Bima, Bimakini.- Kepala Pemerintahan Kecamatan Belo, Bambang Setiawan, S.Sos, mengatakan rubuh jembatan Desa Cenggu bukan karena derasnya air banjir sungai. Namun karena kesalahan tehnis pengerjaan normalisasi sungai.
Pasalnya lebar pondasi jembatan dibangun sejak zaman Belanda tersebut, kata dia, jauh lebih besar dari mulut sungai. “Panjang jembatan Cenggu hanya 10 meter, sementara lebar sungai yang dinormalisasi 14 meter,” ujarnya, Kamis (16/2/2017).
Karena lebar sungai tidak seimbang, kata dia, sehingga tanah dengan mudah terkeruk saat banjir datang. “Mana bisa bertahan mas, pondasi jembatan sudah berada di tengah sungai yang dinormalisasi, sejak dibangun jaman Belanda, jembatan itu tidak pernah rusak, tiba – tuba ambruk setelah ada normalisasi sungai ini,” katanya.
Koramil TNI Belo dan warga membuat jembatan bambu, agar bisa digunakan melintas. “Meski kami menghimbau jangan melewati, tapi masyarakat telah meluntasi meski itu hanya jalan kaki,” ujarnya.
Material untuk jembatan darurat pun sudah ada dilokasi, namun belum dikerjakan. (BK34)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.