Bima, Bimakini.- Kuburan Lilis Suryani (19), warga Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima dibongkar selasa (30/8) setelah lima hari dikuburkan. Pembongkaran kuburan yang berada di TPU desa setempat untuk dilakukan otopsi oleh Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Denpasar Bali yang didatangkan untuk memastikan motif meninggalnya korban.
Jenazah siswi kelas X IPA SMAN 1 Belo itu dibongkar karena keluarga menduga meninggal karena diracuni. Pihak keluarga meminta pada pihak kepolisian agar dilakukan otopsi jenazah korban.
Proses otopsi jenazah dilakukan secara tertutup sejak pukul 10.20 Wita, oleh dua orang Tim Labfor Denpasar Bali dibantu Tim Inavis Polres Bima. Saat prosesi pembongkaran kuburan terjadi, mendapat perhatian dari masyarakat. Warga setempat dan dari berbagai penjuru berdatangan untuk menyaksikan langsung setiap proses, termasuk teman sekolah korban.
Kasat Reskrim Polres Bima AKP Ilyas Erikson, SH, SIK menjelaskan, otopsi jenazah korban tersebut dilakukan menyusul adanya laporan keluarga korban yang meminta untuk dikembangkan. Menurut pihak keluarga, kata Erikson, korban meninggal karena diduga diracun oleh temannya. ‘’Keluarga telah menyetujui agar dilakukan otopsi terhadap terhadap jenazah korban,’’ jelas Kasat di TKP selasa (30/8).
Lanjut dia, untuk melakukan otopsi terhadap jenazah korban yang diduga diracuni itu, pihaknya mendatangkan Tim Laboraturium Forensik (Labfor) Denpasar Bali. ‘’Hasil otopsi baru bisa diketahui paling cepat dua minggu setelah ini. Kami belum bisa memastikan motif meninggalnya korban,’’ katanya. (Baca juga: Keluarkan Air Liur Hijau, Pelajar SMA Ini Meninggal)
Dalam otopsi ini, kuburan dibongkar untuk mengambil sejumlah sampel. Fisik jenazah hanya dipindah tempat dari dalam kubur untuk dikeluarkan. ‘’Lambung dan hati akan dijadikan sampel pada otopsi ini,’’ ungkapnya.
Menjrut pihak keluarga, ada dugaan korban diracuni dengan memberikan permen oleh temannya saat jam sekolah berlangsung. Pihaknya sudah mengambil keterangan kepala sekolah dan delapan orang teman korban, berikut mengamankan sampel permen di warung tempat mereka beli.
‘’Menurut pengakuan delapan siswa yang dipanggil itu, bahwa saat itu memang memakan permen, tapi tidak diberikan kepada korban, melainkan disuguhkan saja lantas korban mengambilnya sendiri,’’ ungkapnya. (BK34)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.