Connect with us

Ketik yang Anda cari

Pemerintahan

Hizbut Tahrir Tolak Kehadiran Profesor Musdah Mulia

Bima, Bimakini.com.-Sejumlah masa Hizbut Tahrir Indonesia Bima berkumpul di lapangan Merdeka, Senin. Sampil orasi mereka menuju pertokoan dan pasar Bima untuk mengingatkan umat Islam agar menolak pengaruh faham sekulerisme dan liberalisme. Aksi itu dilakukan untuk menolak kehadiran Profesor Musdah Mulia yang menjadi pembicara pada peringatan Hari Ibu.

Ustad Saleh, dalam orasi  menyatakan pengaruh budaya Barat menjadi hal yang luarbiasa, karena terjadi perubahan pola pikir dan sikap generasi yang muda yang telah konsumtif. Profesor Musdah Mulia mencoba merasuki generasi Islam di Bima dengan faham sekularisme dan liberalisme. “Kalau kita biarkan tentang kejahatan ini, yakin  dan percaya kehancuran kemurkaan akan dating,” katanya.

Dikatakannya, kedatangan Prof Musdah Mulia mencoba membawa dan memasuki alam pikiran masyarakat, pemikirannya selama ini  dinilainya diluar konsepsi Islam.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

     Dia mengajak masyarakat agar mengubah dan melawan pemikiran-pemikiran kufur yang jelas menghancurkan Islam dengan pemikiran yang bebas dengan kebebasan berpendapat dan perilaku.

Musdah dijadwalkan hadir saat peringatan Hari Ibu yang digelar  Selasa (24/12) di Paruga Nae Kota Bima.

 

Muhammad Ayyubi, Ketua DPD Hizbut Tahrir Kota Bima menyatakan akan menolak kedatangan Prof Musdah Mulia dalam kapasiatasnya sebagai pembicara dalam seminar  Hari Ibu di Kota Bima, karena akan membuat pemikiran liberal yang telah difatwakan sesat oleh MUI semakin berkembang di tengah masyarakat. Menyerukan umat Islam Kota Bima agar meninggalkan ide-ide sekularisme, pluralisme, dan liberalisme, serta serius memerjuangkan tegaknya syariat Islam dibawah naungan khilafah yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam. (K03)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait