Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Warga Usulkan Lokalisasi Petasan

Kota  Bima, Bimakini.com.-   Maraknya petasan yang diledakkan anak-anak saat shalat tarawih dan Subuh, sangat mengganggu  ketenangan warga. Warga Kelurahan Santi Kecamatan Mpunda Kota Bima, Nasruddin, punya usul “nyeleneh” agar melokalisasi tempat khusus untuk anak-anak bermain petasan.

Seperti apa ya? “Bagaimana kalau dibuat  lokalisasi petasan saja. Siapkan tempat khusus yang jauh dari pemukiman dan anak-anak diberikan kebebasan untuk meledakkan petasan di tempat itu,” usulnya. 

Menurutnya, usulan itu bisa menjadi salahsatu solusi menangani maraknya  suara petasan saat bulan Ramadan. Hal itu karena Kepolisian maupun Eksekutif tidak bisa menangani masalah ini, padahal sudah meresahkan.  Saat yang bersamaan diberikan sanksi berat kepada siapasaja yang meledakkannya di luar lokasi tersebut. “Kalau perlu ini bisa dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah,” ujarnya di Kelurahan Penatoi, Rabu (25/7).    

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Dia kesal karena bunyi petasan sudah sangat mengganggu kekhusyuan beribadah Ramadan. Selain itu, ledakan petasan telah  membawa korban para pejalan kaki maupun pengendara sepeda motor. Anak-anak yang bermain petasan kadang dengan sengaja  melemparkan petasan yang sudah  disulut  pada  pejalan kaki atau pengendara motor yang melintas. Hal itu, menyebabkan pengendara kaget dan kemudian hilang kendali.

“Seringkali saya mendapat  informasi  ada anak yang dilempari petasan dan terluka, “ujarnya. 

Dia menilai, apa yang dilakukan anak-anak sudah dikategorikan sebagai kejahatan, karena bisa membahayakan keselamatan orang lain.

Dia mengaku kecewa dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bima dan aparat Kepolisian yang kurang mampu  menangani masalah ini, karena terus berulang setiap tahun.  Bila hal itu tidak ditangani serius, maka  bukan tidak mungkin akan jatuh korban.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

            Dia sering menguber anak-anak yang bermain petasan di perempatan RM Arema, Santi usai shalat Subuh, namun  anak-anak itu sepertinya tidak jera ditakuti seperti itu. “Saatnya Polisi bertindak tegas untuk menyelesaikan masalah ini, “ tandasnya.

Dia sepakat dengan isi Dari Redaksi Bimakini.com yang menilai jika masalah petasan ini tidak segera “diamputasi”, maka anak-anak Muslim akan mengidentikkan Ramadan dengan petasan.

“Padahal, keduanya   bertolak-belakang. Ramadan penuh  kekhusyuan ibadah,  sedangkan meledakan petasan adalah tindakan merusak,” ujarnya. (BE.14)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Sebelumnya, Kapolsek Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima telah mengeluarkan larangan menjual mercon dan petasan saat bulan puasa atau bulan ramadhan. Bahkan pihak Polsek...

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.- Musyawarah Kecamatan (Muspika) Langgudu Kabupaten Bima, patroli keliling untuk tertibkan petasan berdaya ledak tinggi. Selain itu menyasar motor berkenalpot racing. Kapolsek Langgudu,...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Suara petasan berdaya ledak tinggi terdengar di seluruh penjuru Desa Laju, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima. Pasalnya, ledakan tersebut seolah berlomba dengan suara...

Hukum & Kriminal

Dompu, Bimakini. – Ratusan petasan atau marcon yang dijual bebas para pedagang, berhasil disita dalam operasi cipta kondisi bulan suci Ramadhan 1442 H oleh...

Peristiwa

Dompu, Bimakini.- Ramadan 1440 H Tahun 2019 ini nyaris tidak terdengar letusan mercon atau bunyi petasan di beberapa wilayah di Dompu. Kondisi ini sangat...