SETELAH tiga bulan berlalu, apa kabar kondisi penanganan pascabanjir bandang Kota Bima? Sejauhmana progress-nya dan bagaimana keadaan para korban banjir? Jika diamati perkembangan terakhir, sebagian besar korban sudah move on. Sudah kembali dalam kenormalan aktivitas, meski rasa was-was tetap ada ketika hujan berintensitas tinggi muncul. Ancaman banjir lagi memang menjadi trauma baru bagi masyarakat Kota Bima. Perkembangan lainnya, bantaran sungai dilebarkan dan dipasang bronjong. Proyek drainase mulai dikerjakan, meski ada riak-riak dari legislator yang menyorotnya.
Tetapi, ada sisi miris yang masih membalut luka. Sejumlah warga di Kelurahan Penaraga Kecamatan Raba masih dalam kondidi memrihatinkan. Mereka masih beratap tarpal dan hidup keseharian dalam kondisi serbaterbatas. Mereka hanya berharap pada kebaikan hati masyarakat dan bermimpi indah rumahnya dibangun kembali oleh pemeeintah. Itu sudut Penaraga. Di RT 01 dan RT 03 Kelurahan Monggonao Kecamatan Mpunda, masih ada 25 Kepala Keluarga yang hidup di bawah terpal. Tiga bulan hidup dalam kondisi tidak menentu. Tidak ada yang bisa diperbuat, hanya bertahan pasrah. Mau membangun kembali rumah, dananya sulit didapat, mencukupi kebutuhan sehari-hari saja kelabakan.
Tentu saja, dinamika menyesakan dada itu harus segera mendapatkan atensi dan perhatian bersama. Semangat membantu yang pernah bergelora ketika awal pascaberondongan air bah itu selayaknya dijaga ritme, karena masih ada objek sasaran yang hidup dalam keprihatinan. Yuk digelorakan lagi hingga meletup kencang. Ya, Pemerintah Daerah diharapkan bisa melirik lagi kondisi mereka. Lembaga dan masyarakat ditantang mengeksplorasi jiwa kemanusiaannya untuk membantu warga yang terjebak musibah.
Ketika arus banjir menghanyutkan rumah mereka, itu merupakan satu pukulan berat yang tidak terkira. Ibaranya, satu hook kanan yang telah mendarat di dagu hingga tersungkur. Kini jangan sampai mereka terkena bogeman lagi yang sudah tidak sanggup mereka hindari dan atasi. Mereka sesungguhnya sudah melempar handuk putih. Jadi faktanya adalah masih ada luka lama yang menganga dan tidak boleh dibiarkan tanpa pertolongan.
Sekali lagi, sensivitas rasa kemanusiaan kita kembali diuji dan ditagih karena faktanya masih ada saudara-saudara kita yang tidak beralas tikar dan beratap terpal. Kita paripurnakan lagi semangat kebersamaan yang pernah ada. Kita satukan lagi energi untuk membantu sesama. Mari gelorakan kembali semangat berbagi. Kebahagiaan itu bukan menumpuk materi hingga menggunung tinggi. Kebahagiaan itu karena berbagi…(*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.