersama enam pengawas dan 12 Fasda. Diskusi stakaholder dengan Dinas Pendidikan, Kemenag, LPTK, BPMP, serta INOVASI.
“Asesmen Diagnostik dan Pembelajaran Berdiferensiasi dilakukan di kelas 1 – 4, tentang variasi penerapan dan kesulitan penentuan level,” terangnya.
Untuk variasi penerapan, kata dia, masih ada pembelajaran yang mekanik. Ada peningkatan level sebagai penentuan kesuksesan guru dan mulai terjadi perubahan mindset guru.
“Siswa merasakan manfaat dari proses pembelajaran berdiferensiasi KM tersebut. Dimana siswa merasa senang atau gembira serta menerima pengelompokkan dengan positif. Siswa juga mulai melakukan praktik pembelajaran baik, kreatif, serius, fokus, berdiferensiasi dan level kemampuan meningkat,” terangnya.
Program penguatanliterasi sekolah berbasis data, kata dia, menjadi acuan dalam melakukan penguatan program literasi sekolah. Selain itu, pelibatan orang tua terhadap perkembangan anaknya.
Meski demikian, kata dia, tetap ada tantangan pengimplementasian KM. Dimana guru masih ada yang melakukan pembelajaran mekanik, belum menargetkan capaian siswa dan kurang perhatian pada pemahaman membaca. Disamping penggunaan buku kurang bervariasi dan terbatasnya ketersediaan pojok baca kelas.
“Teori perubahan IKM yang disusun Tim Monitoring dengan input INOVASI terlihat telah berjalan. Soliditas antar stakeholder dan aktor-aktor kunci mulai terlihat, namun tantangannya untuk memastikan keberlanjutannya. Identifikasi elemen kunci untuk memastikan keberlanjutan, misalnya LPTK. Mulai terlihat transformasi pembelajaran ke arah yang diharapkan. Dengan kondisi yang ada, guru memang berat mendesain pembelajaran dengan maksimal, namun Materi refleksi sudah baik dan terlihat ada proses 4P berjalan. Sebaiknya dilakukan tidak terburu-buru. Perwakilan BPMP NTB usulkan agar Tim Monitoring IKM dijadikan PMO sebagai saluran kolaborasi dengan BPMP,” sebutnya.
Sebagai rekomendasi dari Tim Monitoring perlu menyiapkan sumber-sumber belajar offline bagi guru, terutama daerah 3T. Mengaktifkan komunitas-komunitas belajar guru.
Menjamin produk LPTK yang memenuhi kebutuhan dunia Pendidikan yang ter-up date. Adanya dukungan LPTK bagi alumninya setelah menjadi guru. Menguatkan dukungan kepada mutu Pendidikan sekolah dengan berbasis program kampus (KKN, PLP).
Untuk Pengawas atau Fasda, perlu penguatan kapasitas fasilitasi pada substansi dan metode pendampingan IKM. Peningkatan akses terhadap sumber-sumber belajar. memperkuat peran pengawas sebagai pendamping (coaching) proses belajar kepala sekolah/madrasah dan guru. Serta mengingatkan kembali tentang kesulitan fungsional belajar anak.
“Untuk Kepala Sekolah/Madrasah perlu memperkuat perencanaan berbasis data. Memperluas kesempatan bagi guru untuk berinovasi (sesuai KM). Dukungan manajerial terhadap program literasi (leadership). Melakukan identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus atau anak-anak dengan kesulitan terberat,” ujarnya.
Bagi guru, kata dia, implementasikan pembelajaran berfokus pada siswa. Guru perlu memperbaiki kualitas komunikasi dengan siswa. Lebih kreatif mengelola pembelajaran. Guru juga harus didorong berbagi praktik baik melalui PMM.
Sedangkan untuk INOVASI, perlu mendokumentasikan cerita baik sebagai contoh kongkrit. Memperkuat dukungan untuk keberlanjutan praktik baik, terutama peran penting pengawas, kepala sekolah/madrasah, dan guru.
Sementara catatan bagi Tim Monitoring, perlu mengagendakan kunjungan dadakan agar sekolah tidak mempersiapkan diri untuk dikunjungi. Membuat jurnal refleksi agar bisa lebih menggali informasi/data. Kedatangan kunjungan monitoring dibuat lebih natural. Pertanyaan monitoring berfokus ke peserta didik. Perlu disusun instrumen MONITORING IKM. Instrumen untuk siswa perlu di-probing atau disederhanakan. Triangulasi penting dilakukan untuk mempertajam hasil data. Ketajaman keterampilan monitoring diasah dari jam terbang, tim perlu terus melakukan simulasi.
“Ketika ada temuan menarik dan temuan-temuan lainnya harus digali lebih jauh lagi. Perlu ditingkatkan kedalaman dalam menggali informasi dari instrumen yang telah disusun,” tutupnya. IAN
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
