Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Resensi Buku: Jejak Pemikiran Tuan Guru HM Said Amin

Judul Buku : DA`WAH MENEMBUS BATAS: Jejak Intelektual dan Pemikiran Tuan Guru H.M. Said Amin

Penulis : Muhammad Mutawali dan Rahmah Murtadha

Penerbit : Ruas Media Yogyakarta

ISBN : 978-602-53754-5

Juml. Halaman : xii + 192

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ukuran : 14 x 21 Cm

Tahun : 2018

Tuan Guru H.M. Said Amin merupakan salah satu ulama Bima yang terkoneksi dengan jaringan ulama Nusantara di Timur Tengah. Keterlibatannya dalam jaringan ulama dapat ditelusuri dari mata rantai keilmuannya ketika berguru dengan ulama-ulama Nusantara yang sangat berpengaruh di Timur Tengah, khususnya Haramayn (Mekah dan Madinah), seperti Syekh Yasin Al-Fadaniy dari Padang dan Syekh Umar dari Sumbawa. Kedua tokoh ulama tersebut terhubung dengan jaringan ulama pada abad ke 18 dan 19, seperti Syekh Hasyim Asy`ari, Syekh Mahfudz Termas, Syekh Kholil Bangkalan sampai pada Syekh Nawawi Al-Bantani dan Syekh Abdul Ghani Al-Bimawi. Selain itu, dapat juga ditelusuri dari mata rantai atau sanad hadisnya yang bersumber dari Syekh Yasin Al-Fadaniy.

Tuan Guru H.M. Said Amin mendapatkan ijazah sanad hadis dari gurunya Syekh Yasin Al-Fadaniy, sehingga berhak untuk meriwayatkan hadis dari kitab-kitab hadis mu`tabarah yang bersambung sanadnya sampai Rasulullah. Begitu pentingnya sebuah sanad, sehingga Ibn Abdil Bar meriwayatkan dari Imam Al-Auza`i bahwasanya ia berkata: tidak hilang ilmu

Iklan. Geser untuk terus membaca.

agama melainkan dengan hilangnya sanad, Imam Syafi`i juga berkata: Tiada ilmu tanpa sanad. Sedangkan Al-Hafiz Al-Imam Ats-Tsauri mengatakan bahwa penuntut ilmu tanpa sanad bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga. Ibnul Mubarak berkata: Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkan (dengan akal pikirannya sendiri). Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama berpendapat bahwa Sarana terpenting yang membuat hubungan sesama jaringan ulama relatif solid, salah satunya adalah Isnad hadis, karena memainkan peranan yang krusial dalam menghubungkan ulama yang terlibat dalam jaringan, yang berpusat di Haramayn.

Tuan Guru H.M Said Amin pernah diangkat untuk menjadi guru hadis di almamaternya, Madrasah Al-Falah di Mekah. Penghormatan untuk menempati posisi pengajar atau guru di madrasah-madrasah di Haramayn bukan tanpa alasan, agar diizinkan untuk mengajar, setiap guru diwajibkan mempunyai ijazah (sertifikasi), yang menjelaskan kemampuan (kredensial; surat, sertifikat) akademik pemegangnya. Menurut Azyumardi Azra bahwa kredensial yang terpenting itu adalah isnad, yakni mata rantai otoritas yang menunjukkan hubungan yang tidak terputus antara guru dan murid dalam transmisi kitab-kitab atau ajaran tertentu. Ijazah biasanya dikeluarkan oleh guru kepada muridnya setelah dia belajar dengannya.

Dalam berda`wah, Tuan Guru H.M. Said Amin berkomitmen kuat terhadap upaya purifikasi atau pemurnian ajaran Islam yang beraliran Ahlu Sunnah wal Jama`ah dari pengaruh ajaran dan aliran-aliran sesat yang akan membahayakan akidah dan ibadah umat Islam. Berdasarkan motivasi dan semangat pemurnian ajaran Islam tersebut, maka beliau berda`wah hingga ke seluruh pelosok daerah di Tanah Bima untuk mengawal umat dari penyimpangan akidah. Selain itu, beliau juga menulis puluhan buku keislaman sebagai media pencerah umat dan warisan intelektual bagi generasi Islam. Dalam bidang pendidikan, beliau telah merintis dan mendirikan lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat Raudhatul Athfal hingga tingkat perguruan tinggi, sebagai bentuk komitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan pendidikan Islam di Bima. Sehingga dengan itu semua, Tuan Guru telah memenuhi seluruh aspek fundamental da`wah, yaitu da`wah bi al-lisan, da`wah bi al-hal dan da`wah bi al-qalam.

Dilihat dari latar belakang pendidikan, mata rantai keilmuan, rangkaian sanad hadis, karya intelektual serta kontribusinya bagi pengembangan keislaman di Bima, maka tidaklah berlebihan kalau Tuan Guru H.M. Said Amin, dikatakan sebagai pelanjut sanad keilmuan dalam jaringan ulama Nusantara yang berasal dari Bima pada abad ke-20. Sehingga

Iklan. Geser untuk terus membaca.

dengan kehadiran Tuan Guru H.M. Said Amin di Bima setelah menuntut ilmu di Haramayn dengan sendirinya membentuk jaringan ulama lokal di Bima yang terkoneksi dengan jaringan ulama Nusantara dan Haramayn. Oleh karena itu, ulama-ulama Bima (dulu dan kini) tidak bisa dilepaskan dan dihilangkan jejaknya dalam jaringan ulama Nusantara, yang memang secara historis telah terbentuk sejak adanya Syekh Abdul Ghani Al-Bimawi dan diikuti oleh ulama-ulama Bima setelahnya. (*)

Bagikan berita

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait