Kota Bima, Bimakini.- Kematian Naisya Astriani (8), bocah kelas 3 SDN 14 Kota Bima, tidak terekam kamera Closed-Circuit Television (CCTV) yang terpasang di sekitar kolam pemandian Arema. Pengelola pemandian mengakui peristiwa itu diluar pengetahuan tugas pengawas lapangan.
Pegelola pemandian Arema, Harun Zakaria, yang dikonfirmasi mengaku tidak ada yang mengetahui persis seperti apa kejadian itu. Begitu pun kamera pengawas yang terpasang. Ada 8 CCTV terpasang pada seluruh areal pemandian, namun yang mengarah ke lokasi korban tewas memang sedikit terhalang sehingga setelah diperiksa rekamannya tidak tampak. Oleh karena itu, tidak terlihat bagaimana sebenarnya korban bisa tenggelam di kolam dewasa dengan kedalamannya 1,5 meter itu.
Diakuinya, rekaman CCTV sudah diserahkan kepada pihak Kepolisian yang mengolah tempat kejadian. Saat ditemukan oleh petugas pemandian, korban sudah berada di dasar kolam. Saat itu korban ditemukan tidak jauh dari pemandian anak-anak. Petugas awalnya sedang menyapu tidak jauh dari lokasi pemandian, kemudian saat mendengar pluit dari guru sebagai tanda kegiatan selesai, petugas bernama Eki langsung memeriksa sekitar kolam.
Dibeberkannya, saat diperiksa ternyata ada orang yang masih berada dalam kolam. Saat itu petugas sempat menanyakan pada guru yang tidak jauh dari lokasi bahwa masih ada siswa di dalam kolam. Tetapi waktunya, di dalam air kok begitu lama.
“Sempat ditanya pada guru kok siswanya kuat sekali menyelam sampai tidak naik ke atas permukaan. Curiga ada tidak wajar, akhirnya saat itu petugas langsung terjun dan mengangkat korban,” ujar Harun di pemandian Arema.
Saat itu diberikan pertolongan pertama oleh petugas sampai kemudian diberikan nafas bantuan, tetapi tidak ada tanda-tanda bernafas. Akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Bima oleh guru-guru.
Diceritakannya, waktu kejadian ditemukannya korban sekitar pukul 16.00 WITA. Diperkirakan korban tenggelam tidak lama sebelum kegiatan berenang selesai. Hal ini dipastikan dengan kondisi tubuh korban masih di dasar kolam.
Mengenai petugas yang berjaga saat kejadian, diakui Harun, memang hanya dua orang dari enam orang yang biasa mengawasi. Karena yang mandi hari biasa sedikit, makanya hanya dua orang.
Saat dilihat lokasi kejadian, katanya, memang antara pemandian dewasa dan anak-anak dalam satu lokasi kolam ada pembatas, namun tidak terlalu tinggi. Kemudian setelah kejadian itu, langsung membuat pembatas dari besi antara kedua kolam.
Dikatakannya, hal itu untuk menghindari terulang kejadian yang sama ke depan. Evaluasi SOP pengawasan akan dilakukan terhadap anak-anak yang berenang antara kolam dewasa dan anak-anak.
Mengenai permintaan legislator untuk menutup sementara lokasi pemandian Arena, Harun meminta agar ditinjau. Masalahnya banyak karyawan yang menggantungkan hidup dari jasa pemandian. “Bagaimana bisa bayar gaji karyawan kalau pemandian ditutup,” demikian Harun. (BK32)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.