Connect with us

Hi, what are you looking for?

Dari Redaksi

‘Sujud Pasrah’ Kapolres

 

Satu anggota Dalmas Polres Bima Kabupaten terkena peluru kelereng.

ADA pernyataan menarik yang disampaikan Kapolres Bima, Eka Fathurrahman, merespons edisi lanjutan bentrok  antarwarga  Desa Dadibou dan Desa Risa Kecamatan Woha Kabupaten Bima, awal pekan ini. Kapolres prihatin  munculnya konflik lanjutan, apalagi disertai desingan suara letuan senjata api rakitan.  Demi mendamaikan masyarakat, Kapolres siap bersujud di depan masyarakat dua desa. Suatu permintaan yang menarik, karena tidak biasanya pengendali keamanan berbicara seperti itu.

Bagaimana pernyataan itu dimaknai? Jelas saja itu mengisyaratkan ekspektasi tinggi, level kepasrahan, dan harapan.  Sujud juga menandakan ekspresi kerendahan hati. Ya, Kapolres memang terpaksa membahasakan sesuatu yang tidak pernah terucap sebelumnya. Masalahnya, bahasa-bahasa normatif yang selama ini meluncur dari petinggi keamanan dan ketertiban sudah dianggap klise. Sebagai Dou Mbojo, memang penunjukkan Eka oleh Kapolda NTB diharapkan mampu meredam segala jenis konflik berjamaah yang menjadi ‘trade mark’ Mbojo di mata luar daerah. Suatu kecenderungan negatif yang membingkai Zona Merah-nya Bima.

Eka dihadirkan untuk bertarung dengan dinamika kehidupan sosial Mbojo. Tentu saja dituntut kerja keras, konsolidasi setiap waktu, dan membangun persuasif yang intensif. Putra daerah dinilai lebih mampu menyelami denyut dinamika, aspirasi, dan suasana psikologis masyarakat. Dianggap lebih ‘diperhatikan’ karena kedekatan emosionalnya. Konflik beruntun Dadibou-Risa yang hanya sesaat setelah pelantikan Kapolres, memang menjadi semacam ‘tes the water’ bagi Eka untuk menunjukkan kemampuan manajemen konfliknya.

Kasus Dadibou-Risa yang muncul lagi setelah proses islah, memang menjadi tamparan Eka di mata Mapolda NTB. Apalagi, ada warga dan Polisi yang terluka. Bisa muncul persepsi nakal bahwa putra daerah atau nonputra daerah yang ditugaskan, hasilnya kurang-lebih sama. Konflik tidak terbendung. Muncul seolah bom waktu. Apalagi, didukung senjata tajam dan senjata api rakitan. Jadi mari membantu Kapolres untuk memberi kesan positif bahwa Dou Mbojo tidak mudah terprovokasi, bersahabat, dan mampu hidup harmonis. Bukankah Dou Mbojo cinta damai dan bersama dalam kedamaian itu indah? (*)

Advertisement. Scroll to continue reading.

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Opini

Oleh: Abdussyahir”Ogie” Selamat Hari Buruh 1 Mei. Semoga para buruh bisa selamat sampai Mei berikut. Seperti sosok para buruh pemecah batu di Kota Bima....

Opini

Catatan; Mada Gandhi Kontribusi pariwisata pada ekonomi NTB hanya 1,73 % terhadap PDRB. Masih sangat jauh untuk diandalkan. Sektor Pertanian kontribusi tertinggi, justru hanya...

Politik

Mataram, Bimakini.- Tidak perlu menjelaskan siapa Bang Zul kepada siapapun. Karena di mata pembenci coklat yang disajikanpun dilihat lumpur. Sebaliknya di mata pecinta, lumpur...

Politik

Mataram, Bimakini.- Signal semakin kuat. Dr Zulkieflimansyah dan Dr Hj Sitti Rohmi Djalillah akan kembali berpasang pada perhelatan Pilgub NTB, November mendatang. Di laman...

Politik

Bima, Bimakini.- Politisi kawakan Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Bima Muhammad Aminurlah menatap optimis pemilihan kepala daerah mendatang. Pengalaman tiga periode di DPRD Kabupaten...