Bima, Bimakini.- Empat warga Dusun Jala Desa Nggembe Kecamatan Bolo mengaku dikelabui oknum pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima, IN. Modusnya mengiming-imingi warga itu sebagai tenaga administrasi RSUD Bima pada Oktober ini dengan kompensasi uang jutaan rupiah. Kasus itu dilaporkan ke Kepolisian.
Keempat warga Jala itu dalah Iin Afrianti dan suaminya, Atin Mulyati dan Syamsul Bahri.
Bagaimana ceritanya? Iin Afrianti yang dikonfirmasi mengaku kejadian itu berawal ketika IN jalan-jalan bersama HF melintasi jalan kampung Kamis (06/10/2016) sore menggunakan mobil Avanza. Melihatnya bersama rekan di Pos Jaga, mobil berhenti dan HF menyambangi. “Karena HF mengaku kenal baik dengan ibu saya, akhirnya saat itu saya ajaklah ke rumah,” katanya di kediamannya, Selasa.
Dibeberkannya, sampai di rumah HF menyampaikan bahwa IN yang berada di mobil memiliki kapasitas sebagai Ketua Perekrutan Pegawai Administrasi RSUD Bima. “Sekaligus menawarkan saya masuk menjadi pegawai administrasi RSUD Bima,” terangnya.
Sambungnya, setelah itu HF mengajak jalan-jalan ke Kecamatan Donggo dan bertemu IN yang saat itu di dalam mobil. IN mengajak jalan-jalan keliling sekitar wilayah Desa Nggembe, bukan ke Kecamatan Donggo sebagaimana yang dijanjikan.
Singkat cerita, kata dia, karena yakin iming-iming IN yang diperkuat HF, akhirnya pulang ke rumah kemudian menyerahkan uang total Rp12 juta untuk kompensasi dirinya dan suami masuk tenaga administrasi di RSUD Bima.
Dikatakannya, Atin Mulyati menyerahkan uang Rp6 juta, demikian pula Syamsul Bahri. Total keseluruhan uang sekitar Rp23,5 juta yang diserahkan pada Jumat (0710).
Lalu beberapa hari kemudian, diakuinya, IN menelepon lagi dan memintai lagi tambahan uang Rp2 juta. Alasannya, uang Rp6 juta yang diserahkan per orang sebelumnya telah digunakan sebagai administrasi untuk penerbitan SK Bupati Rp3 juta, sisanya untuk baju dan admintrasi di Badan Kepegawaian Daerah. “Ketika telepon minta tambahan uang, rasa curiga mulai timbul dalam hati saya dan juga korban lainnya,” ucapnya.
Berangkat dari kecurigaan itu, akhirnya IN ditelepon balik dan memberitahukan bahwa uang Rp2 juta. Lalu IN dan HF datang ke rumah pada Senin (10/10) sekitar pukul 17.30 WITA.
“Saat keduanya datang bukan kita kasih uang, malah dicerca sejuta pertanyaan perihal yang dijanjikan, saat itu kita tidak dapatkan jawaban yang pasti hingga membuat kita semakin curiga. Terindikasi kuat kalau keduanya hanya ingin menipu kita,” paparnya.
Sikap mencurigakan itu menimbulkan reaksi massa dan keduanya pun diuber setelah kabur di persimpangan Desa Darussalam. Persoalan itu telah dilaporkan ke Polsek Bolo untuk diproses secara hukum.
Dia menginginkan uang yang diambil IN dan HF dikembalikan karena sudah tidak percaya lagi iming-iming palsu.
Kapolsek Bolo, AKP Abdul Khair, yang dikonfirmasi di Mapolsek setempat Selasa (11/10) mengaku telah menerima laporan dari Iin dan rekannya atas dugaan penipuan yang melibatkan oknum PNS di RSUD Bima inisial IN.
Katanya, laporan empat korban itu masih bersifat delik aduan, belum memasukan laporan Kepolisian secara resmi. “Karena mereka menginginkan sejumah uang mereka dikembalikan oleh oknum pegawai RSUD Bima tersebut,” tuturnya.
Mengenai keinginan empat korban, diakuinya, telah disanggupi oleh oknum pegawai RSUD Bima itu. Dijanjikannya akan dikembalikan Rabu (12/10) dan paling lambat Kamis (13/10). “Bahkan, satu unit mobil Avanza disimpan oleh pelaku sebagai agunan,” katanya.
IN yang dikonfirmasi melalui nomor salulernya yang diberikan oleh Iin, tidak berhasil dimintai tanggapannya. Saat itu nomor Ponsel-nya tidak aktif. (BK29/BK36)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.