Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

‘Budaya’ Blokir

WhatsApp Image 2016-08-12 at 1.02.52 PMAda beberapa poin penting yang perlu diketengahkan berkaitan dengan kondisi ke-Bima-an kita akhir-akhir. Suatu kondisi yang meresahkan, karena satu peristiwa menyasar aspek lain. Ya, kasus pemblokiran jalan merupakan fenomena buruk yang melingkupi ranah sosial Mbojo sejak beberapa bulan terakhir. Jika dikaitkan dengan suasana 17 Agustus, kondisi ini jauh dari semangat kesatuan dan persatuan yang menjadi inti pesan kemerdekaan.

Tentu saja ini tidak bisa dibiarkan. Bayangkan saja, beragam kasus yang muncul ujung-ujungnya bermuara pada jalanan. Ruas jalan negara, jalan provinsi, dan jalan daerah menjadi objek empuk untuk dijadikan pelampiasan. Kadang alat penekan untuk memuluskan tuntutan. Bahkan, rasanya seakan tidak ‘afdhal’ jika suatu kasus tidak dibarengi pemblokiran jalan.

Dua kasus terakhir yang bisa menyegarkan ingatan kita adalah peristiwa perusakan tapal batas Desa Belo Kecamatan Palibelo. Perusakan itu berimbas pada pemblokiran yang hanya dijadikan alat untuk menekan aparat hukum agar segera membekek terduga pelaku. Meski tidak berlangsung lama, namun tetap saja pengaruhnya mengendap dalam psikologi masyarakat dan menjadi kebiasaan (buruk) yang terbudayakan. Kasus lain, pemblokiran jalan Oi Mbo karena pemalangan fasilitas PDAM di Nungga. Pemalangan yang berimbas pada macetnya pasokan air ke Oi Mbo, sehingga blokir jalan dijadikan alat untuk menekan warga Nungga, pemerintah, dan aparat agar segera menghentikannya.

Jika dilihat dari ‘strategi’ masyarakat itu, jika tidak diamputasi cepat melalui pemahaman dan penyuluhan, maka kondisi ini bisa serius menganggu Kamtibmas. Ke depan, apa yang sudah terjadi bisa menjadi rujukan bagi masyarakat lain untuk berbuat hal yang sama. Pada posisi strategis jalan negara, misalnya, tindakan ini sangat berbahaya karena menghambat mobilitas.

Pertanyaannya adalah inikah suguhan masyarakat Mbojo pada suasana perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia yang kini kian mendekat? Itukah cara kita menyelesaikan masalah sosial? Sampai  kapan kondisi ‘kembali ke ruas jalan’ ini  kita praktikan? Gugatan ini tentu saja masih bisa diurut panjang sebagai bentuk keprihatinan. Sikap inikah yang menjadi kado HUT ke-71 Kemerdekaan RI dari Dou Mbojo? Kembalilah ke meja musyawarah. Mari kita memerdekakan diri dari tindakan seperti itu. Ya, mulai hari ini…(*)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait