Connect with us

Ketik yang Anda cari

Pemerintahan

Tradisi Weha Rima masih Lestari di Kaowa

Kades Kaowa, Syukuri

Bima, Bimakini.- Tradisi Weha Rima adalah tradisi gotong-royong dan saling membantu di antara warga ketika menanam dan panen padi, jagung, kacang, dan jenis palawija lainnya. Lalu bagaimana praktiknya saat ini di Desa Kaowa Kecamatan Lambitu?

Prosesi Weha Rima saat menanam dan memanen, warga tidak menerima upah. Mereka secara bergiliran membantu sesamanya. Tradisi ini  masih lestari di Kaowa. “Weha Rima kita istilahkan dengan Kali Cempe,”  jelas Kepala Desa Kaowa, Syukuri, di depan tim penilai Lomba Desa Tingkat Kabupaten Bima,  Jumat (31/03).

Selain itu, kata Kades, Kaowa juga memiliki potensi dan komoditi unggulan seperti jagung dan kacang tanah. “Melalui dua komoditi ini, warga Kaowa mampu meningkatkan taraf kehidupan,  terutama menyekolahkan anak dan  beribadah haji,”  ungkapnya dikutip Kasubag Informasi dan Pemberitaan Bagian Humaspro Setda, Ruslan, SSos.

Kaowa adalah satu dari lima desa di Kecamatan Lambitu yang berada pada ketinggian di atas 500 mdpl.  Terdiri dari Dusun Kadi, Oi Wau, dan Wadu Ramba. Jumlah penduduk sebanyak 677 jiwa yang terdiri dari 262 Kepala Keluarga.

Dikatakannya, jumlah penduduk dan KK di Kaowa belum sebanding dengan luas wilayah desa di lereng Lambitu seluas 14,21 kilometer persegi. “Jumlah penduduk dan KK, belum sebanding dengan luas wilayah,” tuturnya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Akses menuju Kaowa saat ini melalui tanjakan Lampe Kota Bima melalui medan jalan yang rusak. Jika mengambil jalur Selatan, tambah berisiko karena saat ini sedang terjadi longsor di ruas jalan menuju Desa Teta dan Desa Kuta. (BK29)

Bagikan berita

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait